Header Ads

Demokrasi Merendahkan Wanita, Islam Memuliakan Wanita

Liberalisasi menyusup dunia perempuan. Salah satunya di tandai dengan di buatnya film Perempuan Berkalung Sorban yang di rilis Januari 2009 lalu. Film besutan sutradara Hanung Bramantyo yang di danai oleh The Ford Foundation ini mengesankan bahwa hak asasi perempuan telah terkungkung. Hal ini sengaja di tonjolkan sebagai alat untuk memasarkan konsep persamaan hak antara laki-laki dan perempuan yang terus digencarkan kaum liberal. Nilai-nilai kebebasan hendak di cekokan ke benak kaum permpuan dengan berbagai cara terutama pada muslimah yang masih hidup taat dengan syari'ah di bidik agar mengadopsi nilai-nilai liberal tersebut.Belum lagi adanya eksploitasi perempuan di segala bidang, 70-80% lapangan pekerjaan disediakan untuk perempuan sehingga menggiring mereka meninggalkan rumah untuk menjadi pekerja diranah public. Mulai jadi buruh pabrik, pegawai kantoran, sampai jadi TKW di luar negri yang di sebut sebagai pahlawan devisa Negara. Namun, tidak semua dari para TKW itu beruntung, terkadang mereka juga harus menanggung siksaan dan pelecehan dari majikanya.

Fenomena tersebut melengkapi derita kaum perempuan yang terpaksa mengais rejeki di negri seberang akibat sulitnya kehidupan di Negri ini. Eksploitasi perempuan pun terjadi melalui ajang Miss Universe dan putri Indonesia. Dalam konteks tersebut mereka rela berbikini ria demi merebut mahkota ratu sejagad raya dan mengaku bangga ikut serta di ajang maksiat tersebut. Terpilihnya Qori Sandioriva (18 ) sebagai putri Indonesia 2009 dari Nangroe Aceh Darusalam adalah karena ia berani menanggalkan busana muslimahnya untuk di jadikan ikon kebebasan perempuan yang mempengaruhi citra perempuan aceh pada khususnya dan muslimah pada umumnya yang identik dengan pakaian menutup aurat.

Benarkah liberalisasi perempuan akan memajukan perempuan? Kalangan feminis menyakini bahwa liberalisasi atau pembebasan perempuan merupakan fondasi untuk mencapai kemajuan karena menurut mereka tatkala perempuan berhasil memperoleh kebebasan dan independensinya berarti mereka telah terbebas dari batasan-batasan kultural dan struktural yang di anggap sebagai penghambat kehidupan mereka. Gagasan liberalisasi ini kemudian menjadi salah satu gagasan sentral bagi perjuangan mereka dan menjadikan kemajuan perempuan barat sebagai model.

Akan tetapi, keberhasilan ini ternyata membawa berbagai dampak bagi perempuan dan masyarakat secara keseluruhan akibat kian rancunya relasi dan pembagian peran diantara laki-laki dan perempuan. Diantaranya runtuhnya struktur keluarga, meningkatnya angka perceraian, merebaknya free seks, meningkatnya kasus-kasus aborsi, dilema perempuan kariri, eksploitasi perempuan, pelecehan seksual, anak-anak bermasalah dan lain-lain di tengarai kuat menjadi efek langsung dari gagasan kebebasan perempuan. Wajar jika pada perkembangan selanjutnya muncul sikap penentangan dari sebagian masyarakat yang "masih sadar" atas bahaya racun yang tersembunyi di balik tawaran manis feminisme ini. Sayangnya, semangat penolakan terhadap gagasan feminisme ini kalah gencar di bandingkan dengan janji-janji manis yang di tawarkanya. Dengan mencermati fakta-fakta tersebut, jelas bahwa liberalisasi perempuan hanyalah jargon kosong yang tak layak di emban apalagi di perjuangkan.

Islam Memuliakan Perempuan

Munculnya gagasan bahwa syari'at Islam merendahkan kaum perempuan sesungguhnya di latar belakangi oleh semangat liberalisasi dan sekulerisasi wajah Islam yang menurut para pengusungnya (di Indonesia antara lain di usung oleh JIL) bertujuan membebaskan Islam dari ortodoksi dan menjadikan Islam sebagai agama yang kompatibel dengan perubahan zaman. Padahal gagasan mereka tak lebih dari bentuk ekspresi keputus asaan untuk mengcounter munculnya gagasan penegakan syari'at Islam yang kini justru kian mencuat ke permukan. Dimana Islam memandang bahwa keberadaan perempuan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laki-laki. Keduanya di ciptakan untuk mengemban tanggung jawab yang sama dalam mengatur dan memelihara kehidupan ini sesuai kehendak Allah SWT sebagai pencipta dn pengatur makhluk Nya. (QS.91:71,51:56).

Pada tataran yang praktis, Islam telah memberi aturan yang rinci berkenaan dengan peran dan fungsi masing-masing dalam menjalani kehidupan ini. Adakalanya sama dan adakalanya berbeda. Hanya saja adanya perbedaan dan persamaan pada pembagian peran dan fungsi masing-masing ini tidak bisa di pandang sebagai adanya kasetaraan dan ketidak setaraan gender. Pembagian tersebut semata-mata merupakan pembagian tugas yang di pandang sama-sama pentingnya di dalam upaya mewujudkan tujuan tertinggi kehidupan masyarakat yakni tercapainya kebahagiaan hakiki di bawah keridhoan Allah SWT semata. Sebagaimana telah di maklumi kewajiban mencari nafkah telah di bebankan oleh Allah atas laki-laki (Al Baqarah (2) : 233,QS. At-Talaq : 6). Sebaliknya perintah untuk mendidik anak di tujukan kepada ayah dan ibu (At-Tahrim : 6).

Jadilah pembagian tersebut, dimana perempuan lebih mengutamakan tugasnya di rumah tangga. Sementara laki-laki mencari nafkah di luar rumah. Demikian juga jika kita perhatikan dengan cermat Islam sangat melindungi dan menjaga kehormatan perempuan. Misalnya, ayat Al Qur'an mengenai aturan memakai kerudung (An-Nur 24 : 31) dan jilbab (al-ahzab 33 : 59). Kedua ayat ini menjelaskan bahwa Islam sangat melindungi dan menjaga kehormatan perempuan dengan memerintahkannya untuk menutup tempat-tempat perhiasannya sehingga terhindar dari orang-orang yang akan mengganggu atau menyakitinya. Sementara itu Rosulullah saw bersabda : "Tidak di perbolehkan seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir melakukan perjalanan selama sehari semalam kecuali jika di sertai mahramnya" (HR. Bukhari). Hadis ini mencerminkan betapa Islam melindungi dan menjaga kehormatan para perempuan.

Disamping itu, banyak hadis lain yang memerintahkan para suami untuk memperlakukan istrinya dengan ma'ruf dalam kehidupan rumah tangga. Seandainya konsep ini di pakai maka tidak akan ada kasus KDRT yang merupakan salah satu ide absurd yang di usung oleh barat dalam rangka menghancurkan keluarga muslim merupakan satu-satunya benteng penyelamat terakhir generasi muslim yang tangguh. Selain itu adanya larangan berkhalwat (berdua-duaan)seorang pria dan seorang perempuan kecuali di temani mahram adalah semata-mata bertujuan untuk melindungi dan menjaga kehormatan perempuan. Bukan mengekang kebebasan para perempuan sebagaimana yang di tuduhkan kaum liberalis. Sebab, Islam tidak pernah melarang perempuan keluar rumah atau bahkan bekerja atau beraktivitas di luar rumah selama terpenuhi seluruh ketentuan-ketentuan Islam atas nya. Juga selama ia tidak melalaikan kewajiban utamanya sebagai ibu dan pengelola rumah tangga. Bahkan kewajiban menuntut ilmu pun tidak hanya di wajibkan bagi setiap muslim laki-laki namun di wajibkan pula bagi setiap muslim perempuan. Sebagaimana sabda Rosulullah saw : "Menuntut ilmu di wajibkan atas setiap muslimin dan muslimat"

Dari beberapa hadis di atas dapatlah di pahami bahwa Islam benar-benar menghargai dan memuliakan kaum hawa. Banyaknya pujian yang di berikan oleh Allah dan Rosul-Nya terhadap kaum perempuan mengandung makna bahwa Islam meninggikan derajat kaum perempuan. Sedikitpun tidak menempatkn perempuan pada posisi nomer dua setelah laki-laki. Artinya Islam tidak pernah berlaku tidak adil pada perempuan bahkan sangat memuliakannya. Ini di buktikan dalah hadis Nabi :

"Seseorang pernah bertanya kepada Rosulullah SAW. Siapa orang yang paling berhak di perlakukan dengan baik? Rosul menjawab : Ibumu, Ibumu, Ibumu, lalu bapakmu. Baru kemudian orang yang lebih dekat dan seterusnya".(HR. Muslim).

Dengan demikian telah terbukti bahwa islam mampu menjadi solusi selama berabad-abad untuk menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan manusia termasuk permasalahan perempuan. Lalu mengapa kita masih mencoba mencari solusi dengan sistem/aturan lain yang faktanya malah menghancurkan institusi keluarga dan masyrakat muslim pada umumnya. Masihkah kita mencurigai Islam sebagai pengekang hak-hak perempuan? Atau masih perlukah perempuan menuntut emansipasi atau kesetaraan dengan posisinya yang begitu mulia?

Oleh karena itu, munculnya gagasan bahwa syari'at Islam merendahkan perempuan harus di sikapi dengan benar. Jika dalih yang mereka gunakan adalah fakta bahwa kaum perempuan di dunia Islam berada dalam kondisi terpuruk tidak bisa di ambil solusi secara parsial dengan menyerukan emansipasi karena pada fakta nya malah menimbulkan permasalahan baru dengan banyaknya anak-anak yang broken home dan lose generation,ketidak harmonisan dan perpecahan keluarga dan sebagainya. Namun harus di lihat bahwa pada kenyataannya saat ini tidak ada satu pun negeri Islam yang menerapkn syari'at Islam sebagai aturan kehidupan yang utuh dan menyeluruh (kaffaah) dalam institusi khilafah (pemerintahan islam). Justru berbagai kerusakan dan ketidak adilan yang terjadi saat ini termasuk di antaranya yang menimpa perempuan adalah akibat di terapkannya sistem yang salah dan rusak di tengah-tengah kaum muslimin. Yakni sistem kapitalisme yang tegak di atas aqidah sekulerisme yang telah memberikan kewenangan secara mutlak kepada manusia yang akalnya lemah dan terbatas untuk membuat berbagai aturan atau sistem kehidupan. Sistem seperti inikah yang kita pertahankan??? wallahu a'lam bishawab

Syafiyah Azzah

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.