Header Ads

Krisis Lingkungan Buah Kapitalis


Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa saat ini manusia sedang terhimpit dalam pilihan mana yang harus diutamakan, kebutuhan hidup ataukah alam lingkungan. Kita tahu bahwa untuk memenuhi kebutuhan kita pasti akan membutuhkan alam untuk memenuhinya, sementara sekarang alam juga dalam keadaan krisis untuk bertahan hidup. Manusia benar-benar mengalami dilema panjang. Setiap tahun hari lingkungan terus dirayakan, penanaman bibit-bibit pohon juga sering digalakkan untuk pencegahan global warming katanya. Namun, krisis lingkungan tak juga reda dalam kehidupan saat ini. Sebenarnya apa yang salah dengan krisis lingkungan yang melanda dunia saat ini. Benarkah memang karena kondisi alam yang mulai tua,atau manusianya yang tak pernah bersyukur atau juga ada factor x yang  memang secara sistemik menyebabkan lingkungan selalu murka pada kita umat manusia?

Krisis lingkungan yang sekarang melanda kita jelas adalah sebuah becana untuk kita saat ini. Bagaimana tidak, pada hakekatnya manusia,alam dan hidup jelas tidak dapat dipisahkan. Bagaimana ada manusia dan hidup tanpa alam?. Islam secara tegas memerintahkan kita untuk selalu merawat dan melestarikan alam. Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Abu Darda ra. pernah menjelaskan bahwa di tempat belajar yang diasuh oleh Rasulullah SAW telah diajarkan tentang pentingnya bercocok tanam dan menanam pepohonan serta pentingnya usaha mengubah tanah yang tandus menjadi kebun yang subur. Perbuatan tersebut akan mendatangkan pahala yang besar di sisi Allah SWT dan bekerja untuk memakmurkan bumi adalah termasuk ibadah kepada Allah SWT dan diperjelas dalam QS. Al-Qashash : 77 yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” . jelas Allah SWT selalu memerintahkan kita untuk senantiasa menjaga lingkungan kita.

Dalam buku yang berjudul Islam Agama Ramah Lingkungan, Yusuf Qardhawi memberikan beberapa konsep lingkungan hidup yang ada dalam Islam yaitu antara lain:

pertama; penanaman pohon dan penghijauan,
kedua; pembajakan tanah dan pemupukan (menghidupkan lahan yang mati),
ketiga; menjaga kebersihan;
keempat; menjaga sumber kekayaan alam,
kelima; menjaga kesehatan manusia,
keenam; ramah terhadap lingkungan,
ketujuh; menjaga lingkungan dari perusakan,
kedelapan; menjaga keseimbangan lingkungan.

Alam diciptakan Allah untuk manusia dalam rangka memenuhi hajat hidupnya. Namun tanpa disadari, manusia menjadi makhluk antroposentris yang menjadikan alam sebagai mesin yang sempurna untuk diekploitasi sebesar-besarnya demi kesejahteraan hidup. Tak ada etika di sana, tak ada kasih sayang terhadap sesama maupun alam. Akhirnya unsur-unsur alam yang sangat erat dengan kehidupan mansuia, yakni air, udara dan tanah mengalami polusi sedemikian rupa. Sehingga organisme yang menempati, termasuk manusia, bermigrasi, atau bahkan terancam kepunahan. Kerusakan lingkungan alam tidak bisa dilepaskan dari perilaku manusia. Terbukti, bahwa sebagian besar bencana-bencana yang terjadi bukanlah karena faktor alam semata, tetapi karena ulah dan perilaku manusia sendiri, seperti banjir dan pencemaran lingkungan.

Jelas dari pemaparan diatas, bencana alam dan kerusakan lingkungan bukanlah factor lingkungan itu sendiri, melainkan manusia  nyata-nyata sangat terlibat dalam hal ini. Tangan-tangan jahil manusia tak bertaggung jawab yang bebas merampas ekosistem lingkungan itu sendiri. Manusia yang senantiasa rakus dan serakah dalam pengelolaan sumber daya alam menyebabkan kerusakan fatal yang terjadi pada alam. Abu al-Fida yang ber’alam Kunyah ”Ibnu Katsir”[3] mengatakan, firman Allah swt.

”.وَلاَ تُفْسِدُوا فِى اْلأَرْضِ إلخ”

mengandung pengertian bahwa Allah swt. melarang kepada hambanya berbuat kerusakan di atas bumi dan berbuat apa yang dapat merugikannya setelah adanya perbaikan. Karena sesungguhnya jika segala sesuatu berjalan di atas kebaikan, kemudian terjadi sebuah kerusakan maka akan menjadikan sebuah kerugian bagi manusia.

Bahkan dalam hal ini, berbagai spesies ikut menjadi korban, Sedikitnya ada 15 spesies telah punah dalam 20 tahun terakhir, 12 spesies dapat bertahan hidup karena diperlihara ditangkarkan oleh manusia. Namun, diyakini bahwa sebenarnya spesies yang mengalami kepunahan jumlahnya jauh lebih besar. Lebih dari itu menurut penelitian Global Species Assessment (GSA) dalam Siaran Pers bulan November 2004, sekitar 15.589 spesies yang terdiri dari 7.266 spesies satwa dan 8.323 spesies tumbuhan dan lumut kerak, diperkirakan berada dalam resiko kepunahan. Dari semua ini, pada akhirnya yang terjadi adalah kerugian untuk anusia itu sendiri dala memanfaatkan SDA yang ada.

Tidak bisa dielakkan lagi, bahwa memang benar manusia ikut andil dalam hal ini. Sikap konsumtif kepada alam yang nyata-nyata ditunjukkan melalui tingkah manusia dalam memperoleh kebutuhannya tak pelak menyebabkan kerusakan,kelangkaan bahkan kepunahan yang terjadi pada lingkungan kita. Namun benarkah hanya karena manusianya saja tanpa ada dorongan dan “pemaksaan” dari sebuah system kehidupan?

Ternyata system yang pakai saat ini sangat memiliki andil yang paling besar, dan patut menjadi tersangka utama dalam kasus lingkungan ini. hal yang menarik yang perlu kita lihat adalah suatu fenomena yang tanpa kita sadari secara langsung maupun tidak, kapitalisme telah menjadi bibit-bibit kecil yang mengantarkan pemikiran manusia yang menjelma menjadi perilaku perusak. Perilaku orang-orang berkuasa yang haus akan kekayaan dan kekuasaan akan terus mempertahankan apa yang dia punya dengan cara apapun. Perilaku-perilaku seperti inilah yang menyebabkan terjadinya ekspolitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam yang merupakan faktor produksi secara ekonomi dan kemudian menyebabkan terjadinya kerusakan pada lingkungan. Perlu kita sadari, bahwa kapitalismelah yang telah menghancurkan alam ini. Polusi, degradasi lingkungan, Emisi dan berbagai jenis manifestasi kerusakan lingkungan lainnya adalah ulah dari kaum kapitalis. Oleh karena itu, pemikiran-pemikiran kritis yang baru diharapkan untuk menghancurkan kapitalisme yang telah menghancurkan lingkungan.

Bahkan dikutip dari pernyataan Ahmadinejad "Cara terbaik untuk melindungi lingkungan adalah melawan ideologi penjarahan tidak terbatas kapitalisme. Ini cara berpikir yang menyetarakan kesejahteraan manusia dengan konsumsi berlebihan dan persamaan yang salah akhirnya mengarah pada pemusnahan alam sepenuhnya," kata Ahmadinejad. Dia menggambarkan keserakahan yang tak pernah berakhir, kerakusan dan keegoisan negara-negara tertentu sebagai ancaman terbesar terhadap lingkungan. Presiden Iran mengatakan bahwa untuk mengisi kantong-kantong " kapitalis rusak, anti-kemanusiaan," kekuatan hegemonik telah menghancurkan semua hubungan manusia, termasuk dengan lingkungan. Dia menggambarkan "konsumsi palsu" sebagai salah satu alasan di balik perusakan lingkungan dan mengatakan kekuatan hegemonik telah mempromosikan konsumsi palsu melalui "iklan palsu." Presiden Ahmadinejad mengatakan mereka yang memulai perbudakan adalah orang-orang yang kemudian menyerang negara, menghancurkan keluarga dan masyarakat manusia dan sekarang menargetkan lingkungan dengan ide-ide kapitalis mereka. Presiden Iran mengatakan sejumlah negara bertanggung jawab untuk lebih dari 50 persen pencemaran lingkungan dan mengatakan, yang mengherankan bahwa kepala negara-negara ini mengklaim sebagai pembela hak asasi manusia sementara mereka menjarah aset bangsa lain, membunuh orang-orang dan menghancurkan lingkungan.

Tidak mengherankan mendengar pernyataan diatas, bahwa penyebab utamanya adalah sistem yang kita pakai saat ini yaitu kapitalisme. Mengingat prinsip kaum kapitalis adalah “pada hakekatnya kebutuhan manusia tidak terbatas, yang terbatas adalah alat pemuas atau alat pemenuhan kebutuhannya”. Dengan prinsip itu mereka lantas terus menerus memproduksi barang-barang sebagai alat pemuas manusia denga mengeksploitasi habis-habisan kekayaan alam yang ada. Dengan sikap konsumtif yang luar biasa itu, maka alam yang ada menjadi langka dan punah. Inilah cikal bakal kerusakan alam dan bencana demi bencana yang senantiasa mengintai kita. Bahkan untuk kasus global warming, Amerika sebagai pengusung Kapitalislah menjadi actor utama dengan menyumbangkan gas-gas limbah dari industri-industri besar yang ada di Amerika yang mampu melubangi lapisan ozon sebagai  akibat sikap konsumtif mereka yang berlebihan.  Aktivitas produksi dan perilaku konsumtif gila-gilaan melahirkan sikap dan perilaku eksploitatif. Di samping itu, paham materialisme, kapitalisme, dan pragmatisme dengan kendaraan sains dan teknologi telah ikut mempercepat dan memperburuk kerusakan lingkungan.

Solusi Islam

Krisis lingkungan yang terjadi saat ini sebenarnya bersumber pada kesalahan fundamentalis-filosofis dalam pemahaman atau cara pandang manusia terhadap dirinya, alam dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Kesalahan itu menyebabkan kesalahan pola perilaku manusia, terutama dalam berhubungan dengan alam. Tidak ditemukan dalam sejarah bahwa umat Islam adalah sebagai ”perusak lingkungan”, sekalipun dalam peperangan. Pertempuran yang berlangsung di zaman Nabi tak pernah menyebabkan kerusakan alam yang mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi, sebagaimana peperangan pada abad-abad mutakhir. Ketika itu perang tidak menjadi penyebab kerusakan alam, hanya menghancurkan musuh. Demikian implementasi Islam dalam memelihara alam, meski dalam peperangan.Tidak hanya dalam medan pertempuran, ketika beribadah pun nuansa Islam dalam mengkonversi alam masih sangat kental. Terbukti, ketika haji, orang yang ihram dilarang membunuh binatang, dan mencabut pohon. Bahkan, jika melanggar akan dikenakan sangsi.Lebih lanjut, Islam juga memberikan kabar gembira bagi mereka yang mau melestarikan alam. Nabi Muhammad saw. dalam sebuah hadits pernah besabada, ”Barangsiapa yang menanam sebuah pohon, dan pohon itu berbuah, Allah akan memberikan pahala kepada orang itu sebanyak buah yang tumbuh dari pohon tersebut.”Nabi juga pernah bersabda, ”Memakan setiap binatang buas yang bertaring adalah haram.” Hadits ini oleh Fuqaha (para ahli fiqh) dijadikan dasar atas diharamkannya binatang yang bertaring dan bercakar, seperti harimau, serigala, beruang, kucing, gajah, badak, macan tutul dan sebainya.

Islam jelas memiliki aturan untuk selalu menjaga lingkungan. Tidak seperti Kapitalis, Islam memandang bahwa kebutuhan manusia adalah terbatas namun keinginan manusia yang tidak terbatas. Kebutuhan manusia jelas hanya pada soal kebutuhan primer, tidak seperti kapitalis yang memandang mobil, perhiasan mewah dan barang mewah lainnya sebagai kebutuhan sehingga menimbulkan sikap konsumtif yang berlebihan. Dalam pemenuhan kebutuhan kebutuhan Islam tidak mengeksploitasi Alam habis-habisan. Alam digunakan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok saja, dan Islam tidak memfokuskan pada permasalahan produksi yang besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan namun, berkonsentrasi dalam pendistribusian barang itu sendiri sehingga sikap konsumtif yang gila-gilaan bias dihindari.

Dan semua itu terjadi jika Syariat Islam diterapkan dan Khalifahlah yang menjadi tonggak pelaksana. Dengan demikian, sekuruh alam akan bertasbih memuji kebesaran Allah yang senantiasa memberikan aturan yang rahmatan lil ‘alamin dan pada akhirnya alam, manusia dan hidup akan hidup secara berdampingan dan itu semua akan terwujud jika Khilafah Rasyidah tegak dan hanya aturan Allah yang dilaksanakan. Dan dengan senang hati kita akan mencampakkan jauh-jauh bahkan kita kubur sedalam-dalamnya Kapitalis yang tidak hanya menghancurka lingkungan melainkan seluruh aspek kehidupan. Hidup sejahterah dibawah naungan khilafah^^
Wallahu alam bishawab

Oleh: Rini & Rindy

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.