Helikopter AS Serang Sebuah Desa di Afghanistan, 45 Warga Sipil Tewas
Serangan sebuah helikopter militer AS ke sebuah desa di provinsi Helmand, Afghanistan menewaskan 45 orang warga sipil tak berdosa. Saksi mengatakan, warga sedang berlindung di desa tersebut dari pertempuran tak jauh dari desa itu ketika helikopter tempur AS menyerang tempat perlindungan mereka.
Insiden yang terjadi pada jumat (23/7) kemarin di desa Regey, selatan Helmand itu menambah panjang daftar tindakan brutal pasukan asing pimpinan AS terhadap warga sipil di Afghanistan sejak invasi ke negeri itu pada tahun 2001.
Sejumlah saksi mata di desa Regey mengungkapkan, para korban yang tewas akibat serangan helikopter AS ke desa Regey adalah para pengungsi dari desa Joshani. Mereka meninggalkan Joshani karena di tempat itu terjadi pertempuran antara pasukan AS dan gerilyawan Taliban. Tiba-tiba terdengar suara helikopter dan suara ledakan roket yang ditembakan dari helikopter itu.
"Saya mendengar ledakan roket yang jatuh di dekat rumah kami. Saya lari sambil berteriak-teriak dengan ayah saya dan setelah itu saya melihat mayat-mayat bergelimpangan di atas tanah berdebu ... Saya bahkan tidak sadar telah berdiri di atas salah satu jenazah korban," kata seorang saksi mata.
Tapi NATO nampaknya ingin lepas tanggung jawab atas peristiwa tersebut meski Juru Bicara NATO Letnan Kolonel Chris Hughes hari Minggu kemarin mengatakan pihaknya akan melakukan penyelidikan atas peristiwa berdarah itu. Menurut Hughes, penyelidikan awal yang dilakukan koalisi pasukan asing di Afghanistan dan pihak pemerintahan daerah setempat menunjukkan 'tidak ada indikasi korban yang jumlahnya besar' atas serangan yang dilakukan pasukan koalisi di provinsi Helmand.
Faktanya, sejak pasukan koalisi menjadikan Helmand sebagai target operasi militer mereka untuk memberangus para militan Taliban, serangan yang dilakukan lebih banyak menelan korban dari kalangan warga sipil. Janji Komandan Pasukan AS dan NATO di Afghanistan, Jenderal David Petraeus untuk memprioritaskan perlindungan terhadap warga sipil sebagai strategi baru perang mereka di Afghanistan, cuma janji kosong belaka. (ln/prtv/eramuslim.com)
Insiden yang terjadi pada jumat (23/7) kemarin di desa Regey, selatan Helmand itu menambah panjang daftar tindakan brutal pasukan asing pimpinan AS terhadap warga sipil di Afghanistan sejak invasi ke negeri itu pada tahun 2001.
Sejumlah saksi mata di desa Regey mengungkapkan, para korban yang tewas akibat serangan helikopter AS ke desa Regey adalah para pengungsi dari desa Joshani. Mereka meninggalkan Joshani karena di tempat itu terjadi pertempuran antara pasukan AS dan gerilyawan Taliban. Tiba-tiba terdengar suara helikopter dan suara ledakan roket yang ditembakan dari helikopter itu.
"Saya mendengar ledakan roket yang jatuh di dekat rumah kami. Saya lari sambil berteriak-teriak dengan ayah saya dan setelah itu saya melihat mayat-mayat bergelimpangan di atas tanah berdebu ... Saya bahkan tidak sadar telah berdiri di atas salah satu jenazah korban," kata seorang saksi mata.
Tapi NATO nampaknya ingin lepas tanggung jawab atas peristiwa tersebut meski Juru Bicara NATO Letnan Kolonel Chris Hughes hari Minggu kemarin mengatakan pihaknya akan melakukan penyelidikan atas peristiwa berdarah itu. Menurut Hughes, penyelidikan awal yang dilakukan koalisi pasukan asing di Afghanistan dan pihak pemerintahan daerah setempat menunjukkan 'tidak ada indikasi korban yang jumlahnya besar' atas serangan yang dilakukan pasukan koalisi di provinsi Helmand.
Faktanya, sejak pasukan koalisi menjadikan Helmand sebagai target operasi militer mereka untuk memberangus para militan Taliban, serangan yang dilakukan lebih banyak menelan korban dari kalangan warga sipil. Janji Komandan Pasukan AS dan NATO di Afghanistan, Jenderal David Petraeus untuk memprioritaskan perlindungan terhadap warga sipil sebagai strategi baru perang mereka di Afghanistan, cuma janji kosong belaka. (ln/prtv/eramuslim.com)
Tidak ada komentar