Header Ads

Da'i Televisi Harus Berani Suarakan Sistem Islam

Banyak kalangan keliru, bahwa terjadinya keterpurukan di bangsa Indonesia, hanyalah permasalahan oknum. Padahal jika dikaji lebih mendalam, pangkal dari rusaknya tatanan kehidupan masyarakat adalah penerapan sistem sekularisme sebagai asas di negara ini.

Oleh karena itu, melihat kondisi ini, seorang da’i yang tampil di televisi mesti cermat mengidentifikasi masalah. Sebagai penyampai risalah Islam, mereka harus berani berkata lantang untuk mengajak umat kembali ke sistem Islam.

“Para da’i ditelevisi harus berani mengutarakan bahwa permasalahan kita adalah masalah sistem bahwa sistem negara ini sudah bobrok dan kita harus kembali ke sistem Islam,” kata Ustadz Harry Moekti kepada Eramuslim.com, Senin 24/10.

Sayangnya, model dakwah di televisi masih sekedar ‘populis’. Padahal sejatinya dakwah tidak boleh dijadikan wasilah untuk mempopulerkan diri sendiri. Artinya konsep menjadi da’i populis sangat tidak relevan. “Kita bukan membesarkan diri kita, tapi dakwah yang kita bawa ini besar,” tambahnya.

Umat muslim harus sepakat bahwa misi dakwah Islam bukanlah perkara mudah. Ada godaan dan ujian yang selalu membayanginya. Mulai negosiasi prinsip yang dilakukan pihak stasiun televisi sampai godaan perempuan dari fihak tertentu.

“Makanya saya kalau kemana-mana selalu ditemani istri, saya khawatir dijebak,” ujarnya yang tengah sibuk dakwah ke berbagai daerah.

Jadi, menjaga prinsip Islam sangat penting diemban para da’i. Mereka tidak boleh melakukan negosiasi pada hal-hal yang sifatnya sudah jelas dalam Islam.

“Saya pernah menolak untuk menjadi juri pemilihan da’i di televisi karena perempuan dan laki-laki tidak dipisah. Setiap kali tampil di televisi, saya memang meminta para penontonnya terpisah dan berjilbab.” sambungnya.

Walhasil dari segala fenomena yang berkembang, ia mengatakan bahwa umat Islam harus meniru konsep dakwah yang dilaksanakan Rasulullah. Pertama dengan melakukan tatsqif murokaz, yakni membentuk dan membina kader. Pada fase ini umat muslim harus dibina fikroh dan akhlaknya hingga menjadi Islami.

Selanjutnya adalah tatsqif jama’i, yakni melakukan edukasi kepada masyarakat. “Kita harus tafaul ma' al ummah, bersinggungan dengan umat. Dan itu harus dilakukan secara berjamaah. Jadi marhalah-nya dimulai dari membentuk ketakwaan inidividu sampai menjadi kontrol di masyarakat.” tutupnya. (Pz/eramuslim)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.