Azerbaijan Larang Masjid, Malah Hangat dengan Israel
Pemerintah Azerbaijan yang dikenal mayoritas Syiah telah membiayai pembangunan dua Synagog tahun ini, dan meningkatkan kerjasama dangat hangat dengan Israel hingga membuat marah Iran.
Seorang pemimpin Yahudi Ashkenazi, Gennady Zelmanovich, mengatakan, "Belum pernah ada tanda anti semit di Azerbaijan."
Hubungan Azerbaijan semakin hangat dengan Israel beberapa tahun terakhir. Israel mendapat keuntungan dari sumber energi, sementara pemerintah Azerbaijan mengimpor senjata dan teknologi militer dari Israel. Omset perdagangan antara kedua negara tahun lalu sebesar $ 1,8 miliar.
Ironisnya di saat yang sama, Azerbaijan justru menutup sejumlah masjid dan melarang warganya memakai jilbab di sekolah.
Tahun lalu, penguasa memerintahkan semua pegawai negeri untuk melepas simbol-simbol Islam seperti al-Quran di kantor-kantor.
Pemerintah juga memberi mandat bahwa seluruh kelompok agama menyelaraskan ajaran mereka dengan otoritas spiritual Dewan Kaukasus Muslim (CBM) yaitu sebuah dewan bentukan pemerintah yang terdiri pakar agama yang mengendalikan masjid di negara itu.
Kaum Syiah mewakili lebih dari 93 persen di bekas Republik Soviet yang berpenduduk 8,3 juta jiwa itu. Sisanya adalah penganut agama lain atau tidak beragama.
Puluhan ribu orang Yahudi Azerbaijan telah berimigrasi ke Israel setelah tahun 1991 dan hanya sekitar 30.000 tinggal di negara yang muncul sebagai salah satu negeri paling sekuler di dunia Islam setelah dekade kekuasaan Soviet ini.
Pemerintah Baku, Ibukota Azerbaijan, mengaku memerlukan senjata Israel untuk membantu membangun militer di tengah konflik yang berkelanjutan dengan Armenia atas wilayah Nagorny Karabakh.
Presiden Aliyev bahkan berjanji untuk mengendalikan kendali atas Karabakh - dengan paksa jika perlu - dari etnis Armenia etnis selama perang pada 1990-an yang menewaskan sekitar 30.000 orang.
Pemerintah Baku dikabarkan sudah membeli ratusan juta dolar harga perangkat perang, teknologi komunikasi militer dan drone, demikian ujar media Israel.
Menurut pihak penguasa industri pertahanan Israel sangat cocok untuk kebutuhan substansial pertahanan Azerbaijan.
Azerbaijan tidak mempunyai kedutaan besar di Israel karena tidak mau menyinggung perasaan organisasi OKI.
Sikap hangat Azerbaijan kepada Zionis Israel ini rupanya tak diterima rakyatnya.
Umumnya masyarakat mengeluh sikap pemerintah yang ramah terhadap penjajah bangsa Palestina itu sementara di pihak lain, pemerintah menghalang-halangi pembangunan masjid. Tak hanya itu, aktivis Islam juga dicurigai dan ditangkap dengan alasan upaya untuk memberantas ekstremisme keagamaan.
Januari lalu ratusan orang berunjuk rasa di Baku, Azerbaijan, guna mendesak pemerintah membatalkan keputusan pelarangan penggunaan jilbab di sekolah-sekolah. (hidayatullah/al-khilafah.co.cc)
Seorang pemimpin Yahudi Ashkenazi, Gennady Zelmanovich, mengatakan, "Belum pernah ada tanda anti semit di Azerbaijan."
Hubungan Azerbaijan semakin hangat dengan Israel beberapa tahun terakhir. Israel mendapat keuntungan dari sumber energi, sementara pemerintah Azerbaijan mengimpor senjata dan teknologi militer dari Israel. Omset perdagangan antara kedua negara tahun lalu sebesar $ 1,8 miliar.
Ironisnya di saat yang sama, Azerbaijan justru menutup sejumlah masjid dan melarang warganya memakai jilbab di sekolah.
Tahun lalu, penguasa memerintahkan semua pegawai negeri untuk melepas simbol-simbol Islam seperti al-Quran di kantor-kantor.
Pemerintah juga memberi mandat bahwa seluruh kelompok agama menyelaraskan ajaran mereka dengan otoritas spiritual Dewan Kaukasus Muslim (CBM) yaitu sebuah dewan bentukan pemerintah yang terdiri pakar agama yang mengendalikan masjid di negara itu.
Kaum Syiah mewakili lebih dari 93 persen di bekas Republik Soviet yang berpenduduk 8,3 juta jiwa itu. Sisanya adalah penganut agama lain atau tidak beragama.
Puluhan ribu orang Yahudi Azerbaijan telah berimigrasi ke Israel setelah tahun 1991 dan hanya sekitar 30.000 tinggal di negara yang muncul sebagai salah satu negeri paling sekuler di dunia Islam setelah dekade kekuasaan Soviet ini.
Pemerintah Baku, Ibukota Azerbaijan, mengaku memerlukan senjata Israel untuk membantu membangun militer di tengah konflik yang berkelanjutan dengan Armenia atas wilayah Nagorny Karabakh.
Presiden Aliyev bahkan berjanji untuk mengendalikan kendali atas Karabakh - dengan paksa jika perlu - dari etnis Armenia etnis selama perang pada 1990-an yang menewaskan sekitar 30.000 orang.
Pemerintah Baku dikabarkan sudah membeli ratusan juta dolar harga perangkat perang, teknologi komunikasi militer dan drone, demikian ujar media Israel.
Menurut pihak penguasa industri pertahanan Israel sangat cocok untuk kebutuhan substansial pertahanan Azerbaijan.
Azerbaijan tidak mempunyai kedutaan besar di Israel karena tidak mau menyinggung perasaan organisasi OKI.
Sikap hangat Azerbaijan kepada Zionis Israel ini rupanya tak diterima rakyatnya.
Umumnya masyarakat mengeluh sikap pemerintah yang ramah terhadap penjajah bangsa Palestina itu sementara di pihak lain, pemerintah menghalang-halangi pembangunan masjid. Tak hanya itu, aktivis Islam juga dicurigai dan ditangkap dengan alasan upaya untuk memberantas ekstremisme keagamaan.
Januari lalu ratusan orang berunjuk rasa di Baku, Azerbaijan, guna mendesak pemerintah membatalkan keputusan pelarangan penggunaan jilbab di sekolah-sekolah. (hidayatullah/al-khilafah.co.cc)
Tidak ada komentar