Header Ads

Provokasi Lemparan Batu Dan Bom Molotov Picu Konflik Ambon. 40 Orang Terluka

Bentrok antar warga di Ambon kembali terjadi di wilayah perbatasan Batumerah-Mardika. Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 05.00 WIT, Selasa (15/05). Bentrok ini bermula dari ribuan masa yang sedang iring-iringan membawa obor Pattimura dan sampai persis di Mardika, namun tiba-tiba ada yang sengaja melempar batu ke tengah ribuan masa yang sedang melakukan iring-iringan itu.Suasana lokasi bentrokan di Jalan Rijali dan Jalan Tulukabessi, kota Ambon, masih terlihat tegang. Jalan yang menjadi lokasi bentrok ini merupakan salah satu jalan utama masuk ke Ambon. Massa yang berjumlah ratusan orang dari kedua pihak masih duduk-duduk di pinggir jalan. Aparat TNI-Polri sudah disiagakan tepat di tengah-tengah massa. Konsentrasi massa masih berada di pinggir-pinggir jalan.Dua mobil tank jenis Anoa milik Kodam dan satu unit mobil Barakuda milik Polda masih disiagakan di tengah-tengah lokasi kejadian. Akibat bentrokan ini, sedikitnya 40 orang dari kedua pihak mengalami luka-luka.


Sebagian besar korban mengalami sabetan parang, terkena busur panah, lemparan batu, dan ada pula akibat ledakan mirip bom rakitan. Dugaan bom rakitan itu sempat dilemparkan ke arah kerumunan warga di Jalan Tulukabessy V Kecamatan Sirimau. Para korban dirawat di RSUD Haulussy, RS Sumber Hidup, dan RSUD Alfattah.

Kerusakan juga terjadi di beberapa titik. Sejumlah kerusakan yang terjadi antara lain, sembilan unit motor terbakar, dua unit rumah warga ludes hangus terbakar, dan satu toko juga dibakar massa. Terlihat juga satu unit mobil Avanza rusak berat.

Hingga saat ini belum ada keterangan resmi dari petugas berwenang, sehingga motif utama bentrokan ini belum dapat diketahui. Situasi dilokasi konflik masih siaga, aparat keamanan TNI/Polri sudah mengamankan TKP. Terlihat dua panzer dan satu unit kendaraan water canon untuk menghalau masa.

Upacara Obor Pattimura
Sebelum obor Pattimura sampai di Desa Batumerah obor tersebut diestafet. Sebelum obor dibawa ke Ambon, para Latupatti berkumpul di Baileo (rumah Adat) desa Haria untuk bersulang tuak sebagai lambang persaudaraan serta membacakan 17 pasal keberatan rakyat yang berisi protes atas pemaksaan kehendak penjajah Belanda. 17 pasal keberatan itu merupakan hasil rumusan Pattimura bersama para pahlawan saat pertemuan akbar di puncak Gunung Saniri.Obor tersebut kemudian diseberangkan dari Pulau Saparua dengan menggunakan kapal perang dan tiba di pelabuhan Tulehu, Pulau Ambon, pukul 23.00 WIT., kemudian diarak secara estafet dengan dengan delapan desa-kelurahan, hingga tiba di kawasan Pattimura Park.Para pemuda yang berada di setiap kawasan yang dilewati obor wajib berkumpul di batas kampung kampung untuk menunggu kedatangan pamuda yang membawanya, kemudian dilarikan secara estafet menuju desa lainnya. Pada setiap desa disiapkan lima orang pemuda yang bertugas membawa dan mengawal obor, sedangkan sisanya mengiringi dengan tarian Cakalele selama perjalanan.

Sebanyak 240 pemuda dari delapan desa di Ambon bergantian membawa obor secara estafet, dan saat tiba kawasan Pattimura Park, obor tersebut diterima Wali kota Ambon, Richard Louhenapessy dan kemudian menyerahkannya kepada Upulatu (pimpinan tertinggi) Karel Albert Ralahalu guna menyulut obor utama yang berada di tengah kawasan Pattimura, sekaligus menandai dimulainya upacara peringatan. [undergroundtauhid/al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.