Header Ads

Ittishal (Kontak) dalam Fase Dakwah Nabi

Sejak Allah SWT menurunkan surah al mudatsir. Nabi semakin memperluas zona dan obyek dakwahnya. Setelah sebelumnya beliau sukses mengajak orang dekat yang berda di ring satu seperti istri, maula beliau, sepupu beliau yakni ‘Ali bin Abi Thalib. Beliau memasuki ring kedua yakni sahabat-sahabat beliau seperti Abu Bakar.

Melalui jaringan Abu Bakar inilah ring dua dapat dilalui dengan sukses. Islam diterima oleh Ustman bin ‘Affan, Zubair bin Awwam, ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, dll. Hingga akhirnya Islam diterima oleh banyak kalangan dari beragam latar belakang.[1] Inilah titik awal dakwah nabi. Titik awal yang dimulai dari kontak (ittishal) yang beliau lakukan. Kontak ini pula yang dilakukan oleh Abu Bakar as Siddiq hingga kemudian banyak orang menerima Islam. Dari kontak inilah terbentuk generasi awal (as sabiqul awwalun). Dari generasi awal inilah terbentuk kutlah Rasul dan selanjutnya bermetamorfosis menjadi hizb Rasul. Rasul saw adalah pimpinan hizb ini. Beliau mendidik anggotanya dan mengorgnisir aktivitas-aktivitas dakwah yang terarah dengan target yang jelas.

Pada saat Allah SWT memerintahkan dakwah secara terang-terangan. Dakwah khususnya kontak yang dilakukan Rasul dan sahabat-sahabatnya semakin gencar. Jika pada fase sebelum dakwah terang-terang Rasul dan sahabat hanya menyampaikan Islam. Maka pada fase dakwah jahriyyah (terang-terangan) ini selain menjelaskan Islam beliau juga menjelaskan mengenai hizbnya. Gencarnya aktivitas ini berbanding lurus dengan penolakan dan perlawanan  Quraisy kala itu. Secara umum ada 3 bentuk perlawanan terhadap dakwah Nabi kal itu, yaitu propaganda hitam (black compaign) baik dalam negeri maupun luar negeri (ad diawah ad dakhiliyah wa kharijiyyah), penyiksaan (at ta’dziib), dan embargo social-ekonomi (muqatha’ah).[2]

Kontak yang dilakukan Nabi semakin gencar pasca meninggalnya istri dan paman beliau. Bedanya kontak beliau pada fase ini telah difokuskan pada meminta pertolongan dakwah baik bagi pengembannya maupun dakwah itu sendiri yaitu dengan diraihnya kekuasaan. Inilah yang disebut thalabun-nushrah. Rasulullah saw. melakukan thalabun-nushrah kepada banyak kabilah, baik di kampung mereka maupun di tempat-tempat mereka saat musim haji di Makkah. Ibnu Saad dalam kitabnya At-Thabaqat menyebutkan 15 kabilah yang didatangi Rasulullah saw. dalam rangka thalabun-nushrah, di antaranya kabilah Kindah, Hanifah, Bani ‘Amir bin Sha’sha’ah, Kalb, Bakar bin Wail, Hamdan, dan lain-lain. Kepada setiap kabilah Rasulullah saw. mengajak mereka untuk beriman dan memberi nushrah kepada beliau untuk memberikan kekuasaan demi tegaknya agama Allah[3] . Hingga akhirnya upaya meminta pertolongan dakwah ini disambut oleh suku ’Aus dan Khajraz. Selanjutnya terjadilah bai’at Aqabah I dan II serta disusul hijrahnya beliau dan sahabat ke Madinah sebagai tonggak tegaknya daulah Islam.

Demikianlah kontak telah menjadi aktivitas awal dakwah Nabi dan kontaklah yang kemudian menjadi closing activity sekaligus key activity hingga tegaknya ad daulah al islamiyah.

Kontak dan Thalabun Nushrah
Thalabun-nushrah adalah thariqah (metode) yang tetap dan wajib dilaksanakan untuk menegakkan Khilafah. Jadi, thalabun-nushrah bukan uslub (cara) yang hukumnya mubah yang dapat berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi[4] .

Nabi telah mendatangi 15 kabilah untuk mendapatkan nushrah. Akan tetapi penolakan demi penolakan datang beruntun silih berganti. Namun, Rasulullah saw. tidak mengubah cara ini dengan cara lain dan terus memegang teguh cara ini dengan gigih walaupun sering menghadapi kegagalan dan penolakan. Ini merupakan qarinah (indikasi) yang jazim (tegas) bahwa thalabun-nushrah yang dilakukan Rasulullah saw. adalah suatu kewajiban dan perintah syar’i, yakni perintah dari Allah SWT, bukan inisiatif Rasulullah saw. sendiri atau sekadar tuntutan keadaan. Alhamdulillah, akhirnya Rasulullah saw. berhasil mendapatkan nushrah dari kaum Anshar pada tahun ke-12 kenabian yang menyerahkan kekuasaan mereka di Madinah kepada beliau[5] .

Hubungan kontak dengan thalabun nushrah jelas sangat dekat karena aktivitas meminta nushrah sejatinya adalah kontak itu sendiri. Padahal, aktivitas thalabun-nushrah adalah akvitas rahasia yang hanya diamanahkan pada orang tertentu. Lantas apa relasi sekaligus kontribusi kontak yang kita lakukan dengan thalabun-nushrah?. Untuk menjawab pertanyaan ini ilustrasi “nelayan dan ombak” sangat relevan disampaikan. Ahlu nushrah ibarat nelayan sedang ombak adalah ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) dakwah. Seorang nelayan sebelum melaut tenta akan “wait and see” tunggu dan lihat. Jika ombak sedemikian besar dan tinggi menggunung tentu dia akan urung melaut. Sebaliknya jika ombak kecil dia akan segera melaut. Semakin kecil ATHG dakwah, ahlu nushrah akan semakin mantap memberikan nushrahnya.

Apa yang dapat memperkecil ATHG dakwah? Tidak lain jika hizb memiliki basis massa yang besar dan kuat. Dengan kata lain syariah dan khilafah telah menjadi opini umum di tengah masyarakat dan mereka memberikan dukungan terhadap dakwah hizb, hizb,  dan syabab. Padahal basis massa yang besar tidak akan mungkin terwujud kecuali dengan dakwah yang terarah dan simultan, termasuk kontak. Dengan kontak inilah kita akan meminta dukungan dakwah dari kalangan ulama, inteleklual, pengusaha, jurnalis, mahasiswa/pelajar, dst. Dari ulama kita bisa mendapatkan dukungan pemikiran, ketokohan, dan basis massa berupa jaringan ulama dan santri-santrinya. Dari intelektual kita akan mendapatkan dukungan opini karena mereka satu variabel penting yang menentukan opini di masyarakat. Dan seterusnya.

Wahyudi Abu Syamil Ramadhan


[1] Taqiyuddin Nabhani, Ad Daulah al Islamiyyah, hlm. 11

[2] Taqiyuddin Nabhani, Ad daulah al islamiyah, hlm. 18

[3] M. Abdullah Al-Mas’ari, Al-Mana’ah wa Thalab an-Nushrah, hlm. 3-8

[4] Ahmad Al-Mahmud, Ad-Da’wah ila al-Islam, hlm. 34

[5] ‘Atha bin Khalil, Taysir al-Wushul ila al-Ushul, hlm. 21; Ahmad al-Mahmud, Ad-Da’wah ila al-Islam, hlm. 35; M. Muhsin Radhi, Hizb at-Tahrir Tsaqafatuhu wa Manhajuhu, hlm. 311

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.