Header Ads

Kalimah Iftitah

Rasulullah saw. diutus dengan membawa agama Islam yang agung ini tidak untuk disambut hanya dengan lisan saja, melainkan untuk diterapkan atas umat manusia di muka bumi ini. Untuk itu, diperlukan sebuah negara yang menegakkan semua ketentuannya dan menerapkan semua hukumnya.

Rasulullah saw. menyeru manusia ke jalan Allah dengan bashirah (hujjah yang nyata) di Makkah al-Mukarramah. Beliau tak henti-hentinya meminta dukungan dan pertolongan ke berbagai kabilah serta kepada orang-orang yang memiliki pengaruh dan kekuatan. Akhirnya, Allah SWT menolongnya dengan dukungan dan pertolongan dari penduduk Madinah al-Munawwarah. Beliau kemudian hijrah dan mendirikan negara di sana (Daulah Islamiyah, red.). Setelah itu, beliau melakukan futûhât (pembebasan) dan menyebarkan Islam dengan dakwah dan jihad.

Apa yang beliau contohkan kemudian dilanjutkan Khulafaur Rasyidin sesudahnya. Negara Islam, yakni Negara Khilafah, telah berlangsung pada masa Bani Umayah, Abbasiyah dan Utsmaniyahhingga akhirnya kaum kafir penjajah yang dipimpin Inggris ketika itu, dengan bantuan para pengkhianat Bangsa Arab dan Turki, berhasil melenyapkan Khilafah 88 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 28 Rajab 1342 H/3 Maret 1924 M.

Kaum Muslim di sepanjang masa Kekhilafahan adalah umat yang kuat karena kedekatan mereka dengan Tuhan mereka; juga umat yang mulia karena kekonsistenan mereka dalam menjalankan agama . Pernyataan mereka bisa menggemparkan dunia. Tindakan mereka bisa membuat kaum kafir pun gemetar ketakutan.

Khalifah kaum Muslim memberikan perlindungan dan pertolongan kapan saja. Perhatiannya terhadap kaum Muslim sangatlah besar. Bendera Khilafah ada di manapun ketika dibutuhkan.

Pernah ada seorang penguasa Romawi yang berani kurang ajar terhadap negeri-negeri kaum Muslim. Dia mengirim surat yang bernada ancaman kepada Harun ar-Rasyid, Khalifah kaum Muslim. Khalifah Harun ar-Rasyid saat itu memandang bahwa jawaban surat itu tidak perlu dengan kertas lain, melainkan cukup di tulis di balik surat tersebut, “Jawaban atas ancaman Anda adalah apa yang akan Anda lihat, bukan apa yang akan Anda dengar.” Beliau lalu memimpin sendiri pasukan; beliau mengalahkan si pengancam dan dia merasakan akibat dari kekurangajaran yang telah dia lakukan.

Pernah ada seorang wanita yang dianiaya oleh seorang panglima Romawi. Ia menjerit minta tolong. Wanita itu berkata, “Wahai Mu’tashim (Khalifah al-Mu’tashim, red.), dimanakah Engkau!” Khalifah pun segera meresponnya dengan mengirim pasukan yang dipimpinnya sendiri hingga beliau berhasil mengalahkan musuhnya, menghukum orang yang telah berani kurang ajar terhadap wanita tersebut serta mengembalikan kehormatan dan perasaan amannya.

Suatu hari Raja Persia ditahan. Namun, tidak ada satu pun orang Persia yang mau menolong untuk menyelamatkan rajanya dari tahanan, kecuali Khalifah kaum Muslim, yakni Sulaiman al-Qanuni rahimahullâh.

Demikianlah, kaum Muslim sepanjang masa Kekhilafahan mereka menjadi penguasa dunia, yang yang menebarkan kebaikan.

Pada masa Khilafah pula kaum Muslim menjadi yang nomor satu dalam segala hal. Kaum Muslimlah pelopor dalam bidang perindustrian. Mereka telah memproduksi manjaniq (alat perang kuno), senjata berat pada zamannya. Dengan senjata itu kaum Muslim berhasil menghancurkan benteng Taif hingga rata dengan tanah pada masa Rasulullah saw. Mereka juga telah memproduksi meriam raksasa pada masa Muhammad al-Fatih rahimahullâh. Dengannya senjata itu mereka mampu menghancurkan benteng Konstantinopel.

Kaum Muslimlah pelopor dalam ilmu pengetahuan; dalam bidang fisika, kimia, matematika dan astronomi. Hal ini tidak hanya diakui oleh kawan, tetapi juga lawan. Cukup menjadi bukti tentang kuatnya pengetahuan dan perindustrian kaum Muslim adalah hadiah jam hasil karya kaum Muslim kepada Charlemagne, Kaisar Eropa. Ketika jam itu berbunyi dan pintu-pintunya dibuka, mereka mengira itu pengiringnya. Mereka menyangka bahwa jam itu buatan jin.

Kaum Muslimlah pelopor dalam memilih penguasa dan membaiatnya. Pada saat yang sama, para penguasa pada zamannya bertindak bagaikan tuhan terhadap rakyatnya. Rakyat tidak boleh memprotes apa yang telah diputuskannya. Sebab, bagaimana rakyat bisa memprotes Tuhannya?

Abdurrahman bin Auf pernah berkeliling mendatangi rumah-rumah penduduk Madinah untuk menanyakan kepada kaum laki-laki dan perempuan, siapa yang akan mereka pilih untuk menduduki Kekhilafahan: Ali atau Utsman ra.

Kaum Muslimlah pelopr dalam menunaikan hak-hak kepada para pemiliknya, baik laki-laki maupun perempuan; hingga perempuan yang menjadi budak laki-laki, yang diperjualbelikan, yang tidak bernilai dan berharga sekalipun. Sesungguhnya Islam memuliakan perempuan.

Kaum Muslimlah pelopor dalam urusan-urusan perekonomian dan hidup mulia. Islam memberikan zakat kepada yang berhak sehingga pernah terjadi di beberapa waktu tidak ditemukan seorang fakir yang berhak menerimannya.

Demikianlah, beberapa kebaikan yang dulu mewarnai kehidupan kaum Muslim sepanjang zaman Kkhilafahan masih tegak. Lalu bagaimana dan apa yang terjadi setelah Kekhilafahan itu sudah tidak ada lagi?!

Sungguh, negara kita yang dulunya satu sekarang menjadi lebih dari 50 negara. Kekayaan kita dirampok. Kita membiarkan negeri-negeri kita dijadikan jarahan. Kita juga membiarkan wilayah kita berkurang sedikit demi sedikit. Lihatlah Palestina yang sekarang diduduki kaum Yahudi. Lihatlah Kashmir yang diduduki kaum Hindu. Lihatlah Siprus yang terpisah dari tanah induknya, Turki karena campur tangan pemerintah kaum kafir Yunani. Lihatlah Timor Timur yang lepas induknya, Indonesia. Lihatlah Kaukasus dengan Chechnya-nya dan Ingushetia yang diduduki oleh Rusia. Di sana mereka banyak menumpahkan darah orang-orang tak berdosa. Lihatlah Amerika yang menduduki Irak, Afganistan dan juga menyerang negeri tetangganya, Pakistan. Lihatlah pula negeri-negeri Islam yang lain.

Pada saat yang sama, para penguasa di negeri-negeri Islam hanya bermain-main. Sebab, mereka sampai pada kekuasaan ini karena diangkat oleh kaum kafir penjajah. Keberadaan mereka itu hanyalah alat dan jongos negara-negara kafir.

Demikianlah keadaan kita. Masih adakah jalan untuk memperbaiki semua realitas ini?!

Sesungguhnya persoalan ini sulit untuk diperbaiki, kecuali dengan mengembalikan Khilafah Rasyidah yang mengikuti metode kenabian di negeri-negeri kaum Muslim. Dengan Khilafah kaum Muslim akan meraih kebaikan bumi dan langit.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ

Jika penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi (QS al-A’raf [7]: 96).

Tegaknya Khilafah juga merupakan kekuatan penyelamat bagi seorang Muslim dari mati Jahiliah (dalam keadaan berdosa). Rasulullah saw. bersabda:

«وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً»

Siapa saja yang mati, sedakan di pundaknya tidak ada baiat, ia mati Jahiliah (dalam keadaan berdosa) (HR Muslim).

Para Sahabat ra. mengerti betul masalah ini. Buktinya, mereka lebih mendahulukan membaiat Khalifah Rasulullah saw. daripada memakankan jenazah Rasulullah saw. Padahal memakamkan jenazah hukumnya wajib. Rasulullah saw. wafat pada hari Senin pagi. Jenazah beliau belum juga dimakamkan hingga malam Selasa dan siang harinya hingga selesainya kaum Muslim membaiat Abu Bakar ra., yaitu baiat in’iqâd (pengangkatan) di Saqifah pada hari wafatnya Rasulullah saw., dan baiat thâ’at (ketaatan) di Masjid pada hari Selasa. Kemudian jenazah Rasulullah saw. dimakamkan di tengah malam pada malam Rabu. Artinya, pemakaman Rasulullah saw. ditangguhkan hingga dibaiatnya Abu Bakar dengan baiat in’iqâd dan baiat thâ’at. Ini menunjukkan pentingnya keberadaan Khalifah dan pembaiatannya.

Karena itu pula, Hizbut Tahrir berusaha dengan sungguh-sungguh, tanpa kenal lelah, untuk menegakkan Khilafah. Sejak setengah abad yang lalu, Hizbut Tahrir dalam menjalankan aktivitas yang senantiasa dihadapkan pada berbagai pelecehan, penangkapan, pemenjaraan dan penyiksaan yang terjadi di berbagai negeri Islam. Bahkan tidak sedikit di antara syabab (aktivis) Hizbut Tahrir yang telah meraih kemuliaan sebagai syuhada. Namun, dengan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, juga keyakinan yang jernih, dengan izin Allah SWT, Hizbut Tahrir akan terus berjuang untuk menegakkan Khilafah. Khilafah akan menjadi sebuah kenyataan yang terlihat jelas di depan mata Hizbut Tahrir.

Sungguh, ulama yang bertakwa dan ikhlas lebih berhak atas urusan ini, dan tempatnya selalu di barisan terdepan dalam setiap kebaikan. Untuk itu, kami tidak ingin hanya berkata kepada Anda, “Dukunglah kami, tolonglah kami dan bantulah kami.” Namun, dengan rasa hormat dan ketulusan dari lubuk hati yang paling dalam, kami ingin berkata kepada Anda lebih dari semua itu, yaitu, “Berjuanglah bersama kami, dan bekerjasama-lah dengan kami, untuk kebaikkan ini.”

Sesungguhnya kemuliaan Islam dan kaum Muslim tidak akan lama lagi. Semua itu akan terwujud dengan izin Allah, sebagai bukti kebenaran janji-Nya:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا

Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan bermal salih di antara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya; dan akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan, menjadi aman sentosa (QS An-Nur [24]: 55).

Rasulullah saw. juga bersabda:

«تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ»

“Akan ada fase kenabian di tengah-tengah kalian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengakhirinya jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fase Khilafah berdasarkan metode kenabian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengakhirinya jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Lalu akan ada fase penguasa yang zalim. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada. Kemudian Dia akan mengakhirinya jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fase penguasa diktator. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengakhirinya jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Selanjutnya akan datang kembali Khilafah berdasarkan metode kenabian.” Setelah itu, Rasul diam (HR Ahmad).

Pada saat itu, dengan terbitnya fajar Khilafah, seluruh dunia diterangi oleh kemuliaan dan kekuatan kaum Muslim.

وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (٤)بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (٥)

Pada hari (kemenangan) itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang (QS ar-Rum [30]: 4-5).

[Disarikan dari Kalimah Iftitâh (Kata Pembuka) yang disampaikan secara tertulis oleh Amir Hizbut Tahrir, Syaikh ‘Atha Abu Rusythah, dalam acara Muktamar Ulama Nasional yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia, Istora Senayan, 28 Rajab 1430 H/21 Juli 2009 M, Jakarta].

1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.