Header Ads

Jatuhnya Kapitalisme di Pegunungan Alpen

Jatuhnya Kapitalisme di Pegunungan Alpen
Kopilot perusahaan Germanwings pada Selasa 24/3/2015 sengaja menjatuhkan sebuah pesawat sipil yang membawa 150 penumpang, setelah mengelabui pilot dan mengeluarkannya dari kokpit, lalu mengunci pintunya dari dalam. Selanjutnya kopilot mengarahkan pesawat menuju pegunungan Alpen, Prancis, hingga akhirnya membentur gunung dan meledak, akibatnya tidak seorangpun di dalam pesawat itu yang selamat. Hasil penyelidikan menegaskan bahwa kopilot itu sedang dalam perawatan psikologis, di mana di rumahnya ditemukan sebuah formulir cuti sakit yang dirobek, mungkin itu penyebab ia nekat melakukan tindakan yang mengerikan tersebut.



*** *** ***

Beberapa orang mengatakan bahwa penyakit mental tidak hanya menimpa orang-orang Barat. Sedang sebagian yang lain mengatakan apa hubungan kapitalisme dengan insiden mengerikan ini, sebab semua ini bisa terjadi dengan siapapun dalam kondisi tertentu, yang tengah menderita akibat tekanan psikologis?

Benar, insiden ini mungkin terjadi di mana saja di dunia. Namun kapitalisme telah menjadi pengendali semua kepentingan dan kontrol di setiap negara dan rakyat. Cara hidup kapitalisme ini, tanpa diragukan lagi, telah menyebabkan peningkatan kejadian penyakit mental secara mengerikan di seluruh dunia, khususnya di Barat.

Seseorang tidak merasa aman atas dirinya dalam kasus serangan, yang pada akhir sang penyerang dikatakan tengah menderita sakit mental, atau sakit jiwa. Sering kejadian terkait hal ini begitu mengejutkan dan mengerikan, seperti sejumlah insiden serangan bersenjata terhadap sekolah dan universitas, dalam bus dan pasar, yang dikaitkan dengan pasien gila, atau orang yang sedang mengalami gangguan kejiwaan, dimana mereka hidup dalam kehidupan sosial dengan diselimuti kegelisahan, atau dalam situasi kesulitan ekonomi hingga mereka melakukan tindakan nekad dengan menyerang masyarakat akibat mereka tidak mampu untuk mendapatkan kebutuhan primer mereka; dan sebagai reaksi terhadap apa yang mereka lihat dari jurang besar yang memisahkan antara orang kaya dan miskin. Sementara motif dari sejumlah insiden ini biasanya hanyalah hal-hal sepele, seperti balas dendam, iri hati, atau hanya karena kesepian; dan terkadang untuk bersenang-senang atau hiburan.

Tidak ada keraguan bahwa kedua hal tersebut, yakni kelemahan secara ekonomi dan kecemasan sosial, maka duanya adalah penyebab paling penting dari penyakit mental yang menyebabkan ketidakstabilan diri, hilangnya kepercayaan dan keamanan. Sedang akibat buruk dari kondisi psikologis ini menyebabkan kerugian dan bencana di masyarakat, seperti bencana kemanusiaan tersebut, yang memakan korban nyawa orang-orang tidak bersalah yang tidak tak berdaya.

Sementara negara tidak berdaya untuk memecahkan masalah ini. Sedang sistem berusaha untuk mengobati gejala tanpa berusaha mengobati penyebabnya. Sebab solusinya tidak dapat diterapkan dalam kondisi kehidupan yang dipaksakan oleh sistem kapitalisme pada manusia, seperti keserakahan, kesombongan, persaingan kotor, eksploitasi, perbudakan dan lainnya.

Solusi untuk masalah tersebut tidak bisa memberikan penyelesaian kecuali mengacu pada hukum-hukum Allah SWT, yang akan mengangkat manusia dari jurang kehinaan gaya hidup hewan menuju ketinggian dalam luasnya karunia Tuhan Yang Maha Pencipta dan Pengatur, dimana rezeki, kematian dan kehidupan ada dalam kekuasaan-Nya. Sehingga dengan mendapatkan ridla-Nya akan terwujud kebahagiaan dan ketenangan jiwa. Dengan demikian, masyarakat akan hidup dalam keamanan dan kedamaian, dimana setiap orang akan mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Tidaklah beriman seseorang dari kalian, hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim).

Dan ia tidak akan merasa senang ketika ada orang-orang di sekitar rumahnya yang bermalam dalam keadaan lapar. Sebagaimana yang diperintahkan kepada kami oleh utusan pembawa rahmat dan kasih sayang, yaitu Muhammad saw: “Masyarakat manapun yang di pagi hari ada seseorang dari mereka yang kelaparan, maka hilanglah dari mereka jaminan Allah SWT.” (HR. Ahmad).

Juga seseorang yang ada dalam masyarakat yang menerapkan hukum-hukum Allah SWT, akan takut terhadap azab Allah, dan berusaha keras untuk mendapatkan ridla-Nya. Allah SWT berfirman: “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan. Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik? Tentu mereka tidak sama.” (TQS. As-Sajdah [32] : 16-18).

Seseorang dalam masyarakat yang menerapkan hukum-hukum Allah tidak akan tunduk pada manusia yang mengendalikan gaji bulanannya, dan memberinya pekerjaan. Namun masyarakat sekarang tidak seperti itu, sehingga seseorang begitu ketakutan jika ia tidak memiliki pekerjaan dan tidak ada yang memberinya makan, bahwa ia akan berdiri di sisi jalan sebagai pengemis. Dengan demikian ia akan hidup dalam bayang-bayang kegelisahan, sebab ia yakin bahwa negara tidak akan peduli dengan dirinya ketika ia tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan primernya, sehingga tidak ada jalan lain kecuali bunuh diri, karena ia tidak memiliki pemahaman tentang kehidupan akhirat.

Menuju kehidupan yang aman dan nyaman di bawah bendera keadilan dan kasih sayang ini, kami menyeru semua manusia di seluruh penjuru bumi untuk menjalani kehidupan yang mulia dan bermartabat di bawah bendera “Lā Ilāha IllalLāh Muhammadur Rasūlullāh, Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah”, di bawah naungan Khilafah Rasyidah yang tegak di atas metode kenabian. [Yusuf Salamah – Jerman]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 31/3/2015.

[www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.