Header Ads

Melarang Hizbut Tahrir: Bentuk Kekalahan Intelektual Rezim Bangladesh Menghadapi Para Pejuang Khilafah

Kementrian Dalam Negeri Bangladesh mengumumkan bahwa pemerintahnya melarang aktivitas organisasi Islam Hizbut Tahrir, sebuah kelompok yang menyerukan penerapan Islam di bawah naungan Khilafah Islamiyyah. Larangan ini tentu saja merupakan bentuk kekalahan intelektual penguasa setempat yang tak mampu menghadapi debat intelektual Hizbut Tahrir yang telah mengungkap persekongkolan rezim setempat dengan kaum imperialis.

Menteri Dalam Negeri Bangladesh Abdus Sobhan Sikdar mengatakan pemerintah khawatir kehadiran Hizbut Tahrir bisa mengancam kehidupan yang damai di negara itu. Ini adalah kejadian yang pertama sebuah organisasi Islam yang tidak tersangkut aksi teroris dibubarkan kegiatannya.

Hizb-ut Tahrir tidak menerima pelarangan ini dan berjanji tidak akan mendiamkan langkah pemerintah yang mereka sebut sebagai kesalahan dari sikap yang "berpikiran pro-imperialis."

"Pemerintah telah memutuskan untuk melarang Hizbut Tahrir karena mereka melawan kepentingan hukum dan mengancam keamanan publik," kata Sikdar.

Tentu saja, seperti diungkapkan oleh tokoh Hizbut Tahrir di negara tersebut, tuduhan tersebut sangat tidak berdasar. Alih-alih memberikan keamanan kepada warganya, beberapa waktu lalu, penguasa setempat membiarkan para pemberontak India membunuh para perwira militer dan malah menangkapi para pemuda Hizbut Tahrir yang mengungkap konspirasi tersebut. Jadi siapa sebenarnya yang mengancam keamanan publik itu? [baca: Alih-alih Menangkap Pemberontak Sadis, Penguasa Bangladesh Malah Sibuk Menahan Para Aktivis HT]

Hizb-ut Tahrir telah aktif di Bangladesh sejak delapan tahun terakhir. Puluhan pemuda Hizbut Tahrir di negeri tersebut kerap kali ditangkapi oleh penguasa setempat gara-gara menyingkap persekongkolan jahat penguasa di negeri itu dengan kaum imperialis serta seruannya yang lantang untuk penerapan Islam di negeri tersebut [baca: Aktivitas Dakwah Hizbut Tahrir Bangladesh].

Sikdar mengatakan agen intelijen negara itu telah mengawasi aktivitas 12 organisasi yang ada di negara tersebut. Diluar itu, empat organisasi lain sebelumnya juga telah dilarang beraktifitas -mereka dicurigai telah terlibat dalam kegiatan yang disebut oleh pemerintah sebagai kegiatan "teroris" dan "anti pemerintah".

Ketua Hizbut Tahrir Bangladesh, Profesor Mohiuddin Ahmad menyangkal kelompoknya terlibat dalam aktivitas teroris. Dia mengatakan kelompoknya percaya bahwa terorisme dan aksi kekerasan lainnya berlawanan dengan ajaran Islam. Ahmad mengatakan langkah yang dilakukan oleh pemerintah terhadap organisasinya ini telah gagal di masa lalu dan tidak akan sukses juga jika langkah itu dilakukan lagi saat ini.

"Saya katakan secara terbuka kepada anda kami tidak akan tinggal diam terhadap aksi pemerintah dimanapun di dunia ini yang menutup organisasi kami," katanya.

"Kami selalu menyuarakan perlawanan terhadap imperialis. Kami akan melanjutkan upaya untuk menunjukan pemikiran pemerintah yang pro imperialis," lanjutnya.

Menteri Dalam Negeri Banglades, Abdus Sobhan Sikdar mengatakan agen intelijen akan melanjutkan proses pengawasan terhadap Hizb-ut Tahrir untuk memastikan organisasi tersebut tidak muncul kembali dengan menggunakan nama yang berbeda.

Editor BBC Bengali, Sabir Mustafa mengatakan Hizbut Tahrir, yang dikenal sebagai organisasi yang mempunyai jaringan global, belakangan ini memang aktif memperkuat kegiatannya di berbagai universitas. Menurut dia, pemerintah mengkhawatirkan peningkatan pengaruh mereka terhadap para mahasiswa. Kenyataan ini memang benar adanya, seruan penegakkan khilafah terus membahana walaupun menghadapi perlawanan [baca: Penguasa Gagalkan Konferensi Khilafah di Bangladesh, Namun Khilafah Semakin Membahana [+foto]].

Demikianlah, tampak jelas, sikap penguasa yang telah menjadikan Islam sebagai ancaman berupaya menghentikan aktivitas mulia para pejuang Khilafah di negeri Bangladesh tersebut. Ini semakin memperjelas adanya perlawanan dakwah yang hampir mirip serupa seperti yang pernah menimpa Rasulullah Saw dan para sahabat.

Ketika dakwah Rasulullah semakin lantang, kaum kafir Quraisy melihatnya sebagai ancaman. Akhirnya, kaum kafir Quraisy melakukan perlawanan dakwah mulai dari penganiayaan, propaganda busuk hingga pemboikotan. Hal serupa juga telah menimpa para pengemban dakwah yang ikhlas berjuang untuk menyatukan kaum Muslim sedunia tersebut. Masihkah kaum Muslim menutup mata atas kezhaliman para penguasanya?

Kaum Muslim benar-benar hanya membutuhkan satu kesatuan politik yang akan membebaskan kaum Muslim dari kezhaliman para penguasa korup hari ini. Hal itu hanya bisa melalui bersatunya kaum Muslim di bawah naungan Khilafah Rasyidah, bukan di bawah payung nasionalisme. Insya Allah, khilafah tidak akan lama lagi.

Sumber

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.