Header Ads

Siswa Yahudi "Emoh" Kumpul Sekelas dengan Anak Arab

Sekolah Weizmann di Jaffa, Tel Aviv, adalah satu-satunya sekolah di Israel yang memiliki siswa campuran Arab-Yahudi dan berlatar belakang sosial ekonomi di bawah rata-rata.

Satu-satunya sekolah dasar negeri (SDN) di Israel dengan siswa Arab dan Yahudi ini terancam tutup. Pasalnya, orang tua siswa Yahudi di sekolah tersebut mengancam akan memindahkan anak-anak mereka ke sekolah lain, kecuali pemerintah kota memastikan adanya pemisahan antara siswa Arab dan Yahudi.

Walaupun bahasa pengantar sekolah menggunakan bahasa Ibrani, sebagian besar muridnya justru anak-anak Arab. Para orang tua Yahudi menuntut pihak sekolah membuka kelas baru untuk para siswa dari daerah lain agar jumlah murid Yahudi sebanding dengan yang Arab.

Para orang tua Arab dan guru malah mendukung permintaan ini, namun pemerintah kota menolak. "Penetapan kuota bagi siswa Yahudi dan Arab merupakan diskriminasi agama," kata pejabat pemerintah Tel Aviv, sebagaimana dilansir Haaretz, Jumat (1/7).

Sekitar tiga tahun yang lalu, sekolah itu sempat akan ditutup karena kurangnya jumlah siswa Yahudi. Untuk melindungi sekolah dari ancaman penutupan, Daniel Center untuk Yudaisme Progresif (DCPJ)—pengelola sekolah—mulai melakukan reformasi. Saat ini, ada dua program studi paralel di sekolah tersebut. Satunya sekolah reguler, di mana siswanya terdaftar di Pemerintah Kota Tel Aviv dan lainnya dioperasikan oleh Daniel Center.

Daniel Center mengoperasikan dua kelas TK (Taman Kanak-Kanak) dan satunya untuk kelas satu SD, di mana sekitar dua pertiga siswanya adalah anak-anak Yahudi dan sepertiganya Arab. Namun di kelas-kelas reguler, sekitar 85 persen siswanya adalah Arab dan hanya 15 persen Yahudi.

Para orang tua Yahudi mengklaim permintaan mereka untuk meningkatkan jumlah siswa Yahudi bukan rasisme, melainkan karena keinginan untuk mempertahankan eksistensi mereka di sekolah dan mencegah penutupan.

Merav Klein-Asyer, salah seorang wali murid Yahudi, mengatakan Pemerintah Kota dan Departemen Pendidikan seharusnya menemukan solusi untuk menjaga eksistensi sekolah. "Sekolah macam ini jarang ada. Saya mengharapkan pihak berwenang untuk berinvestasi dan melestarikannya," kata Merav.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.