Pesawat Tak Berawak Teroris AS juga Menyebar Kimia Beracun
Dokter dan para ahli Pakistan mengatakan AS menggunakan amunisi kimia dalam serangan non-sanksi pesawat tak berawak di wilayah kesukuan Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan.
Para ahli mengungkapkan bahwa penduduk sipil Pakistan yang menjadi target serangan drone AS menderita penyakit kulit, mata dan pernafasan yang rumit karena bahan kimia mematikan yang digunakan dalam rudal AS, lapor Press TV pada Kamis (9/6/2011).
Menurut wartawan dan pengamat ahli di Waziristan yang merupakan wilayah pegunungan di barat laut Pakistan yang sering menjadi titik fokus serangan drone AS, mereka telah menerima sejumlah laporan dari beberapa orang dan dokter lokal yang menunjukkan efek berbahaya dari serangan drone yang dilakukan terhadap seluruh populasi.
“Sejak serangan ini dilakukan, kami telah menyaksikan beberapa kasus penyakit aneh, dan klub pers kami telah sering dikunjungi oleh mereka yang mengadu, yang mengalami penyakit kulit dan penyakit sekitar bronchial setelah serangan udara dilancarkan. Aku ingin menambahkan bahwa pertanian dan peternakan di sekitar daerah itu juga menunjukkan kondisi menyedihkan,” ujar seorang wartawan, safdar Dawar seperti yang dilaporkan Press TV.
Seorang pakar dari Waziristan mengatakan putrinya meninggal karena kanker darah sesaat setelah ia menderita penyakit kulit, yang tidak lebih dari efek kimia berbahaya yang digunakan dalam serangan drone AS.
“Saya sendiri kehilangan putri saya, ia berusia 28 bulan, dia mengalami penyakit kulit dan kemudian dia didiagnosis dalam waktu satu bulan dengan kanker darah. Saat ini orang-orang berbicara mengenai bom kimia yang dilancarkan. Hal yang sama terjadi di semua tempat di mana serangan udara dilakukan, orang-orang mengeluhkan penyakit kulit, infeksi paru-paru, infeksi tenggorokan dan berbagai macam penyakit lainnya,” ujar seorang pakar, Safiullah Gul.
Washington mengklaim serangan udara mereka menargetkan Mujahidin Tlaiban, namun serangan seperti itu telah menewaskan ratusan sipil Pakistan sejak 2008. (arrahmah/al-khilafah.co.cc)
Para ahli mengungkapkan bahwa penduduk sipil Pakistan yang menjadi target serangan drone AS menderita penyakit kulit, mata dan pernafasan yang rumit karena bahan kimia mematikan yang digunakan dalam rudal AS, lapor Press TV pada Kamis (9/6/2011).
Menurut wartawan dan pengamat ahli di Waziristan yang merupakan wilayah pegunungan di barat laut Pakistan yang sering menjadi titik fokus serangan drone AS, mereka telah menerima sejumlah laporan dari beberapa orang dan dokter lokal yang menunjukkan efek berbahaya dari serangan drone yang dilakukan terhadap seluruh populasi.
“Sejak serangan ini dilakukan, kami telah menyaksikan beberapa kasus penyakit aneh, dan klub pers kami telah sering dikunjungi oleh mereka yang mengadu, yang mengalami penyakit kulit dan penyakit sekitar bronchial setelah serangan udara dilancarkan. Aku ingin menambahkan bahwa pertanian dan peternakan di sekitar daerah itu juga menunjukkan kondisi menyedihkan,” ujar seorang wartawan, safdar Dawar seperti yang dilaporkan Press TV.
Seorang pakar dari Waziristan mengatakan putrinya meninggal karena kanker darah sesaat setelah ia menderita penyakit kulit, yang tidak lebih dari efek kimia berbahaya yang digunakan dalam serangan drone AS.
“Saya sendiri kehilangan putri saya, ia berusia 28 bulan, dia mengalami penyakit kulit dan kemudian dia didiagnosis dalam waktu satu bulan dengan kanker darah. Saat ini orang-orang berbicara mengenai bom kimia yang dilancarkan. Hal yang sama terjadi di semua tempat di mana serangan udara dilakukan, orang-orang mengeluhkan penyakit kulit, infeksi paru-paru, infeksi tenggorokan dan berbagai macam penyakit lainnya,” ujar seorang pakar, Safiullah Gul.
Washington mengklaim serangan udara mereka menargetkan Mujahidin Tlaiban, namun serangan seperti itu telah menewaskan ratusan sipil Pakistan sejak 2008. (arrahmah/al-khilafah.co.cc)
astagfirullah...tidak ada puasnya bagi mereka orang-orang yang dzalim menyakiti sesama,,,semoga saja allah mmberikan balasan yang setimpal buat mereka..
BalasHapus