Header Ads

Abdullah Ibn Ruwahah r.a. Mencari Tuhan

Oleh: Kusnady Ar-Razi

Dalam sebuah riwayat diceritakan, Abdullah Ibn Ruwahah r.a. –seorang penyair yang terkenal- selalu bertanya-tanya mengapa banyak orang menyembah berhala-berhala yang tak bisa mendengar juga tak bisa melihat? Mengapa banyak orang Quraiys begitu gemar menuhankan benda-benda dan patung-patung yang dipahatnya sendiri? Bagaimana mungkin mereka meminta perlindungan kepada benda yang tak bisa melindungi dirinya sendiri? Pertanyaan-pertanyaan tersebut begitu merangsang nalar seorang Abdullah Ibn Ruwahah r.a. yang terkenal dengan kepandaiannya merangkai syair-syair yang indah.
Abdullah Ibn Ruwahah r.a. sering pula memandangi langit, mengamati perputaran siang dan malam, dan memperhatikan matahari dan bulan yang timbul tenggelam. Ia sering bertanya-tanya, siapakah yang mengatur peredaran bulan dan matahari yang tampak mengambang di cakrawala, lalu raib di balik ufuk? Ia tak yakin jika berhala-berhala yang diam tak bergerak itu yang menciptakan segala sesuatu yang ada di alam semesta. Menciptakan dirinya saja tak bisa, lantas bagaimana mungin menciptakan sesuatu yang jauh lebih besar dan luar biasa seperti alam semesta?

Abdullah Ibn Ruwahah r.a. telah mengaktifkan akalnya untuk mencari Tuhan. Pencariannya diawali dengan mendatangi para penganut agama samawi yakni Yahudi yang ditemuinya di Madinah. Ia berharap mendapatkan jawaban atas pertanyaannya pada agama yang paling tua di dunia ini. Ia juga tahu bahwa orang-orang Yahudi adalah pewaris agama Musa yang membawa Kitab Taurat. Tetapi kemudian bukannya kebenaran yang ia dapatkan, ia justru melihat mereka telah menyimpangkan agama yang diwariskan Musa, ditambah dengan begitu buruknya akhlak yang semakin menjauhkan simpatinya dari mereka. Hanya satu yang ia dapatkan dari mereka yaitu berupa informasi akan datangnya seorang nabi baru, seorang utusan yang selalu diperbincangkan oleh orang-orang Yahudi sepeninggal Nabi Musa as.

Ketertarikan Abdullah Ibn Ruwahah r.a. pada kabar akan datangnya nabi baru inilah yang membawanya ikut dalam rombongan penduduk Yatsrib untuk bertemu dengan nabi yang dijanjikan di dalam Taurat tersebut. Pertemuan dengan Muhammad Saw di Mekkah telah menuntaskan jawaban Abdullah Ibn Ruwahah r.a. selama ini. Kebenaran tentang Tuhan Pencipta segala sesuatu telah dia temukan di dalam Islam. Islam telah mengarahkan akal manusia untuk memikirkan alam semesta dan manusia untuk mencari bukti akan keberadaan Dzat Yang Maha Kuasa. Islam datang untuk membantah keyakinan orang-orang Quraisy yang dogmatis.

Seandainya di langit dan di bumi terdapat beberapa tuhan selain Allah, niscaya keduanya akan rusak.” Begitulah bunyi firman Allah di dalam Surah al-Anbiya ayat 22 yang menegaskan bahwa Tuhan satu-satunya hanyalah Allah. Dia Ahad dan tak berbilang. Akhirnya akal Abdullah Ibn Ruwahah r.a. terpuaskan, ia menemukan kebenaran tunggal di dalam Islam. Andaikan ia hanya sekedar memenuhi tuntutan naluri beragama saja tanpa melalui proses berfikir, tentulah ia sudah berkubang dengan kemusyrikan orang-orang Quraisy. Andaikan pula ia tak menimbang-nimbang dengan akalnya mana agama yang benar dan mana yang salah, tentu kita tak mendapatkan nama Abdullah Ibn Ruwahah r.a. dalam sejarah perang kaum Muslim dengan tentara Romawi.

Inilah Abdullah Ibn Ruwahah r.a., yang beriman bukan dengan cara bertaqlid, tetapi beriman dengan cara yang haq dan rasional. Dan pada akhirnya kita mendapatkannya sebagai sahabat Nabi Saw yang memiliki energi iman yang dahsyat. Energi iman yang membuat tentara Romawi gentar di Mu’tah. Seratus ribu pasukan terbaik Romawi tidak berhasil menyulut ketakutan di hati Abdullah Ibn Ruwahah r.a. Satu persatu ia mendeportasi tentara Romawi ke alam baka hingga ia tersungkur di medan laga perang Mu’tah sebagai syahid, menyusul Ja’far dan Zaid yang telah wafat lebih dulu.[]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.