Header Ads

Soal Perluasan Kedubes AS, Belajarlah dari Iraq dan Pakistan

Perluasan kantor kedutaan besar Amerika Serikat di jantung Ibu Kota RI, menurut Ketua Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Farid Wadjdi, ada kaitannya dengan kekhawatiran Negara Paman Sam tersebut terhadap bangkitnya Islam yang bermula dari Indonesia.


“Indonesia dipercaya oleh Amerika sebagai salah satu tempat potensial bermulanya kebangkitan Islam,” jelas Farid dalam Temu Tokoh Terbatas pada Selasa siang (31/07/2012) di kantor DPP HTI, Jakarta.

Menurut Farid, ada tiga kawasan di dunia ini yang begitu dikhawatirkan AS sebagai tempat berdirinya khilafah Islamiyah. Pertama, Iraq dan sekitarnya. Kedua, Pakistan dan sekitarnya. Ketiga, Indonesia dan sekitarnya.

AS telah berhasil memperluas gedung kedutaan besarnya di dua dari tiga negara tersebut. Di Iraq, kata Farid, AS telah membangun kantor kedubes terbesar di dunia.

Bangunan yang mirip kota Roma –ibukota Vatikan– ini berdiri megah di lahan seluas 42 hektar.

Anehnya, kompleks kedubes yang terletak di Baghdad ini sangat tertutup. Di bagian luar, tentara AS menjaganya dengan sangat ketat.

“Tak ada satu pun pihak di luar Amerika yang tahu apa kegiatan di dalam kompleks ini,” jelas Farid.

Sedang di Pakistan, AS membangun kantor kedubes kedua terbesar di dunia. Luasnya mencapai 7,2 hektar. Asia Times menyebut kantor kedubes ini layaknya sebuah pangkalan militer. Di dalamnya, selain terdapat staf biasa, ada juga 350 marinir AS yang didaftarkan sebagai staf tambahan.

Bahkan, kata Farid, berdasarkan laporan Xinhua yang dikutip The Nation, sejumlah benda mencurigakan masuk ke dalam gedung tersebut dengan dalih barang diplomatik.

Benda-benda tersebut, misalnya, senjata dan jaket anti peluru. Untunglah pihak keamanan Pakistan sigap. Persenjataan itu berhasil disita di tengah jalan dan diperlihatkan kepada publik.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Farid mengatakan, kantor kedubes AS yang letaknya bersebelahan dengan Kantor Wakil Presiden di jalan Merdeka Selatan ini rencananya akan dipugar total.

Gedung baru ini akan dibangun 10 lantai. Luas totalnya mencapai 3,6 hektar dan akan menggusur gedung bersejarah PM Sutan Sjahrir di dekatnya.

Proyek ini akan menghabiskan dana sebesar Rp 4,2 trilyun. Pembangunan akan memakan waktu lima tahun, dimulai pada akhir tahun ini dan akan berakhir pada tahun 2017 mendatang.[Baca pula: Ormas Islam Minta Pemerintah Gagalkan Rencana Perluasan Kedubes AS]

“Bayangkan, apa saja yang akan mereka bangun dengan jeda waktu selama itu?” kata Farid lagi.

Sebuah dokumen juga menyebutkan, jelas Farid, gedung tersebut sekaligus juga akan dijadikan satuan pengaman laut (marine security guard quarters) AS yang di dalamnya terdapat fasilitas rahasia.

Saat ini, kata Farid, AS tengah mengalihkan fokus pertahanannya ke Asia Pasifik. Bahkan kelak, 60 persen pasukan AS akan berada di kawasan ini.

Langkah awal pengalihan ini dimulai dengan membangun pangkalan militer di Darwin. Pangkalan ini telah dibuka sejak akhir 2011 dan diisi 250 anggota marinir AS sejak Mei 2012. Jumlah ini akan bertambah hingga 2.500 personel pada 2016.

Rencananya, AS akan menjadikan pangkalan sebagai pengendali wilayah tengah. Untuk wilayah utara, AS telah membangun kawasan pengendali di Hawai. Adapun Indonesia, kata Farid, besar kemungkinan akan dijadikan pengendali AS di wilayah Barat.[] [hidayatullah/al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.