Header Ads

Politik Luar Negeri Al Walid Bin Abd Malik

Era Khilafah Umayyah dikenal sebagai era penaklukan. Dengan stabilitas politik di dalam negeri yang diwariskan oleh Khalifah Abd al-Malik, selain al-Walid, penerus Abd al-Malik, bisa melakukan pembangunan yang luar biasa, bukan saja fisik tetapi juga non-fisik. sebagai contoh, orang-orang tuna netra dan cacat, nafkah hidupnya dijamin oleh negara. Tidak hanya itu, bagi yang buta juga diberi pemandu dan bagi yang tidak mampu bekerja diberi pembantu. Rumah sakit khusus untuk penderita kusta pun dibangun di Damaskus, Suriah, yang hingga kini masih berdiri dan menggunakan namanya.

Karena itu, ketika masalah di dalam negerinya relatif tidak ada, khilafah saat itu pun segera mengemban Islam keluar, sekaligus untuk mewujudkan bisyarah Rasul, menaklukkan Konstantinopel. Ada empat target yang menjadi sasaran penaklukan saat itu, yaitu. (1) Wilayah Wara'an-Nahr, yang dipimpin oleh Qutaibah bin Muslim; (2) Anak benua India dipimpin oleh Muhammad bin al Qasim; (3) Spanyol dipimpin oleh Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad; (4) Asia Kecil-Konstantinopel dipimpin oleh Maslamah bin Abd al-Malik.

Qutaibah bin Muslim ditunjuk oleh al-Hajjaj bin Yusuf, yang ketika itu menjabat sebagai wali untuk Irak, Persia dan Khorasan. Tahun 86 H, Qutaibah berhasil menaklukkan kota Balkha. Setahun kemudian, ia berhasil menaklukkan kota Shaghad dan Bikandi, hingga sampai di Bukhara dan Samarkand pada tahun 92 H. Sebelum memasuki tahun 93 H, ia pun berhasil menaklukkan kota Farghanah hingga sampai ke Turkmenistan Timor, yang berbatasan dengan Cina. Wilayah ini disebut Wara' an Nahr (Belakang Sungai), karena berada di belakang sungai besar, yaitu sungai Jaihun dan Saihun. Kawasan ini sekarang masuk wilayah Uzbekistan dan sebagian barat daya Kazakhstan. Kota-kota penting yang kemudian melahirkan ulama besar berasal dari wilayah ini. Sebut saja, Samarkand, Bukhara, Farghanah, Tashken, Khuwarizmi, Murwa dan Tirmidz.

Wilayah baru ini kemudian berhasil dilebur oleh Khilafah saat itu menjadi satu kesatuan. Bangsa-bangsa non-Arab yang hidup di sana yang noto bene bukan orang Arab dan bahasanya bukan bahasa Arab, pada akhirnya berhasil dilebur sehingga budaya dan bahasanya pun menyatu. Bahkan, Bapak Balaghoh, seperti Imam az Zamakhsyari pun lahir dari kawasan ini. Kitabnya, Tafsir al Kasysyaf pun diakui sebagai tafsir bi ar-ro'yi (dengan pendekatan bahasa) terbaik, padahal ia bukan orang Arab. Imam Bukhari, yang terkenal sebagai Imam Ahli Hadits, dengan magnum opus-nya, Shohih al-Bukhari, juga lahir dari kawasan ini. Imam at-Tirmidzi, yang juga terkenal dengan rumusan hadits hasan-nya, pasca Shohih al Bukhari, ternyata juga lahir dari kawasan ini. Demikian juga ilmuan, al-Khwaarizmi yang terkenal dengan teori Algoritma-nya juga lahir dari kawasan ini.

Ini merupakan bukti keberhasilan politik luar negeri khilafah, menjadikan bangsa-bangsa yang ditaklukkan bukan sebagai orang asing tetapi dilebur menjadi satu umat, yaitu umat Islam. Dengan bahasa, budaya dan tradisi yang satu, yaitu Islam. Dari bangsa-bangsa yang telah dilebur dengan Islam itu pun lahir para ulama hebat sekaliber Imam Bukhari, at-Tirmidzi, az-Zamakhsyari dan lain-lain. (HAR)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.