Header Ads

Ironis! RI Rajin Ekspor Tekstil, Pasar Lokal Dikuasai China

Jakarta - Para pelaku industri tekstil skala besar mengaku lebih pilih mengekspor produknya ketimbang memasarkan di dalam negeri. Pasar lokal tak menjanjikan karena lebih banyak menyerap produk berkualitas rendah.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan, segmen pasar lokal kurang digarap karena dianggap banyak menyerap produk menengah ke bawah, sementara industri lebih pilih memproduksi segmen atas dan berkualitas.

"Konsumsi dalam negeri ya diisi oleh China, karena memang diisinya barang murah. Konsumen kita belum mempercayai, lebih tepatnya konsumen kita belum mampu membeli barang yang berkualitas hanya beberapa orang kelas tertentu yang membeli barang berkualitas," katanya di sela acara Pameran Tekstil Indonesia (INATEX) 2011 di JIExpo, Rabu (27/4/2011).

Ia menjelaskan, saat ini industri hilir atau barang jadi tekstil dalam negeri menggunakan tekstil 70% dari impor khususnya dari China. Untuk bisa mengimbangi ini maka ke depannya porsi tekstil impor harus ditekan.

"Sekarang ini masih diatas 70% impor. Namun yang kain kita juga banyak yang diekspor, antara ekspor dan impor kita belum maksimum," katanya.

Menurut Ade, segmen pasar di Tanah Air umumnya lebih mengejar produk yang murah dan tidak mengutamakan kualitas. Sementara pasar China justru sebaliknya.

"Jadi kita konsennya pada harga, artinya kalau masih konsen pada harga, ya nganggur kita. Tugas kami bagaimana membuka lapangan kerja lebih luas," katanya.

Dikatakan Ade, masalah dominannya produk tekstil China di Indonesia akan dibahas khusus saat kunjungan PM China Wen Jiabao. Masalah itu akan dituangkan melalui kerjasama kedua negara secara business to business (b to b) di bidang pertekstilan.

"Kita akan kerjasama dengan kamar dagang untuk teksil dari China yang akan ditandatangani di depan PM China dan Presiden RI. Itu akan dibicarakan hari Jumat di Istana," katanya.

Sebelumnya, para pelaku industri industri garmen dan pedagang di sentra pakaian Tanah Abang sudah dua bulan terakhir susah mendapat bahan baku tekstil. Penyebabnya para produsen tekstil besar dalam negeri lebih senang mengekspor dari pada memasok ke industri kecil.

Ketua Komite Pedagang Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Heris mengatakan, saat ini para pedagang yang juga merangkap produsen garmen banyak menggunakan tekstil China dan India. Meskipun tekstil China dan India memiliki kalah motif dan desain dengan produk lokal.

"70% pedagang Tanah Abang kekurangan bahan baku, karena produsen tekstil besar banyak lebih pilih ekspor mungkin kepastian pembayaran lebih bagus," jelas Heris beberapa waktu lalu.(detik Finance)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.