Header Ads

Krisis Utang Ancam Sektor Perbankan, Ekonomi Eropa Diambang Kehancuran

Sesuatu yang mengerikan akan terjadi di Eropa. Kengerian yang disebabkan oleh goncangnya perekonomian. Kengerian itu sudah terlihat di sejumlah negara Uni Eropa. Yunani terancam gagal membayar utang-utangnya sementara para politisi di negeri itu bertengkar satu sama lain terkait persyaratan penggunaan dana cadangan untuk yang kedua kalinya. Di Italia, tekanan terhadap pemerintahan yang berkuasa karena biaya pinjaman yang makin meningkat. Nilai saham tersungkur. Zona Euro bersiap-siap untuk tenggelam ke dalam resesi. Resiko baru pun muncul: krisis utang bisa meluas menjadi krisis di sektor keuangan dalam hal ini sektor perbankan.

Para investor dan penentu kebijakan di Eropa kini sedang memusatkan perhatian pada kesehatan bank-bank di benua itu. Saham-saham bank sudah didongkrak sedemikan rupa seiring dengan munculnya kekhawatiran saham-saham bank terlalu lemah untuk menyelamatkan institusi bank bersangkutan akibat krisis utang yang melanda negara-negara Uni Eropa. Situasi ini diperburuk karena para politisi dan para manajer bank di seluruh Eropa tidak mengambil tindakan yang cukup, dan malah bersikeras bahwa tidak ada masalah dalam sektor perbankan. Jika mereka terus membantah dan berangan-angan bahwa situasinya baik-baik saja, Eropa kemungkinan bukan hanya menghadapi kesulitan untuk mengatasi krisis utang, tapi juga akan menghadapi krisis perbankan yang akan berdampak pada ketidakstabilan dan mahalnya biaya untuk mengatasi krisis itu.

Kekhawatiran akan nasib bank-bank di Eropa sebenarnya sudah mencuat beberapa waktu belakangan ini. Para ekonomi sudah mengingatkan bahwa akar dari krisis dari zona euro (mata uang bersama Uni Eropa) adalah tidak stabilnya sistem pendukung: bank-bank yang dari sisi permodalannya buruk menopang pemerintahan yang dari sisi finansialnya juga buruk, dan sebaliknya pemerintahan itu diharapkan membantu bank-bank yang sisi permodalannya buruk. Ketika krisis utang pemerintah meluas, misalnya seperti yang terjadi di Italia, kekhawatiran itu tinggal sedikit lagi menjadi kenyataan. Banyak orang berpengaruh mengatakan bahwa bank-bank di Eropa hanya tidak memiliki tingkat modal yang diperlukan untuk menahan pukulan akibat pertumbuhan ekonomi yang melambat dan meluasnya krisis utang. Melihat situasi sekarang, bank-bank itu kemungkinan akan berakhir dengan kerugian besar karena harus menanggung utang-utang negara. Baru-baru ini IMF menyatakan bahwa bank-bank Eropa bisa mengalami kerugian hingga lebih dari 400 miliar USD akibat krisis utang negara. Dan yang harus dilakukan adalah rekapitalisasi besar-besaran terhadap bank-bank Eropa.

Krisis perbankan di Eropa sudah mulai terlihat sekarang. Sejumlah bank, khususnya bank-bank di Prancis, mulai kesulitan untuk mendapatkan pembiayaan. Para pemberi pinjaman di seluruh dunia, tentu saja tidak mau ambil resiko lagi untuk memberikan pinjaman pada sektor perbankan di Eropa yang sudah dibebani dengan resiko kerugian karena melemahnya nilai surat-surat berharga milik pemerintahan zona euro. Problem finansial ini menyebabkan dua bank di Prancis diturunkan levelnya pada bulan ini.

Ada realita di Eropa bahwa sektor perbankan di Eropa sekarang memang sedang menghadapi bahaya. Pada pertengah September, lima bank sentral, termasuk Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Inggris bersama-sama menawarkan pinjaman dalam bentuk dollar pada bank-bank Eropa untuk menstabilkan situasi. Bank Sentral Eropa kemungkinan akan memperpanjang progam pinjamannya. Sementara itu, dua bank terbesar di Prancis; BNP Paribas dan Société Générale berencana menjual aset-asetnya untuk menjaga keseimbangan neraca keuangannya. Tapi, secara keseluruhan, responnya tidak cukup. Betul, telah ada upaya untuk membangun kepercayaan atas daya tahan bank-bank tersebut, tapi upaya itu dipandang tidak cukup untuk menilai kesehatan bank-bank di Eropa. Apalagi para penentu kebijakan dan kepala-kepala bank di Eropa bersikeras bahwa sektor perbankan tidak perlu rekapitalisasi.

Masyarakat yang memahami, hanya bisa berspekulasi mengapa para pemimpin Eropa tidak mau mengakui bahwa sektor perbankan mereka sedang menghadapi masalah. Ada kemungkinan pemerintah negara-negara Eropa tidak mau mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk memberikan uang jaminan pada bank-bank. Kemungkinan lainnya, para manajer korporasi bank tidak mau kehilangan para pemegang sahamnya.

Apapun alasanya, jika para pemimpin di Eropa gagal membenahi sektor perbankan, krisis utang bakal menjadi ancaman besar bagi perekonomian global. AS sudah mengalaminya, ketika para penentu kebijakan di negeri itu tidak bereaksi atas krisis serupa. Krisis utang di Eropa sekarang, ibarat bom waktu, yang setiap saat bisa meledak. (kw/time/eramuslim)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.