Pejabat Israel Tidak Terima Shalit Diwawancarai Televisi Mesir
Para pejabat Israel mengecam keras sebuah wawancara televisi Mesir dengan tentara Gilad Shalit beberapa menit setelah Hamas membebaskan dia dalam pertukaran tawanan Selasa kemarin (18/10), mengatakan interogasi itu tidak pantas dan tidak sensitif.
Dalam wawancara yang ditayangkan di televisi pemerintah Mesir, Shalit tampak kurus, pucat dan napasnya terasa sesak saat ia canggung menjawab pertanyaan.
Pejuang bersenjata Hamas menemani Shalit selama wawancara. Salah satu dari mereka berdiri di belakang kursi Shalit, memakai masker wajah hitam, ikat kepala hijau dari brigade Qassam - sayap militer Hamas - dan kamera video di tangannya.
"Anda tahu bagaimana rasanya berada di penangkaran," kata pewawancara Shahira Amin kepada Shalit. "Ada lebih dari 5.000 warga Palestina di penjara-penjara Israel Maukah Anda membantu kampanye untuk pembebasan mereka?" dia bertanya.
"Apa pengalaman yang membawa Anda serta membuat Anda lebih kuat?" tanyanya pada titik lain.
Seorang pejabat Israel mempertanyakan etika wartawan yang terlibat dalam wawancara tersebut.
"Kami semua terkejut bahwa wawancara yang disebut dilakukan terpaksa padahal Shalit sama sekali bahkan bisa berbicara dengan keluarganya atau menginjakkan kakinya di tanah Israel," kata pejabat itu. Dia berbicara dengan syarat anonim karena ia membahas masalah diplomatik yang sensitif, namun mengatakan adanya sentimen meluas di jajaran pejabat Israel atas wawancara itu.
Para pejabat keamanan Israel mengatakan Israel kepada kantor berita Ynet bahwa wawancara merupakan pelanggaran dari kesepakatan untuk pembebasan Shalit.(fq/ap/eramuslim)
Dalam wawancara yang ditayangkan di televisi pemerintah Mesir, Shalit tampak kurus, pucat dan napasnya terasa sesak saat ia canggung menjawab pertanyaan.
Pejuang bersenjata Hamas menemani Shalit selama wawancara. Salah satu dari mereka berdiri di belakang kursi Shalit, memakai masker wajah hitam, ikat kepala hijau dari brigade Qassam - sayap militer Hamas - dan kamera video di tangannya.
"Anda tahu bagaimana rasanya berada di penangkaran," kata pewawancara Shahira Amin kepada Shalit. "Ada lebih dari 5.000 warga Palestina di penjara-penjara Israel Maukah Anda membantu kampanye untuk pembebasan mereka?" dia bertanya.
"Apa pengalaman yang membawa Anda serta membuat Anda lebih kuat?" tanyanya pada titik lain.
Seorang pejabat Israel mempertanyakan etika wartawan yang terlibat dalam wawancara tersebut.
"Kami semua terkejut bahwa wawancara yang disebut dilakukan terpaksa padahal Shalit sama sekali bahkan bisa berbicara dengan keluarganya atau menginjakkan kakinya di tanah Israel," kata pejabat itu. Dia berbicara dengan syarat anonim karena ia membahas masalah diplomatik yang sensitif, namun mengatakan adanya sentimen meluas di jajaran pejabat Israel atas wawancara itu.
Para pejabat keamanan Israel mengatakan Israel kepada kantor berita Ynet bahwa wawancara merupakan pelanggaran dari kesepakatan untuk pembebasan Shalit.(fq/ap/eramuslim)
Tidak ada komentar