Header Ads

Ekspansi Khilafah Ke Bizantium

Oleh : Hafidz Abdurrahman

Pembebasan wilayah Wara' an-Nahr telah mengangkat nama Qutaibah bin Muslim. Pembebasan wilayah anak benua India telah mengangkat nama Muhammad bin al-Qasim. Selain kedua nama besar ini, ada panglima lain yang jasanya tidak kecil kepada Islam dan kaum Muslim, yaitu Maslamah bin 'Abdul Malik. Dialah panglima yang dikirim untuk menaklukkan imperium Romawi.

Khilafah Umayyah saat itu, yang memang sejak awal pendiriannya bercita-cita ingin membebaskan Konstantino­pel, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Nabi SAW melalui haditsnya, seperti yang dituturkan oleh Imam Ahmad, "Sungguh, Konstantinopel akan ditaklukkan. Sesungguhnya pemimpin terbaik adalah pemimpin yang berhasil membebaskannya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang berhasil membebaskannya." benar-benar serius ingin mewu­judkan bisyarah tersebut. Di tangan Khalifah al-Walid bin 'Abdul Malik, Khilafah Umayyah pun terus-menerus melakukan tekanan politik dan militer terhadap Bizantium.

Khilafah Umayyah ketika itu telah berhasil mengem­bangkan skuadron laut yang tangguh, sehingga dua kesatuan, yaitu Angkatan Darat dan Angkatan Laut, kala itu berhasil diselaraskan. Pada saat yang sama, imperium Romawi tengah mengalami instabilitas di dalam negeri. Kekuatan militernya juga jauh merosot. Dalam kondisi seperti itu, Khilafah Umayyah melancarkan serangkaian aksi militer, dan berhasil menaklukkan sejumlah benteng penting seperti Thiwanah, Hartsumah, Hirakliah serta lima benteng yang berbatasan dengan wilayah Syam, seperti 'Amuriah, Durilium, Sabsathiah, Tharsus dan Barjamah.

Aksi militer khilafah yang massif tersebut telah mengusik imperium Romawi. Bizantium pun berusaha untuk menghentikannya. Mereka memperkuat front Asia Kecil, membangun kota-kotanya dan menempatkan orang-orang Armenia untuk mengisi kota-kota tersebut, khususnya, perbatasan Anatolia. Terlebih, setelah pasukan Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair sebelumnya telah berhasil membebaskan Spanyol hingga sebagian wilayah Prancis. Maka, ketakutan terhadap meluasnya pengaruh Khilafah Islam saat itu jelas sangat beralasan.

Pada saat yang sama, Khilafah Islam saat itu, di bawah kepemimpinan al-Walid bin Abdul Malik, telah menerapkan kebijakan yang brilian terhadap penduduk Spanyol. Secara umum, pembebasan tersebut telah mengubah kehidupan penduduk setempat. Tanah-tanah yang semua dikuasai oleh raja-raja dikembalikan kepada pemiliknya. Harta dan hak milik mereka yang telah dirampas pun dikembalikan. Mereka pun diperlakukan oleh kaum Muslim dengan baik, sehingga para petani bisa leluasa kembali bertani, dan bisa membayar khoraj kepada khilafah. Mereka pun berbondong-bondong masuk Islam.

Orang non-Muslim, baik Yahudi maupun Nasrani, mendapatkan kesempatan berdagang. Harta, jiwa dan anak­-anak mereka pun mendapatkan jaminan keamanan dari negara. Mereka pun bebas memiliki harta benda. Bahkan, banyak di antara mereka yang menguasai sains, sastra, kedokteran dan filsafat. Mereka pun hidup berdampingan dengan kaum Muslim dengan aman dan damai berabad-­abad lamanya. Seperti yang ditulis Max I Dimont, The Land of Three Religions and One Bedroom (Tanah Tiga Agama, Satu Tempat Tidur). Itulah Spanyol.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.