Header Ads

Berdirinya Negara Islam di Suriah Hantui Entitas Yahudi

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Ahad (6/1), bahwa Israel akan membangun dinding keamanan baru di sepanjang perbatasan dengan Suriah untuk melindungi negara Yahudi dari “serangan dan terorisme”.


Netanyahu mengatakan pada pembukaan pertemuan mingguan kabinet pemerintahannya bahwa unsur-unsur dari “jihad global” telah menggantikan posisi pasukan tentara Suriah di Dataran Tinggi Golan, sehingga Israel akan membangun dinding perbatasan yang mirip dengan dinding di perbatasan antara Israel dan Mesir.

 *** *** ***

Entitas Yahudi dibentuk sebagai pangkalan militer terdepan bagi Barat di kawasan Timur Tengah. Bahkan Barat menjadikan rahasia kehidupan entitas ini sangat bergantung pada Barat, serta tidak membuatnya memiliki peran politik apapun, namun hanya berperan sebagai pelaksana dari rencana-rencana negara besar dunia, apakah itu Inggris atau Amerika. Dan Barat membebankan kepada negara-negara tetangga entitas Yahudi peran sebagai penjaga untuk melindunginya dari rakyat Negara-negara tersebut. Sebab Barat melihat bahwa keberadaan konflik antara Yahudi dengan umat adalah konflik akidah, bukan konflik politik, ekonomi, atau perbatasan. Sementara Barat memberikan perlindungan dan dana terhadap entitas ini, yang membuatnya merasa aman dan nyaman.

Entitas Yahudi telah mencoba untuk memperluas jarah lebih dari yang ditertentukan Barat kepadanya, serta mencoba untuk memberontak tetapi ia tidak memiliki unsur-unsur keputusan politik, kemandirian dan elemen negara. Sehingga ia tetap tergantung pada Barat dalam hal keberadaan dan kelangsungan hidupnya. Kenyataan ini dipahami betul oleh para politisi Yahudi, dan mereka menyadari bahwa yang menghalangi antara entitas Yahudi dengan umat Islam dan yang lainnya di kawasan tersebut adalah kaum kafir Barat.

Kenyataan ini tetap berlangsung hingga dunia disapu oleh dua peristiwa besar, yaitu:

Pertama, krisis politik, ekonomi, keuangan dan sosial di pusat negara-negara Barat, yang menyebabkan kelemahannya, dan kepedulian dalam berbagai masalah, serta munculnya kontradiksi antara pusat negara-negara Barat, sehingga makin mengintensifkan konflik di antara mereka. Juga, tampak jelas dan bukan lagi rahasia, seperti yang menyebabkan lemahnya potensi keputusan politiknya, dan adanya kemampuan untuk melakukan intervensi militer di kawasan Timur Tengah, terutama setelah konsekuensi dari perang di Irak dan Afghanistan, dan ketidakmampuan Barat untuk melindungi  Yahudi, apalagi terkait mentalitas Yahudi yang menolak solusi Barat, sehingga menjadi beban tambahan yang lebih berat. Sekarang mulai ada opini publik Barat untuk berbalik melawan kebijakan-kebijakan Yahudi.

Kedua, ledakan revolusi di kawasan Arab yang melawan para penguasa mereka, yakni alat-alat Barat dalam melaksanakan berbagai rencananya, dan peran kotor yang ditugaskan kepada mereka dalam melindungi kepentingan Barat dan entitas Yahudi, di mana mereka para penguasa tidak lagi bisa mengontrol, seperti sebelum hilangnya penghalang ketakutan pada umat. Sehingga mereka tidak lagi bisa mengontrol, bahkan dari mereka ada yang melarikan diri, digulingkan, dibunuh, menunggu kematian, dan menunggu giliran.

Jadi, Yahudi telah kehilangan penyanggah dan kekuatan yang melindungi ya. Maha Benar Allah dengan firman-Nya: “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali Allah dan tali dengan manusia , dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah, serta mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu  karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu  disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (TQS. Ali Imran [3] : 112).

Muhammad Hasan an-Nadwi as-Syinqithi mengatakan dalam penafsirannya terhadap ayat ini: “Allah SWT telah menuliskan kehinaan dan kemalangan pada Yahudi, sehingga mereka tidak bisa hidup kecuali dengan tali Allah dan tali manusia, yakni mereka tidak akan bisa hidup selamanya. ‘Kecuali dengan tali Allah’ artinya kecuali atas perintah Allah. Mengingat, kehidupan ini seluruhnya berdasarkan perintah-Nya. Sementara ‘tali manusia’, artinya kehinaan di mata manusia, dimana mereka selamanya adalah budak dari para budak. Oleh karena itu, tampak saat ini bahwa negara mereka disponsori oleh Amerika Serikat. Tali manusia ini masih menyelimuti mereka. Mereka senantiasa berada di bawah kendali manusia lain, serta tunduk kepadanya.

Perpecahan terkait tali ini semakin kuat hingga tinggal beberapa tali kecil yang tidak mampu menanggung kejadian besar, seperti kejadian-kejadian di kawasan Timur Tengah, yang menyebabkan terputusnya secara penuh antara Barat dan entitas ini, bahkan Barat tidak mungkin bernegosiasi dengan umat Islam terkait nasib entitas ini.

Untuk semua ini, entitas Yahudi merasa terancam, sehingga mereka mulai mengambil langkah, karena mereka sebagaimana firman Allah SWT: “Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan.” (TQS. Al-Baqarah [2] : 96). Kata al-hayah (kehidupan) dalam ayat ini dalam bentuk umum, artinya begitulah gaya kehidupan mereka, sekalipun mereka dalam hidup terhina. Seorang Yahudi Tunisia berkata yang artinya, “kehidupan dan kecukupan”.

Artinya, mereka ingin hidup sekalipun mereka terhina. Namun gerakan pada menit terakhir, Barat tidak dapat menyalurkan sebab-sebab keberlangsungannya jika terjadi perubahan sejati di kawasan Timur Tengah, dimana umat berusaha mengembalikan kekuasaannya, negaranya dan kemuliaannya. Pada saat itu, umat tidak akan mentolerir untuk membiarkannya hidup meski hanya sebentar. Mereka menyadari bahwa pedang umat ini telah dikalungkan di leher mereka. Sehingga mereka mulai bergerak berusaha untuk mendapatkan pengakuan dari umat Islam di kawasan Timur Tengah, namun mereka pura-pura lupa umat ini tengah memegang akidah jihadis yang harus melenyapkan entitas Yahudi, serta menaklukkan negara-negara besar, dimana para tentara kaum Muslim akan bertemu di pintu gerbang Roma untuk merealisasikan kabar gembira Rasulullah Saw. Dan mewujudkan semua itu, tidaklah sulit bagi Allah SWT. Sungguh, datangnya hari esok itu sangat dekat  bagi yang melihatnya. [Hasan Hamdan Abul Barra’].
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 13/01/2013.[www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.