Header Ads

Indonesia Tiada Tanding Tanpa Bandig

Bangkitnya dan kekuatan suatu Negara terletak pada ideologi yang diembannya dan pesan umum yang ia emban dan sebarkan kepada dunia Negara manapun dan dimanapun keberadaannya tidak terlepas dari Negara Indonesia sendiri  sebab ideology akan menuntun kebijakan Negara  yang sudah barang tentu pasti akan menghasilkan perbedaan dalam melaksanakan aktivitas militer, politik dan ekonomi dari adanya pengembanan ideologi yang benarlah akan menghasilkan kekuatan militer yang tangguh dan disegani dunia, kekuatan ekonomi yang meyilaukan dunia dan kekuatan politik yang menjadi poros dunia.

Menjadi negara yang kuat, mandiri,  maju dan terdepan adalah cita-cita dari setaip negara yang ada dibumi ini dan penduduk yang ada didalamnya. Adakah  Indonesia akan menyandang gelar ini untuk memimpin dunia yang pasti akan lebih baik. Dengan berbagai fakta yang sangat menyakitkan didalamnya, dengan berbagai kelumpuhan yang dimiliki tubuhnya, dan kesehatan yang semakin berkurang sebuah pertanyaan besar untuk Indonesia.  Menjadi Negara yang kuat, mandiri, maju dan terdepan tak lepas dari peran kemerdekaan suatu Negara, suatu bukti nyata bahwa Saat ini tak ada lagi Belanda atau Jepang yang menjadi penguasa dan pemerintahnya. Namun, Sudahkah rakyat dan bangsa ini benar-benar merdeka dalam pengertian yang sesungguhnya?

Ternyata sangat jauh dari fakta dilapangan  bahwa Indonesia belum merdeka dari keterjajahan pemikiran, politik, ekonomi, hukum, budaya, dll. Indonesia belum merdeka dari kemiskinan, kebodohan, kerusakan moral dan keterbelakangan. Singkatnya, Indonesia yang dihuni 237 juta jiwa lebih ini (yang mayoritas Muslim; 87%) masih dalam keadaan terjajah! hingga membuat rakyat lebih tersisiksa dan melarat.

Indonesia dalam cengkaram ideologi kapitalis dan sekuler menumbuhkan berbagai penyakit dalam tubuhnya sehingga selalu berada dalam keterpurukan dan tidak bangkit dari segi apapun. Jadi tidaklah layak rakyat Indonesia menyebutkan hari  kebangkitan nasional dengan kondisi Indonesia yang lumpuh. Lumpuh akan kesejahteraan rakyat, lumpuh akan kualitas pendidikan, lumpuh akan kulaitas kesehatan, lumpuh akan ekonomi, militer dan politik. Indonesia sebuah Negara yang terletak sangat strategis di garis khatulistiwa  memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah, sumber daya manusia yang banyak yang tidak dimiliki oleh Negara lain. Sangat besar peluang untuk Indonesia bisa  bangkit, mandiri, maju dan terdepan memimpin dunia tinggal bagaimana Indonesia mengambil peluang emas ini hanya dengan mengganti  ideologi  yang selama ini diemban  yang terbukti tidak menjadikan Indonesia lebih baik, jangankan berjalan ditempat untuk bangkit saja tidak bisa…

Bangkit dalam keterpurukan 

Terpuruknya pendidikan 

Pendidikan merupakan perkara penting dalam membangun sebuah negeri. Rusaknya pendidikan hanya akan melahirkan generasi yang rusak pula. Pendidikan adalah tanggung jawab Negara untuk menjamin keberlansungan dan pemerataanya bagi rakyatnya sebab  Negeri yang bangkit berawal dari bangkitnya pendidikan yang akan  melahirkan  penerus-penerus bangsa yang bangkit pula. Namun sayangnya terjadi penyerangan oleh virus  sekulerisme pendidikan dalam tubuh Indosesia yang sedang sakit ini. Desentralisasi pendidikan yang berlaku di Indonesia  akibat semakin besarnya otonomi daerah semakin menunjukkan kemiripan sistem pendidikan di negeri ini dengan sistem pendidikan di Amerika. Demikian salah satu yang terungkap dalam Seminar Peduli Pendidikan di kampus Universitas Pendidikan Indonesia, Rabu (27/02) lalu. sebagaimana terungkap dalam pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.” Sepintas, tujuan pendidikan nasional di atas memang tidak nampak sekuler, namun perlu difahami bahwa sekularisme bukanlah pandangan hidup yang sama sekali tidak mengakui adanya Tuhan. Melainkan, meyakini adanya Tuhan sebatas sebagai pencipta saja, dan peranan-Nya dalam pengaturan kehidupan manusia tidak boleh dominan. Sehingga manusia sendirilah yang dianggap lebih berhak untuk mendominasi berbagai pengaturan kehidupannya sekaligus memarjinalkan peranan Tuhan. Dalam UU Sisdiknas juga  tidak disebutkan bahwa yang menjadi landasan pembentukan kecakapan hidup dan karakter peserta didik adalah nilai-nilai dari aqidah islam, melainkan justru nilai-nilai dari demokrasi.

Terpuruknya kesehatan

Kesehatan juga merupakan aspek yang sangat berkontribusi besar untuk bangkitnya Indonesia dari keterpurukan,mahalanya biaya kesehata, minimnya persedain pelayanan keshatan, banyaknya yang menderita HIV dan AIDS,  dan lain sbagainya membuat Indonesia semakin lumpuh dan tak berdaya dalam menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya.  Dari jutaan rakayt Indonesia, sekitar 95,1 juta orang saja yang tercakup dalamberbagai skema jaminan kesehatan. Itu artinya 140 juta lebih rakyat Indonesia semakin miskin ketika menderita sakit, ucap sekretaris komite aksi jaminan sosial, said Iqbal. Menurut dia semenjak SBY terpilih menjadi presiden Indonesia periode 2009-2014, SBY tidak menjalankan tiga program utama yang salah satunya adalah program peningkatan kesejahteraan rakyat. Padahal program tersebut memiliki salah satu poin utama yakni jaminan kesehatan masyarakat. Fakta lainnya terkait rendahnya jaminan kesehatan rakyat yakni, sebanyak 13 juta rakyat Indonesia menderita gizi buruk yang menyebabkan angka kematian ibu Indonesia menempati posisi tertinggi di Asia Tenggara. Selain itu, dari 31 juta buruh formal hanya 9 juta buruh yang telah buruh yang telah diikuti dalam program jamsostek. Betapa banyak rakyat miskin yang mati tanpa terlebih dahulu mendapatkan pelayanan kesehatan negara.

Terpuruknya ekonomi

Kemiskinan telah menyebabkan 1 miliar penduduk kelaparan sepanjang 2010. Tingkat kelaparan di 25 negara kini sudah pada level menakutkan, Saat ini, Indonesia juga termasuk dalam salah satu Negara yang menjalin hubungan dengan Amerika melalui Program MCA. Melihat kondisi krisis pangan di negeri ini, sepertinya nasibnya tidak akan jauh berbeda dengan Burkina Faso.

Kekurangan pangan yang terjadi saat ini bukan disebabkan oleh kekurangan bahan pangan, melainkan karena distribusi yang rusak. Rusaknya distribusi inilah yang menjadi faktor utama penyebab terjadinya berbagai krisis pangan yang melanda dunia saat ini. Krisis pangan yang terjadi semakin diperparah oleh para spekulan yang selama ini bermain di pasar uang, valas dan modal ternyata berspekulasi juga di pasar komoditi melalui bursa berjangka komoditas. Dampaknya terlihat dengan terus meningkatnya harga-harga komoditi pokok. Padahal produksi dunia terus meningkat tajam yang seharusnya dapat menurunkan harga komoditi tersebut. jumlah penduduk Indonesia 2010 adalah 237.556.363 jiwa. Yang masuk kategori miskin lebih dari 100 juta penduduk dengan ukuran pendapatan 2 dolar AS/hari. Badan Pusat Statistik (BPS) mengaku tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2009, mencapai 8,96 juta orang atau 7,87 persen dari total angkatan kerja sebanyak 113,83 juta orang. Jumlah itu tentu belum termasuk pengangguran ‘tertutup’ ataupun yang setengah menganggur. Dengan kenaikan tarif dasar listrik baru-baru ini, angka pengangguran diduga akan bertambah 1 juta orang karena akan banyak industri yang melakukan PHK. Di Ibukota Jakarta saja, lebih dari 73 ribu sarjana saat ini menjadi pengangguran. pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,1 -6,4%; nilai tukar rupiah Rp 9.100-9.400 perdolar AS; inflasi 4,9-5,3%; dll (berdasarkan data BKF/Badan Kebijakan Fiskal).

Namun, yang tak bisa diingkari adalah potret kemiskinan rakyat dan keterjajahan mereka di negeri sendiri. Rakyat dihadapkan pada kenaikan harga yang makin tidak terkendali, baik bahan pokok (sembako), pupuk pertanian, biaya pendidikan dan kesehatan yang tinggi, dll. Kebijakan Pemerintah untuk menaikkan TDL baru-baru ini jelas makin mendongkrok kenaikan harga kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya. Namun, yang tak bisa diingkari adalah potret kemiskinan rakyat dan keterjajahan mereka di negeri sendiri. Rakyat dihadapkan pada kenaikan harga yang makin tidak terkendali, baik bahan pokok (sembako), pupuk pertanian, biaya pendidikan dan kesehatan yang tinggi, dll. Kebijakan Pemerintah untuk menaikkan TDL baru-baru ini jelas makin mendongkrok kenaikan harga kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya. Inikah Indonesia yang bangkit? Berada dalam segala kelemahan, terbelenggu dengan keterpurukan.Dalam upaya merekonstruksi kebangkitan suatu masyarakat, negara, bahkan peradaban umat manusia, keberadaan mabda (ideologi) merupakan salah satu aspek penting yang menentukan kebangkitan dan pembentukan peradaban tersebut.

Terpuruknya  peradilan (hukum)

Indonesia sudah lama dicengkeram mafia peradilan. Mafia ini tak seperti mafia bandit bersenjata ala Mafia di Italia, atau Yakuza di Jepang, namun merupakan suatu jaringan pihak-pihak tertentu --baik dari dalam maupun dari luar lembaga penegak hukum-- yang berkonspirasi dan merekayasa jalannya proses peradilan baik di lembaga kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan demi memperoleh imbalan materi secara ilegal. Mafia peradilan yang selama ini dianggap sebagai dugaan belaka, memperoleh konfirmasi dan buktinya ketika Anggodo Widjojo mengaku telah menggelontorkan uang Rp 6 miliar ke berbagai pihak terutama pimpinan KPK. Hingga tak heran bila  “Andai ku gayus tambunan yang bias  pergi bali, hukum bisa  dibeli” menjadi  kata yang keluar dari mulut para rakyat yang geram dengan hokum yang berlaku di Indonesia. Lalu sebuah pertanyaan besar Adanya mafia peradilan ini menunjukkan kerusakan sistem atau kerusakan aparatur pelaksana sistem? Dua-duanya rusak semua. Sistemnya rusak, begitu juga pelaksananya.

Seperti tadi sudah saya katakan, Sistem yang rusak itu bisa dilihat dari lemahnya pengawasan, ringannya sanksi bagi pelanggar, dan panjangnya birokrasi peradilan. Faktor-faktor ini bersifat sistemik. Sementara rendahnya kualitas SDM dan rendahnya integritas pimpinan adalah faktor-faktor yang terkait dengan individu aparatur pelaksana sistem. Jadi peradilan saat ini sistemnya bobrok, di tangan manusia yang tidak amanah dan tidak becus. Sempurna sudah kehancuran negeri ini. Dalam negara versi penjajah, yaitu negara demokrasi, agama dipisahkan dari negara. Seperti halnya Indonesia  Maka dari itu, agama hanya berperan sebagai keyakinan pribadi, tak menjadi pengatur kehidupan publik dalam berbagai bidang kehidupan. Maka tambah parahlah sakit yang sudah kronis pada tubuh Indonesia ini.

Indonesia strong  

Namun semua ini bukan berarti tidak bisa dirubah Indonesia akan bangkit walau dalam keterpurukan hanya satu solusi dengan mengganti idiologi adri sistem demikrasi kapitalis liberalis menjadi idiologi islam yang mampu mewujudkan Indonesia menjadi negara global utama yang bangkit secara utuh dan hakiki dengan penerapan syariat dan khilafah Islamiyah. Dengan kekuatan ekonomi yang dahsyat, dengan sumber daya alam Indonesia seperti migas, emas, perak, mineral, batu bara bahkan uranium yang banyak dimiliki menjadi modal yang menakjubkan di massa depan dengan modal ini Indonesia bisa mandiri tanpa bergantung pada negara lain, dengan kekutan militer yang tinggi dan amat besar yang merupakan gabungan militer aktif berkekutan 5.59 juta personil kekuatan yang jauh lebih tinggi daripada kekuatan global Amerika. Pendidikan yang gemilang sehingga mampu manjadi poros arus pendidikan dunia. Pendidikan Islam merupakan upaya sadar, terstruktur, terprogram, dan sistematis yang bertujuan untuk membentuk manusia yang berkarakter (khas) Islami. Antara lain:

Pertama, berkepribadian Islam (shaksiyah islamiyah). Ini sebetulnya merupakan konsekuensi keimanan seorang Muslim. Intinya, seorang Muslim harus memiliki dua aspek yang fundamental, yaitu pola pikir (’aqliyyah) dan pola jiwa (nafsiyyah) yang berpijak pada akidah Islam.

Kedua, menguasai perangkat ilmu dan pengetahuan (tsaqâfah) Islam. Islam telah mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu

Ketiga, menguasai ilmu kehidupan (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni/IPTEKS). Menguasai IPTEKS diperlukan agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan baik.

Keempat, memiliki keterampilan yang memadai. Penguasaan ilmu-ilmu teknik dan praktis serta latihan-latihan keterampilan dan keahlian merupakan salah satu tujuan pendidikan Islam, yang harus dimiliki umat Islam dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah SWT.

Sebuah kenyataan bahwa berbagai jurnal akademik, hasil penelitian, pernyataan politik, garis kebijakan pemerintah barat, opini public global, laporan tentang think tank, maupun laporan intelejen selama 10 tahun terakhir ini telah berulang-kali menyimpulkan bahwa tengah menjadi poros perubahan  yang berjalan perlahan, dangat mendasar, dan dengan daya jangkau yang luas. Perubahan yang dimaksud disin  tidak lain adalah kebangkitan  pemikiran dan politik di dunia yakni dunia isla. Alec Rasi Zade (2003). M.R. Woodward  (2004), Thomas R. Mc Cabe (2007), J.O’Loughlin (2009), Mustapa Ayin , Cynar  Ozen (2010), Richael Rinaldo ( 2010) dan Sanjida O’ Connel (2010). Dalam pemikiran mereka menyimpulkan bahwa kebangkitan islam dan khilafah merupakan sebuah keniscayaan. Indonesia yang penduduknya mayoitas umat islam sangat berpeluang bsdar dalam mewujudkan kebangkitan seperti gambaran diatas yang tidak hanya bangkit tapi menjadi Negara yang  mandiri, maju dan terdepa di dunia. Hanya dengan mengganti idiologi kapitalis sekuler menjadi Idiologi Islam.

Wallahu 'alam bishawab

Oleh: Qatrun Nada & Rindy

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.