Header Ads

Bakar Diri Sondang

Tidak ada yang tahu pasti kenapa Sondang Hutagalung bakar dirinya. Ada yang menduga itu aksi itu bentuk kekecewaan dirinya terhadap kondisi Indonesia yang carut marut. Sondang sudah kehilangan asa . Membakar diri bisa jadi dianggapnya merupakan bentuk perlawanan terhadap rezim korup yang ada. Seperti Bouazizi (26 tahun ) yang membakar diri di Tunisia, Sondang mungkin berharap sikapnya akan menumbangkan penguasa yang ada.



Islam jelas melarang aksi bunuh diri seperti ini. Bunuh diri adalah tindakan yang diharamkan oleh Islam. Tapi apa yang dilakukan Sondang , merupakan cerminan dari kemuakan dan keputusan asaan masyarakat . Lihatlah para elit politik yang sibuk bertikai merebut kekuasaan , dengan mentelantarkan tugas pokok mereka mensejahterakan rakyat. Kemiskinan terjadi di mana-mana. Memang puluhan orang kaya Indonesia bertambah. Tapi apalah artinya , jutaan orang Indonesia justru hidup miskin.

Kekayaan 40 orang kaya Indonesia ternyata sama dengan kekayaan 60 juta orang miskin. Kesenjangan yang luar biasa. Idiom demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, hanya omong konsong belaka. Mengutip pernyataan Joseph Stigliz , peraih hadiah nobel, yang sesungguhnya terjadi adalah “Of the 1%, by the 1%, for the 1%”. Ya, benar hukum sesungguhnya dibuat oleh segelintir oleh segelintir elit dan untuk keuntungan segelintir elit juga.

Demokrasi telah melestarikan simbios mutalisme antara elit politik dan pengusaha, yang bekerjasama untuk menguntungkan diri sendiri tapi merugikan rakyat. Lahirlah banyak UU yang justru memihak pihak pemodal besar dan merugikan rakyat. Praktik jual beli pasalpun marak. Terjerat dalam lingkaran setan money to politic dan politic to money. Uang untuk melesterakin kekuasaan, dan kekuasaan untuk melestarikan aliran uang.

Sistem demokrasi yang menyerahkan kedaulatan ke tangan manusia, telah menjadi pintu masuk bagi kepentingan jahat manusia yang rakus untuk membuat hukum bagi kepentingan dirinya. Sementara biaya politik yang mahal, melahirkan politisi rakus yang jungkir balik korupsi dan kolusi untuk mengembalikan modal politik dan politik balas jasa kepada sponsor politik.

Kasus-kasus besar yang merugikan rakyat tidak jelas penyelesaiannya. Ada 6,7 trilyun uang rakyat untuk bailout Century Gate (sementara untuk korban gempa Sumatera Barat hanya 100 milyar). Ada 700 trilyun dana bailout kasus BLBI. Kasus ini menurut pengamat ekonomi Drajad H Wibowo membuat negara harus menanggung bunganya sebesar 40 trilyun lewat APBN sampai tahun 2033 . Belum lagi kasus penggelapan pajak Gayus miliar rupiah .

Namun semua itu menjadi barang dagangan elit politik, yang menciptakan politik saling menyandera. Bukan untuk menuntaskan tapi untk menekan lawan politik. Akhirnya yang ada adalah kompromi, sembari saling menuntupi kejahatan yang ada.

Korupsi terjadi di semua lini, bahkan menggerogoti di tiga pilar demokrasi (eksekutif, yudikatif dan legislatif). Terungkapnya rekening gendut PNS muda menunjukkan terjadi regenerasi prilaku korupsi. Para koruptor pun tidak ada takut dan malu lagi. Korupsi miliaran namun merasa diri tak bersalah. Nazarudin dan Nunun pun sempat jalan-jalan begitu lama di luar negeri , tentu bukan tanpa maksud. Berbeda dengan kasus terorisme yang pelaku dalam tempo singkat bisa di dapat. Bahkan yang diduga akan melakukan pun langsung di dor, meskipun belum ada bukti.

KPK yang seharusnya menjadi ujung tombak, diam membisu ketika berhadapan dengan kasus besar yang berhubungan dengan lingkaran kekuasaan dan elit pemodal. Alasannya, tidak ada bukti. Di sisi lain, mekanisme pembuktian terbalik dimana para koruptur harus membuktikan dari mana uang yang dia peroleh malah ditolak oleh DPR. Secara memalukan, KPK –meskipun sering kali disebut oknum- terlibat asmara politik.

Di saat pemerintah berkoar-koar mengatakan rakyat miskin berkurang, Data Asean Development Bank (ADB) menunjukkan sebaliknya, Menurut ADB tahun 2008 jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 40,4 juta orang. Sementara tahun 2010 jumlah orang miskin meningkat menjadi 43,1 juta orang atau naik 2,7 juta orang. Pemerintah mungkin menolak dengan alasan perbedaan standar, tapi fakta ada puluhan juta rakyat yang miskin tentu tidak bisa ditolak. Bagi kita satu orang rakyat yang miskin saja adalah masalah. Apalagi puluhan juta.

Kemiskinan , kesenjangan, kemarahan terhadap prilaku bejat politisi inilah yang melahirkan depresi sosial yang tinggi. Emosi gampang tertumpah gara-gara persoalan sepele. Kriminalitaspun meningkat. Hanya gara-hara sebuah handpone , peraih juara Olimpiade Matematika 2009 tingkat SMP, Christopher Melky Tanujaya, tewas ditusuk.

Bakar diri bukan dilakukan Sondang seorang. Tapi oleh masyarakat yang putus asa dengan beban hidup yang semakin berat dan menjerat. Jasad wanita paruh baya bernama Warsini ditemukan di dapur rumahnya, dengan tubuh hangus akibat terbakar. Kuat dugaan korban bunuh diri karena dililit hutang. Memang, rata-rata angka bunuh diri di Indonesia dilaporkan mencapai 1,6-1,8 per 100 ribu penduduk. Angka tersebut berdasarkan perkiraan lembaga kesehatan dunia, WHO pada 2001.

Bakar diri disamping haram tentu bukan solusi. Namun Islam menuntut kita hirau terhadap persoalan ini, persoalan masyarakat. Disinilah pesan penting Rosulullah SAW yang menyatakan bukan bagian dari kelompokku (Rosulullah SAW ) , mereka yang ketika bangun di pagi hari tapi tidak hirau terhadap persoalan umat. Diam terhadap kemungkaran bagaikan syaitan yang bisu, demikian pernyataan Abu Ali Ad Daqqaq. Karena itu dakwah merupakan kewajiban yang ada pada diri pundak setiap muslim sebagai bentuk kehirauan terhadap berbagai persoalan rakyat .

Islam juga telah memberikan solusi yang shohih atas berbagai persoalan umat ini yang harus diperjuangkan. Bukan hanya memperbaiki akhlaq , bukan hanya mengajak shadaqah, atau bukan hanya meningkatkan kesolehan ritual. Tapi Islam menuntut kita untuk menerapkan seluruh syariah Islam secara menyeluruh baik ekonomi, politik , maupun sosial. Semua ini tentu membutuhkan Khilafah sebagai institusi politik yangmenerapkannya. Hanya dengan menerapkan syariah Islam secara kaffah inilah berbagai persoalan umat akan dituntaskan.

Alhasil, penegakan syariah Islam akan memberikan kebaikan pada setiap manusia. Bohong besar, kalau dikatakan syariah Islam yang akan ditegakkan oleh Khilafah mengancam rakyat Indonesia. Bagaimana mungkin, syariah Islam termasuk kewajiban menegakkan Khilafah yang bersumber dari Allah SWT yang ar Rahman ar Rohim membahayakan manusia ? Justru mereka yang menyatakan syariah Islam dan Khilafah adalah ancaman patut dicurigai . Mereka bisa jadi kaki tangan penjajah yang ingin penjajahan kapitalisme tetap eksis, sehingga nasib rakyat tidak berubah, tetap terpuruk dalam kemiskinan. Allah SWT tentu tidak menuntut kita untuk bakar diri, tapi meminta kita untuk berdakwah, berjuang menegakkan syariah dan Khilafah !(Farid Wadjdi)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.