Header Ads

Pasukan India Kembali Bantai Rakyat Kashmir

Tiga pengunjuk rasa, termasuk seorang gadis, tewas hari Ahad kemarin (1/8) di Kashmir, dan kematian demonstran ini menjadi korban sembilan orang yang ditembak mati oleh pasukan keamanan India dalam tiga hari demo jalanan, kata polisi.

Korban terakhir menandai fase paling mematikan di wilayah mayoritas-Muslim Himalaya sejak 11 Juni lalu, ketika kekacauan meletus setelah seorang mahasiswa 17 tahun tewas oleh tembakan gas air mata polisi India.

Kematian hari Minggu kemarin terjadi di kota Pampore, sekitar 13 kilometer (delapan mil) selatan Srinagar, ibukota musim panas Kashmir India.

Saksi mata mengatakan pasukan keamanan India kembali melepaskan tembakan di prosesi pemakaman salah satu dari dua orang yang tewas di dekat Pampore, yang menewaskan seorang gadis berusia 17 tahun.

Dua orang tewas tersebut terjadi, ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan dengan senapan ketika ribuan warga di Pampore menentang jam malam ketat yang diterapkan militer India, demonstran memblokir jalan raya utama di kawasan itu dan menyerang petugas keamanan India dengan lemparan batu.

Penduduk mengatakan, mereka awalnya mengadakan protes damai terhadap kekuasaan India ketika akhirnya pasukan keamanan India menembaki mereka.

Namun, penembakan itu malah membawa lebih banyak orang keluar ke jalan-jalan.

Seruan untuk PBB dan OKI

Pemimpin Senior Kashmir Hurriyet, Syed Ali Gilani, mengutuk pembunuhan yang dilakukan militer India terhadap demonstrasi damai dan menyebut hal ini sebagai "jenis terburuk dari terorisme negara India".

Syed Ali Gilani dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di Srinagar mengatakan, dia mengimbau Organisasi Konferensi Islam mengadakan pertemuan mendesak untuk menangani situasi yang memburuk di wilayah yang diduduki dan mengambil langkah untuk menghentikan pembunuhan warga Kashmir oleh pasukan India."

Pemimpin veteran Hurriyet juga mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melaksanakan resolusi pada Kashmir," seperti dilaporkan Kashmir Media Service.

Sebanyak 26 warga sipil, kebanyakan anak muda berusia remaja, telah tewas dalam protes menentang kekuasaan India di Kashmir yang mayoritas penduduknya Muslim.

Pada tahun 1948, PBB mengadopsi resolusi yang menyerukan referendum bagi Kashmir untuk menentukan apakah wilayah Himalaya harus menjadi bagian dari India atau Pakistan. Warga Kashmir mengatakan perang melawan India sejak saat itu dan menolak untuk mengadakan referendum di wilayah Kashmir.

Namun India mempertahankan kehadiran pasukan besar mereka di Kashmir. (fq/agencies)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.