Rakyat Turki Ingin Aya Sophia Jadi Masjid Lagi
Merindukan akan hari-hari di masa lalu saat kekhalifahan Ottoman, ribuan Muslim Turki melakukan sholat di luar Museum Aya Sophia, Sabtu 26 Mei sebagai protes atas UU yang melarang kegiatan agama di museum bersejarah tersebut.
"Putuskan rantai, biarkan Masjid Hagia Sophia terbuka," dan "Allahu Akbar," teriak jamaah sebelum melakukan sholat di depan bekas masjid bersejarah, menurut laporan Reuters.
Merupakan sebuah gereja selama lebih dari 1.000 tahun, dan kemudian menjadi masjid untuk 500 lebih, Aya Sophia atau Hagia Sophia jika orang Turki menyebut adalah bangunan paling spektakuler di Istanbul. Gereja itu berubah menjadi sebuah masjid setelah Konstantinopel dikuasai oleh Sultan Mehmet II pada tahun 1453.
Arsitek ahli dari kekhalifahan Ottoman Turki memperbaiki bangunan megah di abad ke-16 dan memberikan tambahan eksterior yang lebih besar untuk kubah dan dinding. Menara juga ditambahkan. Namun, hukum sekuler Turki pada tahun 1934 melarang kegiatan keagamaan di Masjid megah itu.
"Membuat Masjid Hagia Sophia tertutup adalah sebuah penghinaan bagi penduduk kita sebagian besar Muslim yang berjumlah 75 juta," kata Salih Turhan, kepala Asosiasi Pemuda Anatolia, yang menyelenggarakan acara tersebut, kepada orang-orang yang menonton/.
"Ini melambangkan perlakuan buruk Barat terhadap kita."
Pemerintah telah menolak permintaan dari umat Islam dan kristen agar monumen tersebut digunakan kembali untuk aktivitas keagamaan. Aksi ini juga ingin menggugah kepedulian pemerintah perdana mentri Tayyip Erdgogan yang berjanji untuk lebih peduli dan toleran terhadap kehidupan beragama di Turki yang menjunjung tinggi sekularisme di segala bidang kehidupan masyarakatnya. Pemerintahannya juga pernah mengijinkan orang Kristen unutuk melakukan sembahyang di tempat yang terlarang selama puluhan tahun, karena berusaha untuk membawa hak asasi manusia sejalan dengan Uni Eropa, saat akan berganung dengan Uni Eropa.
Protes itu diselenggarakan menjelang peringatan 559 penaklukan Konstantinopel Bizantium oleh Sultan Mehmet II pekan depan. [republika/al-khilafah.org]
"Putuskan rantai, biarkan Masjid Hagia Sophia terbuka," dan "Allahu Akbar," teriak jamaah sebelum melakukan sholat di depan bekas masjid bersejarah, menurut laporan Reuters.
Merupakan sebuah gereja selama lebih dari 1.000 tahun, dan kemudian menjadi masjid untuk 500 lebih, Aya Sophia atau Hagia Sophia jika orang Turki menyebut adalah bangunan paling spektakuler di Istanbul. Gereja itu berubah menjadi sebuah masjid setelah Konstantinopel dikuasai oleh Sultan Mehmet II pada tahun 1453.
Arsitek ahli dari kekhalifahan Ottoman Turki memperbaiki bangunan megah di abad ke-16 dan memberikan tambahan eksterior yang lebih besar untuk kubah dan dinding. Menara juga ditambahkan. Namun, hukum sekuler Turki pada tahun 1934 melarang kegiatan keagamaan di Masjid megah itu.
"Membuat Masjid Hagia Sophia tertutup adalah sebuah penghinaan bagi penduduk kita sebagian besar Muslim yang berjumlah 75 juta," kata Salih Turhan, kepala Asosiasi Pemuda Anatolia, yang menyelenggarakan acara tersebut, kepada orang-orang yang menonton/.
"Ini melambangkan perlakuan buruk Barat terhadap kita."
Pemerintah telah menolak permintaan dari umat Islam dan kristen agar monumen tersebut digunakan kembali untuk aktivitas keagamaan. Aksi ini juga ingin menggugah kepedulian pemerintah perdana mentri Tayyip Erdgogan yang berjanji untuk lebih peduli dan toleran terhadap kehidupan beragama di Turki yang menjunjung tinggi sekularisme di segala bidang kehidupan masyarakatnya. Pemerintahannya juga pernah mengijinkan orang Kristen unutuk melakukan sembahyang di tempat yang terlarang selama puluhan tahun, karena berusaha untuk membawa hak asasi manusia sejalan dengan Uni Eropa, saat akan berganung dengan Uni Eropa.
Protes itu diselenggarakan menjelang peringatan 559 penaklukan Konstantinopel Bizantium oleh Sultan Mehmet II pekan depan. [republika/al-khilafah.org]
Tidak ada komentar