Header Ads

Ust Harry Moekti: Ustadz Pasang Tarif, Bagian Hedonisme

Media massa juga turut berperan mengekspos para ustadz yang hanya mementingkan popularitas demi materi. Di sisi lain, ustadz yang berdakwah semata-mata untuk mengajarkan Islam secara kaffah, tidak diekspos media.


Pendapat itu disampaikan mubaligh Ustadz Harry Moekti kepada itoday (19/08) menanggapi fenomena ustadz pasang tarif. "Ini bagian dari budaya hedonisme, cinta dunia. Yaitu, harta, tahta dan wanita. Media massa ikut berperan. Ustadz yang hanya berdakwah untuk mengajarkan Islam secara kaffah justru tidak diekspose media," tegas Ustadz Harry.

Rocker di era 1980-an itu menegaskan, bahwa hukumnya haram, ustadz yang meminta bayaran di muka sebelum berceramah. "Dakwah itu aktivitas mulia, dan tidak bisa dinilai dengan harta, yang bayar hanya Allah," kata Ustadz Harry.

Ustadz Harry mengisahkan, saat meninggalkan artis dan memilih jalur dakwah, dirinya menghadapi banyak resiko. "Ustadz itu harus takut kepada Allah, jangan takut miskin. Dengan bertaqwa, nantinya rezeqi akan datang sendir," pungkas Ustadz Harry.

Diberitakan sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai seseorang tidak bisa dikatakan ustadz jika memasang tarif saat berdakwah. "Kalau pasang tarif itu bukan ustadz, tetapi artis," kata Ketua MUI, KH Ma'ruf Amien kepada itoday, Senin (19/08).

Heboh Ustadz Solmed merebak setelah media lokal menurunkan tulisan bertajuk "Tarif Ustad Dipasang, EO Hongkong Meradang" pada 23 Juni 2013.

Diberitakan, ketika itu, Ustadz Solmed dijadwalkan berdakwah di Lapangan Victoria. Kelompok  jemaah 'Thariqul Jannah' mengaku kecewa saat Solmed secara mendadak menaikkan honor tampil secara sepihak.

Lifah Khalifah, Ketua Thariqul Jannah, mengaku kecewa. Lifah bahkan menyebutkan Solmed sebagai ustadz matre.

Menurut Lifah, kesepakatan semula telah disetujui pihaknya dengan Solmed. Lewat telepon dan SMS, sang ustadz muda menyetujui honor sebesar Rp 6 juta. Selain honor tampil, Solmed juga setuju menerima tiket Jakarta-Hongkong PP untuk kelas ekonomi, penginapan dan konsumsi, serta tambahan dana transportasi lokal.

Namun, melalui manajernya, Rijal, Ustadz Solmed minta tambahan honor. Dari Rp 6 juta, Solmed meminta tambahan honor hingga Rp 10 juta, serta tiket pesawat Jakarta-Hongkong PP untuk dua orang dan satu kamar di hotel berbintang. Solmed tidak mau tinggal di penginapan 'ecek-ecek' yang disediakan TKI. [itoday/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.