Header Ads

Amerika Ngebet Singkirkan Qadhafi

Amerika Serikat (AS) nampaknya sedang berupaya mengumpulkan alasan untuk segera ’menghabisi’ penguasa Libya, Muammar Qadhafi. Melalui Menlu AS, Hillary Clinton, mengatakan Washington akan menawarkan setiap bantuan yang diperlukan oleh rakyat Libya yang berusaha menggulingkan pemerintah mereka.

Istri Bill Clinton ini dikabarkan sedang dalam perjalanan menuju Jenewa untuk mengadakan pertemuan dengan Komisi PBB Urusan Hak Asasi Manusia guna membahas masalah Libya.

Hillary Clinton berada di Jenewa dalam upayanya menggalang dukungan untuk menekan Qadhafi. Menlu AS ini melakukan sejumlah pembicaraan dengan pemimpin Rusia dan Uni Eropa. Namun demikian Clinton dalam jumpa persnya tidak mengisyaratkan bentuk bantuan kemanusiaan Washington kepada rakyat Tunisia.

Ia juga untuk pertama kalinya secara transparan menuntut Qadhafi mundur dari jabatannya. Hal ini diungkapkan Clinton sehari setelah Presiden AS, Barack Obama merilis statemen serupa meminta Qadhafi meletakkan jabatan.

"Kami menginginkan Qadhafi secepatnya mengundurkan diri dan mengakhiri aksi kekerasan," ungkap Clinton.

Menlu AS ini juga menyeru Qadhafi segera menarik pasukan bayaran dan militer yang masih setia kepadanya.

"Adapun bagaimana proses penarikan pasukan bayaran, hal ini terserah kepada Qadhafi dan keluarganya," tandas Clinton.

Menyikapi resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap Libya, Clinton mengatakan, hingga kini kami masih berada dalam tahap awal, namun demikian kami memiliki akses dengan berbagai warga Libya yang tengah menggalang kekuatan di wilayah timur negara ini.
Pentagon

Sebelumnya, hari Senin, juru bicara Pentagon Kolonel Dave Lapan dikutip AFP melaporkan AS telah memindahkan pasukan-pasukan angkatan laut dan udaranya ke posisi sekitar Libya.

Dalam sebuah pernyataannya baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Venezuela Nicolas Maduro menyatakan, AS dan negara kuat lainnya sedang merencanakan pergerakan di dalam Libya yang bertujuan untuk menumbangkan kekuasaan Muammar Qadhafi.

Senada dengan Maduro, mantan pemimpin Kuba, Fidel Castro, menilai bahwa gejolak di Libya bisa menjadi alasan bagi Amerika untuk melakukan invasi dengan tujuan mencaplok minyaknya.

"Mereka merekayasa situasi untuk melakukan invasi ke Libya,” ujar Maduro seperti dikutip dari CBS, Jumat (25/2).

Sementara itu PBB memperingatkan bahwa telah timbul krisis kemanusiaan di berbagai tapal batas Libya, di mana puluhan ribu warga asing berusaha menyelamatkan diri dari kerusuhan. Menurut keterangan Bulan Sabit Merah di perbatasan Tunisia-Libya, warga sipil yang berasal dari negara-negara Afrika kini tidur di sebuah kamp militer dan diberi makan di sana, tapi hanya boleh tinggal untuk waktu yang terbatas.

Sebelumnya, Muammar Qadhafi, mengatakan tidak akan mundur dan tidak akan meninggalkan Libya walaupun kekuatan pemberontak terus meningkat. (hidayatullah.com)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.