Aliansi Militer Islam atau Aliansi Militer Tanpa Pengaruh ?
34 negara muslim membentuk aliansi militer Islam. Mulai dari
Arab Saudi, Turki, Palestina, hingga Malaysia. Pembentukan aliansi ini
didasarkan meningkatkan kegiatan terorisme di sejumlah tempat. Hal itu sesuai
dengan pernyataan rilis resmi dari aliansi ini, yang dipimpin oleh Arab Saudi.
Negara-negara yang disebutkan di sini telah memutuskan untuk
membentuk aliansi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi untuk memerangi
terorisme, dengan pusat operasi gabungan yang berbasis di Riyadh untuk
mengkoordinasikan dan mendukung operasi militer," bunyi pernyataan bersama
yang diterbitkan pada kantor berita SPA, dikutip dari Reuters, Selasa (15/12).
Anehnya, sebagian masyarakat merasa ini merupakan upaya
penting bagi ummat islam dalam kesatuan militer. Naasnya, mereka seakan-akan
bahwa kesatuan ini menjadi harapan lahirnya khilafah di kemudian hari. Sekali
lagi, kesatuan ini merupakan ikatan semu. Jelas sekali, pernyataan yang
dikemukakan oleh rilis tersebut menyebutkan hanya untuk upaya terorisme.
Sebagaimana isi tambahannnya, "Menjadi kewajiban untuk
melindungi negara Islam dari kejahatan semua kelompok teroris dan organisasi
apa pun sekte dan nama mereka, yang menyerukan kematian dan membuat kerusakan
di muka bumi dan bertujuan untuk meneror orang yang tidak bersalah," bunyi
pernyataan tersebut.
Jelas, pernyataan teroris yang dimaksud adalah kesepakatan
makna teroris yang disetujui oleh barat. Pernyataan terpenting atas kesatuan
ini adalah mampukan mereka secara aliansi mampu menyerang dan menundukkan
israel sebagai negara teroris sesungguhnya? Atau mampukah mereka menyuruh
mundur Rusia, Amerika Serikat dan sekutu barat dalam kepentingan mereka di
kawasan timur tengah? Jawabannya, tentu tidak. Sebab, keberadaan aliansi ini
hanya bertujuan untuk melindungi kepentingan barat dan para penguasa yang
berada di bawah kaki tangan mereka.
Keberadaan aliansi ini, hanya untuk menuntaskan kegagalan
mereka dalam menundukkan ISIS. Barat menggunakan muslim untuk memerangi muslim
yang lainnya. Dan sekali lagi, tidak ada kepentingan upaya penyatuan wilayah
islam dalam hal ini. Sekedar mengingatkan, Aliansi tidak lebih dari
komponen-komponen Nasionalis yang egois, yang hanya menunjukkan kepada barat
betapa mereka masih peduli pada kepentingan mereka.
Ini sesuai pernyataan Dalam konferensi pers di Riyadh yang
jarang digelar pada Selasa (15/12), putra mahkota Saudi, Mohammed bin Salman,
30, yang juga menjabat sebagai Menteri Pertahanan menyatakan bahwa kampanye
akan "mengkoordinasikan" upaya untuk memerangi terorisme di Irak,
Suriah, Libya, Mesir dan Afghanistan, tapi menawarkan beberapa indikasi konkret
soal kemungkinan upaya militer dilanjutkan."
Maka wajar, tiada harapan dengan kesatuan militer yang semu
ini. Dan ini tidak akan mengubah cara pandang Indonesia meskipun tidak terlibat
ke sana. Sebab sejatinya, aturan dunia tanpa islam ini, mereka yang terlibat
maupun tidak dalam aliansi itu, akan tetap berada dalam pengaruh Kapitalisme
global. Dan Aliansi tersebut tidak memiliki pengaruh besar tentang kekuatan
ummat islam itu sendiri.
Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Syarh Riyadhus Shalihin mengatakan,
“Penguasa yang adil adalah orang yang adil di tengah rakyatnya. Tidak ada
keadilan yang lebih lurus dan wajib daripada berhukum dengan syariat Allah di
tengah-tengah mereka. Inilah pokok keadilan. Karena Allah mengatakan, ‘Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.’ (An-Nahl: 90).
Sesungguhnya hanya kepemimpinan Khilafah dengan khalifah
sebagai pemimpinnya yang akan memberi pengaruh besar bagi dunia. Dan itu tidak
akan terwujud kecuali terikat kepada apa yang telah tertulis dalam seruan
Al-Quran dan As-Sunnah.
Rizqi Awal, SE.Sy
Pengurus Yayasan Majelis Dakwah Islam Nusantara
[www.al-khilafah.org]