Header Ads

Militer AS Melancarkan Perang Cyber, Plan X

Kementrian Pertahanan AS Defense telah terlibat dalam sebuah skema untuk mengembangkan sebuah teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan potensi perang cyber (cyberware), sehingga dapat memberikan serangan yang efektif dan mampu melakukan tindakan pembalasan.



Pentagon telah menunjuk pihak swasta, universitas maupun perusahan-perusahan komputer game untuk atas suatu investasi yang dikenal sebagai Plan X, yang menandai sebuah fase baru dari operasi militer AS di bidang cyber, lapor The Washington Post hari Kamis.

Proyek Plan X telah dikembangkan oleh Proyek Riset Pentagon Bidang Pertanahan yang memainkan suatu peran penting dalam memanfaatkan peran komputer untuk membantu militer AS dalam berperang untuk lebih efektif, menurut laporan itu.

Cyberwarfare, merupakan sebuah program yang berusia lima tahun dan menelan biaya $110 juta yang menyulap gambar-gambar dari server yang terbakar, sistim listrik yang lumpuh dan bangunan-bangunan industri yang meledak, kata koran itu.
Namun, ditambahkan bahwa pihak berwenang militer menyatakan bahwa senjata cyber mungkin akan mendukung perang konvensional dengan cara “membutakan musuh, misalnya bagi suatu serangan udara yang akan datang atau menonaktifkan sistem komunikasi musuh selama peperangan.”
Program ini akan dimulai musim panas dan diantara tujuannya adalah terciptanya suatu “peta yang memuat rincian keseluruhan dunia maya - sebuah domain global yang mencakup puluhan miliar komputer dan perangkat-perangkat lain - dan mampu meng-update sendiri secara terus menerus,” kata laporan itu. “Peta semacam ini akan membantu para komandan perang untuk bisa mengidentifikasi target dan me-nonaktifkan mereka dengan menggunakan kode-kode komputer yang disampaikan melalui Internet atau cara lainnya.”

Menurut laporan itu, Plan X juga merencanakan perkembangan teknologi yang memungkinkan para komandan untuk merencanakan, memulai dan mengendalikan serangan cyber.
Namun, para ahli Cyberwar, khawatir tentang konsekuensi yang tidak diinginkan dari serangan-serangan yang dapat merusak aliran listrik ke rumah-rumah penduduk sipil atau rumah-rumah sakit. Para ahli lain menekankan bahwa mereka mengharapkan mampu melihat sistem tenaga dan transportasi yang mendukung tujuan-tujuan militer.

Para arsitek proyek cyberwarfare berharap untuk bisa mengembangkan sistem yang akan memberikan para komandan kemampuan untuk melakukan serangan dengan kecepatan cahaya dan melakukan serangan balik dengan menggunakan skenario yang direncanakan sebelumnya yang tidak melibatkan operator manusia secara manual dengan mengetikkan kode - sebuah proses yang dianggap terlalu lambat.

Para pejabat militer, kata koran itu, membandingkannya seperti menerbangkan pesawat terbang dengan autopilot sepanjang rute yang telah ditentukan.

Adalah masuk akal “untuk melakukan hal ini pada saat ini,” kata Richard M. George, seorang mantan pejabat pertahanan pada National Security Agency, yang dikutip dalam laporan itu. “Negara-negara lain sedang mempersiapkan cyberwar. Jika kita tidak mendorong kemajuan pada cyberware, orang lain akan melakukannya..” [presstv/HTIPress/al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.