Header Ads

Sudah Patuhi Resolusi PBB, Tetap Saja Libya Diserang

Meski pemerintahan Libya,hari Jumat (18/3) telah menyatakan mematuhi Resolusi Dewan Keamanan PBB dan melaksanakan gencatan senjata dan segera menghentikan seluruh operasi militernya, tapi tak ada jaminan Barat dan sekutunya melakukan lahkan bijak.

Buktinya, lebih dari ratusan misil telah ditembakkan pasukan “invasi pimpinan Amerika’ menuju Libya. Seorang pejabat militer senior Amerika Serikat, Laksamana Madya Bill Gortney menolak untuk mendiskusikan apa tahap operasi selanjutnya yang akan dilaksanakan. Direktur Pasukan Gabungan AS hari Sabtu (19/3) mengatakan, menolak berdiskusi.Ia hanya mengatakan, sejauh ini sudah 20 target yang disasar pasukan sekutu.

Hanya beberapa jam serangan militer Barat (Amerika, Inggris dan Prancis ke Libya) sedikitnya 48 warga sipil dan melukai sedikitnya 150 orang. Associated Press melaporkan, pejabat pemerintahan Libya Ahad pagi mengatakan sejak serangan pertama, pesawat-pesawat tempur Barat telah menembakkan ratusan roket dan peluru kendali ke ibukota Tripoli yang menewaskan 48 orang. Televisi resmi Libya memberitakan bahwa serangan militer ini juga menargetkan sasaran-sasaran sipil. Seluruh penjuru kota Tripoli yang disusul dengan kobaran api dan membumbungnya asap tebal di kota ini.

Menurut pejabat AS, lebih dari 110 misil telah dimuntahkan tentara Barat pimpinan AS ke Libya.

Sementara itu, rakyat Libya menolak jika Barat harus melakukan serangan ke negara itu dari darat. Pernyataan ini disampaikan Hussein Saleh, salah seorang anggota kantor Penerangan Front Rakyat untuk Menyelamatkan Libya. Pernyataan ini disampaikan dalam wawancara dengan televisi al-Alam.

Saleh mengatakan, Dewan Transisi sebagai lembaga yang mewakili kelompok oposisi dan revolusioner menentang serangan darat oleh pihak asing.

Tokoh revolusi ini menambahkan, pihaknya hanya menginginkan pelucutan di pihak Qadhafi maka revolusi akan meraih kemenangan.

Intervensi Amerika ke Libya juga ikut menyertakan Spanyol, Norwegia, Denmark bergabung dalam ‘pesta perang’ ini.

Tak urung, aksi ‘pamer kekuatan” di bawah kendali Amerika ini menuai banyak kecaman. Beberapa negara kurang suka campur tangan militer asing di Libya. Pernyataan ini disampaikan Kementerian Luar Negeri Rusia.

"Campur tangan militer asing harus disingkirkan," kata Kementerian Luar Negeri Rusia seperti dikutip RIA Novosti.

Pernyataan kementerian ini bersesuaian dengan resolusi Uni Afrika yang mendukung kedaulatan dan kesatuan kawasan Libya dan mengecam segala campur tangan militer asing.

Anehnya, pernyataan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Amerika, Admiral Michael Mullen, Ahad kemarin menekankan, tujuan operasi saat ini sangat terbatas, dan bukan upaya untuk menggulingkan kekuasaan diktator Muammar Qadhafi. Masalah serangan militer sudah pasti akan banyak melahirkan korban. (hidayatullah.com)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.