Muslim India mengutuk upaya pembersihan etnis Muslim di Assam, India
Sekelompok Muslim India dari beberapa organisasi Muslim mengutuk
pembantaian Muslim di Assam dan Uttar Pradesh dalam sebuah pertemuan di
Mumbai untuk membahas tragedi tersebut, menduga bahwa pembantaian Muslim
yang sedang terjadi di Assam adalah merupakan pembersihan etnis yang
terencana dan menuduh pemerintahan telah gagal melindungi warga sipil.
"Pemerintahan daerah Tarun Gogoi telah gagal melindungi warga sipil tak bersalah," para pemimpin Muslim mengatakan dalam pertemuan itu, dikuti TwoCircles, Jum'at (27/7/2012).
Pertemuan di Mumbai itu digelar pada hari Kamis (27/7) yang dihadiri oleh Mahmud Ahmad Khan Daryabandi, seorang sekjen Dewan Ulama India, Burhanuddin Qasmi, seorang direktur Ma'arif Education and Research Centre, Farid Shaikh, seorang presiden Komite Aman Mumbai dan Dr. Azimuddin, seorang presiden Gerakan Kesejahteraan Manusia dan Harun Muzawala, wakil dari Khair-e Ummat Trust.
Kerusuhan sektarian meletus pada hari Jum'at (20/7) pekan lalu setelah empat pemuda yang diduga dari etnis Hindu Bodo dibunuh oleh beberapa pria tak dikenal di distrik Kokrajhar yang diisolasi.
Kemudian segerombolan pria dari suku Bodo lengkap dengan perkakas mereka menyerang Muslim di Kokrajhar karena menuduh Muslim yang melakukan pembunuhan tersebut, meskipun belum terbukti, hampir mirip dengan tragedi berdarah Muslim Rohingya di Myanmar, yang mana pembantaian besar-besaran Muslim Rohingya -tahun ini- dimulai dengan alasan bahwa pria Muslim telah memperkosa dan membunuh seorang gadis Buddhis Rakhine di Arakan.
Kerusuhan terus berlangsung selama sepekan dan meluas ke distrik Chirang dan Dhubri sehingga jumlah korban meningkat menjadi 44 orang, menurut laporan terakhir, dan 11 lainnya hilang belum diketahui nasibnya.
Muslim di Kokrajhar merupakan minoritas, Kokrajhar adalah wilayah India yang berbatasan langsung dengan Bangladesh dan Bhutan, wilayah itu dihuni oleh mayoritas warga Hindu suku Bodo.
Beberapa tahun terakhir, suku-suku Hindu dan Kristen telah menunjukkan sentimen kuat terhadap kaum Muslimin, menyebut mereka sebagai imigran Bangladesh ilegal.
Para pemimpin Muslim India juga mengutuk diskriminasi tersebut, karena Muslim di India -yang dapat berbahasa Bengali- telah hidup di Assam selama berabad-abad.[al-khilafah.org]
"Pemerintahan daerah Tarun Gogoi telah gagal melindungi warga sipil tak bersalah," para pemimpin Muslim mengatakan dalam pertemuan itu, dikuti TwoCircles, Jum'at (27/7/2012).
Pertemuan di Mumbai itu digelar pada hari Kamis (27/7) yang dihadiri oleh Mahmud Ahmad Khan Daryabandi, seorang sekjen Dewan Ulama India, Burhanuddin Qasmi, seorang direktur Ma'arif Education and Research Centre, Farid Shaikh, seorang presiden Komite Aman Mumbai dan Dr. Azimuddin, seorang presiden Gerakan Kesejahteraan Manusia dan Harun Muzawala, wakil dari Khair-e Ummat Trust.
Kerusuhan sektarian meletus pada hari Jum'at (20/7) pekan lalu setelah empat pemuda yang diduga dari etnis Hindu Bodo dibunuh oleh beberapa pria tak dikenal di distrik Kokrajhar yang diisolasi.
Kemudian segerombolan pria dari suku Bodo lengkap dengan perkakas mereka menyerang Muslim di Kokrajhar karena menuduh Muslim yang melakukan pembunuhan tersebut, meskipun belum terbukti, hampir mirip dengan tragedi berdarah Muslim Rohingya di Myanmar, yang mana pembantaian besar-besaran Muslim Rohingya -tahun ini- dimulai dengan alasan bahwa pria Muslim telah memperkosa dan membunuh seorang gadis Buddhis Rakhine di Arakan.
Kerusuhan terus berlangsung selama sepekan dan meluas ke distrik Chirang dan Dhubri sehingga jumlah korban meningkat menjadi 44 orang, menurut laporan terakhir, dan 11 lainnya hilang belum diketahui nasibnya.
Muslim di Kokrajhar merupakan minoritas, Kokrajhar adalah wilayah India yang berbatasan langsung dengan Bangladesh dan Bhutan, wilayah itu dihuni oleh mayoritas warga Hindu suku Bodo.
Beberapa tahun terakhir, suku-suku Hindu dan Kristen telah menunjukkan sentimen kuat terhadap kaum Muslimin, menyebut mereka sebagai imigran Bangladesh ilegal.
Para pemimpin Muslim India juga mengutuk diskriminasi tersebut, karena Muslim di India -yang dapat berbahasa Bengali- telah hidup di Assam selama berabad-abad.[al-khilafah.org]
Tidak ada komentar