Header Ads

Pengumuman Kelulusan Ditandai Aksi Memalukan

Di Pamekasan, para siswa yang lulus melepas jilbab dan memotong rok mereka. Bahkan ada yang melakukan penjarahan. Himbauan untuk tidak corat-coret baju dan turun jalan saat merayakan kelulusan nampaknya tak dihiraukan para pelajar. Di beberapa kota, para pelajar justru tetap mengadakan aksi corat-coret, bahkan terbilang diluar kewajaran.

Contohnya adalah aksi merayakan pengumuman kelulusan pelajar Pamekasan. Aksi membuka jilbab mewarnai konvoi kelulusan siswa/siwi SMA/MA dan SMK di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, hari Senin.

Siswi yang biasanya diharuskan menggunakan jilbab, saat konvoi tidak lagi menggunakan jilbab. Bahkan jilbab para siswi ini dijadikan bendera sambil berboncengan dengan teman laki-laki mereka.

Para siswi ini juga merayakan kelulusan dengan menggunting rok. "Pakaian ini sudah tidak akan saya pakai lagi, karena sudah lulus," kata salah seorang siswi SMA di Jalan Pintu Gerbang, dengan wajah ceria.

Aksi lepas jilbab dan gunting rok para siswa SMA di Pamekasan ini merupakan salah satu aksi yang dilakukan para siswa dalam merayakan kelulusan ujian nasional (UN) di Kabupaten Pamekasan.

Selanjutnya para siswa ini bergabung dengan rombongan konvoi lain yang terpusat di jalan Kabupaten depan kantor rumah Dinas Bupati Pamekasan.
Dari lokasi ini, para peserta konvoi kemudia bergarak menuju Jalan Trunojo Pamekasan. "Kami akan merayakan kelulusan di pantai Camplong Sampang," kata salah seorang peserta konvoi Ainur.

Remaja dengan rambut dicat warna merah mengaku, di pantai Camplong para siswa akan melakukan balapan bersama para siswa dari Kabupaten Sampang.
Sementara para siswi yang sudah melakukan aksi lepas jilbab dan gunting rok juga terlihat bersama rombongan peserta konvoi. Bahkan ada yang berboncengan dengan cara berdiri.

Menjarah

Aksi tak sekedar melakukan tindakan memalukan dengan melepas jilbab, rombongan siswa SMA, SMK dan MA yang berkonvoi setelah pengumuman kelulusan menjarah pedagang kaki lima di Jalan Trunojoyo, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Senin.

Salah seorang PKL di Jalan Trunojoyo, Rukmi, mengatakan, konvoi berbagai sekolah itu tiba-tiba berhenti depan kios para PKL yang sedang berjualan di Jalan Trunojoyo, depan RSD Pamekasan.

"Mereka langsung mendekati kios PKL dan mengambil berbagai jenis makanan ringan dan minuman," katanya seraya mengaku merrugi Rp500 ribu gara-gara dijarah.

Aksi brutal siswa tidak bisa dicegah karena peserta konvoi terlalu banyak untuk dilawan, mencapai ratusan orang.

Setelah puas menjarah, konvoi pelajar bergerak ke selatan, ke Api Tak Kunjung Padam yang terletak di Dusun Jangka, Desa Tlanakan, Kecamatan Tlanakan.

Anggota dewan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Iskandar mengecam aksi itu yang disebutnya seain tidak mencerminkan sikap baik, tapi juga telah merugikan orang lain.

"Itu seharusnya tidak terjadi, karena hal semacam itu merupakan tindakan yang mirip dengan preman," kata Iskandar.

Dihentikan Polisi

Sementara itu, di kota Surabaya, ratusan siswa-siswi berkonvoi terlihat di beberapa ruas jalan di Surabaya. Diantaranya di Jalan Stasiun Gubeng dan depan Hotel Sahid. Ratusan pelajar SMA Dr Soetomo terlihat berkonvoi mengendarai roda dua.

Mereka memenuhi sisi kiri jalan dengan kawalan seorang petugas kepolisian. Ratusan pelajar itu mengenakan seragam yang sudah dicorat-coret dengan berboncengan.

Mereka tampak bergembira dan meneriakkan kelulusan dan yel-yel. "Saya Lulus Om-Saya Lulus Om, Ayo Bersenang-senang". Kegembiraan itu membuat sebagian pelajar berdiri di atas motor dan mengibar-ngibarkan seragamnya.

Meski berjalan tertib, aparat kepolisian yang bersiaga di setiap titik perempatan jalan menindak tegas bagi pelajar yang tidak membawa helm. [ant/dtn/hidayatullah.com]

2 komentar:

  1. Naudzubillah...! Perih melihatnya...namun kesalahan bukan hanya di pihak mereka (pelajar), namun jg di lingkunagn sekolah dan keluarga, dimana doktrin agama diajarkan sbg paksaan krn kewajiban, bukannya sbg kebutuhan yg hakiki...seandainya tiap sekolah punya majelis zikir dan maulid, dan diadakan kajian kitab tasawwuf dgn cara yg penuh kelembutan...tentunya para pemuda-pemudi akan punya pelarian dan pemahaman yg lebih baik terhadap agama mereka...bukan cuma ditakuti dgn ancaman siksa api neraka, atau iming2 nikmatnya surga

    BalasHapus
  2. Naudzubillah...! Perih melihatnya...namun kesalahan bukan hanya di pihak mereka (pelajar), namun jg di lingkunagn sekolah dan keluarga, dimana doktrin agama diajarkan sbg paksaan krn kewajiban, bukannya sbg kebutuhan yg hakiki...seandainya tiap sekolah punya majelis zikir dan maulid, dan diadakan kajian kitab tasawwuf dgn cara yg penuh kelembutan...tentunya para pemuda-pemudi akan punya pelarian dan pemahaman yg lebih baik terhadap agama mereka...bukan cuma ditakuti dgn ancaman siksa api neraka, atau iming2 nikmatnya surga

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.