Header Ads

"NATO Gunakan Bom Uranium di Libya"

Seorang wartawan Amerika mengatakan bahwa Amerika dan pasukan NATO menggunakan rudal dan bom depleted uranium (DU) dalam serangan udara mereka di Libya.

Conn Hallinan, kolumnis untuk Kebijakan Luar Negeri dalam Focus, yang berbasis di Berkeley, California, mengatakan kepada Press TV bahwa "Fakta yang menyatakan bahwa AS menolak penggunaan amunisi uranium hanya omong kosong."

Hallinan mencatat bahwa dalam serangan udara Barat, ledakan tank Libya menghasilkan "bola api besar," yang merupakan karakteristik unik yang hanya bisa disebabkan oleh bom DU.

"Konsekuensi penggunaan bom ini jangka panjang akan menjadi sangat parah," tambah Hallinan.

Dampak yang disebabkan oleh penggunaan senjata DU mencakup berbagai masalah kesehatan mulai dari berbagai jenis kanker, seperti leukemia, hingga mutasi genetik. Bom ini juga mencemari udara, air dan tanah dengan radioaktivitas.

Laporan lainnya telah mengkonfirmasi adanya penggunaan DU sejak pelaksanaan zona larangan terbang Dewan Keamanan PBB atas Libya.

Koalisi Hentikan Perang telah melaporkan bahwa pesawat Amerika B-52 telah menjatuhkan 45 bom seberat satu ton di kota-kota kunci Libya dalam 24 jam pertama perang di Libya.

PBB sendiri telah melarang pembuatan, pengujian, penggunaan, penjualan dan penimbunan senjata depleted uranium.(fq/prtv/eramuslim.com)

Sekjen NATO Ajak Semua Anggota Serang Libya

Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen meminta anggota aliansi lainnya untuk turut membantu serangan udara dalam operasi di Libya.

Rasmussen mengatakan, peralatan yang sangat canggih diperlukan untuk melancarkan serangan di kawasan padat penduduk dan menghindari korban sipil.

"Untuk menghindari korban sipil kita memerlukan peralatan sangat canggih sehingga kita membutuhkan pesawat yang presisinya tinggi," katanya seperti dikutip AP.

"Saya tidak memiliki janji khusus atau janji-janji dari pertemuan ini namun saya dengar isyarat yang memberikan harapan," lanjutnya.

Rasmussen menegaskan, NATO harus mempertahankan apa yang disebutnya operasi tempo tinggi terhadap sasaran yang sah.

Inggris dan Prancis telah membujuk anggota NATO lainnya agar aktif dalam serangan udara di Libya.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rodham Clinton tidak mengatakan apakah Amerika akan mengirimkan pesawat tempurnya.

Namun dia menghimbau para menteri luar negeri NATO agar bersatu dalam serangan terhadap Libya.

Clinton mengatakan, 28 anggota NATO memiliki tujuan sama untuk menyaksikan berakhirnya rejim Qadhafi di Libya.

Keretakan terjadi di tubuh NATO karena Turki dan Jerman menentang misi di Libya.
Hanya enam dari 28 anggota NATO, yaitu Prancis, Inggris, Kanada, Belgia, Norwegia dan Denmark, yang melakukan serangan udara.

Ledakan di Tripoli

Sementara Rasmussen berbicara, pesawat-pesawat NATO membom sasaran di ibu kota Tripoli. Terjadi ledakan besar disusul dengan tembakan anti pesawat udara.

Para mahasiswa disana mengatakan 8-10 orang terluka akibat pecahan kaca yang beterbangan.

Mereka mengatakan, sasaran serangan adalah instalasi militer yang 250 meter jauhnya dari universitas.

Televisi Libya kemudian menyiarkan gambar yang menunjukkan Qadhafi dikelilingi para pendukungnya saat berdiri di mobilnya melalui jendela di atap mobilnya di Tripoli seraya mengepalkan tangannya ke udara.

Sementara itu, pertempuran masih berlanjut di kota yang dikuasai pemberontak di Misrata, Libya barat. Kota ini telah dikepung pasukan pro Qadhafi hampir dua bulan.(hidayatullah.com)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.