Header Ads

Pasukan AS Hengkang, Meninggalkan Dosa-Dosanya di Irak

Brigade ke-4 Stryker dari Divisi Infanteri ke-2 angkatan bersenjata AS menjadi pasukan tempur terakhir AS yang meninggalkan Irak, Kamis (19/8). Mereka diberangkatkan ke negara tetangga Irak, Kuwait seperti pasukan AS lainnya yang sudah lebih dulu meninggalkan Negeri 1001 Malam sejak Rabu kemarin..

"Pasukan tempur sudah selesai bergerak dan akan memasuki masa transisi. Mereka akan segera dipulangkan ke AS," kata Kapten Ruseel Varnado dari basis militer AS di Kuwait.

Pemulangan pasukan itu merupakan bagian dari tahap penarikan pasukan AS secara penuh dari Irak, meski sampai saat ini AS belum memastikan kapan jadwal penarikan pasukan secara penuh itu selesai. Namun Presiden AS Barack Obama memberi batas waktu tanggal 31 Agustus untuk menarik semua pasukan tempur dari Irak.

Sekitar 4.000 pasukan dengan menggunakan kendaraan tempur, tampak beriringan meninggalkan kota Baghdad menuju Kuwait. Dengan penarikan pasukan tempur itu, jumlah tentara AS yang saat ini masih ditugaskan di Irak berjumlah 56.000 orang. Dari jumlah itu, 6.000 tentara lagi akan dipulangkan pada tanggal 1 September mendatang.

Sisa pasukan AS yang masih berada di Irak tetap akan melakukan tugas pengamanan dengan kode "Operasi New Down" yang menandai berakhirnya "Operasi Iraqi Freedom", nama yang diberikan untuk operasi militer AS sejak invasi negeri itu ke Irak pada tahun 2003 lalu.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Philip Crowley mengatakan, penarikan pasukan tempur dari Irak merupakan "momen bersejarah" bagi AS. "Namun AS tetap berkomitmen untuk menjaga keamanan Irak," kata Crowley.

Di sisi lain, sejumlah politisi dan pejabat Irak mengungkapkan kekhawatirannya atas penarikan sebagian pasukan AS yang menurut mereka terlalu cepat dan akan memicu ketidakstabilan politik dan keamanan di Irak.

Pejabat Departemen Pertahanan Irak Letnan Jenderal Babaker Zerbari mengatakan, "Sekarang masih ada sebagian pasukan AS di sini. Persoalan akan muncul setelah tahun 2011--target penarikan seluruh pasukan AS--para politisi harus menemukan cara untuk mengisi kekosongan setelah tahun 2011. Jika kami ditanya soal penarikan pasukan ini, Saya akan katakan bahwa militer AS seharusnya tetap berada di Irak sampai militer Irak benar-benar siap secara penuh pada tahun 2020."

Pernyataan pejabat militer Irak ini bertolak belakang dengan keinginan masyarakat Irak agar pasukan asing segera enyah dari negerinya. Mereka sudah muak dengan aksi-aksi kekerasan yang terjadi sejak AS dan pasukan koalisinya menginvasi dan kemudian menjajah negeri itu selama hampir tujuh tahun.

Penjajahan AS di Irak bahkan menyisakan persoalan baru bagi rakyat Irak. Senjata-senjata AS yang mengandung zat kimia berbahaya telah menyebabkan berbagai jenis penyakit berbahaya bagi warga Irak. Sebuah hasil penelitian berjudul "Cancer, Infant Mortality and Birth Sex-Ratio in Fallujah, Iraq 2005-2009" yang dirilis baru-baru ini bahkan menyebutkan bahwa dampak bahan kimia dari persenjataan dan amunisi yang digunakan pasukan AS di Irak, lebih dahsyat dari dampai pengaruh bom atom yang dijatuhkan AS di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pada tahun 1945.

Sementara itu, proyek investigasi "Project Censored" yang berbasis di AS menyebutkan, lebih dari satu juta rakyat Irak tewas selama invasi AS ke negeri itu. Sedangkan di pihak militer AS, jumlah tentara yang tewas mencapai 4.500 orang.

Pertanyaannya sekarang, apakah AS akan angkat kaki begitu saja dari Irak tanpa mempertanggungjawabkan kehancuran, kematian dan penderitaan yang telah ditimbulkannya bagi rakyat Irak? Apalagi perang yang digelar AS ke Irak atas kecurigaan bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal, tidak pernah terbukti. (ln/prtv/aby/EM)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.