Header Ads

"Mendagri Prancis Islamofobia dan Memalukan"

Menteri Dalam Negeri Prancis Claude Guéant dituding Islamofobia dan telah mempermalukan Prancis, setelah melontarkan pernyataan bahwa Muslim Prancis "menimbulkan masalah" bagi negeri itu.

Guéant mengungkapkan pernyataan itu dalam acara debat "Islam dan Sekularisme di Prancis" yang digelar oleh partai Union for Popular Movement (UMP) pada Selasa (5/4).

Debat yang dipimpin oleh pemimpin UMP Jean-François Copé itu, sebenarnya menuai kecaman dari banyak pihak di Prancis, termasuk dalam kalangan partai UMP sendiri. Banyak tokoh partai UMP yang menolak untuk hadir dalam acara debat tersebut, termasuk Perdana Menteri Prancis François Fillon.

Menteri Dalam Negeri, Guéant, yang ikut hadir dalam acara debat itu, mengungkapkan kekhawatirannya melihat pesatnya pertumbuhan komunitas Muslim di Prancis.

"Pertanyaan yang membuat rakyat Prancis prihatin: banyak yang berpikir bahwa penerapan sekulerisme (di Prancis) makin longgar. Pada tahun 1905 (pengesahan undang-undang tentang pemisahaan antara gereja dan negara), komunitas Muslim di Prancis jumlahnya masih sedikit, sekarang jumlah mereka antara 5 sampai 10 juta orang," kata Guéant.

"Pertumbuhan umat Islam dan ajaran Islam tertentu yang mereka jalankan menimbulkan persoalan. Sudah jelas bahwa salat yang mereka lakukan sampai ke jalan-jalan, membuat syok sebagai masyarakat dan para pemuka agama utama di negeri ini menyadari bahwa praktek seperti memberi pengaruh negatif pada mereka," sambung Guéant.

Sementara acara debat "Islam dan Sekularisme" yang kontroversial itu berlangsung, organisasi Banlieues Respect membagikan simbol bintang berwarna hijau pada komunitas Muslim di distrik-distrik kota Paris, sebagai bentuk penolakan terhadap debat yang digelar UMP.

Juru Bicara Partai Sosialis Benoît Hamon mengkriktik pernyataan Menteri Dalam Negeri tentang Muslim dalam acara debat tersebut. Ia menilai Guéant sudah mempermalukan Prancis.

"Mereka bukan memperdebatkan soal sekularisme, tapi memperdebatkan Islam. Saya merasa risih mendengar pernyataan Guéant. Dia sudah mempermalukan Prancis dan masyarakat Prancis," tukas Hamon. (ln/TheConnexion/IW/eramuslim.com)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.