Header Ads

Anis Matta: Gaya Hidup Mewah Pilihan Pribadi, Tak Perlu Diintervensi

Berbeda dengan koleganya yang bersuara lantang seputar gaya hidup mewah politisi, Wakil Ketua DPR Anis Matta memilih fokus bekerja. Bagi Anis, gaya hidup mewah menjadi pilihan pribadi.

"Yang jelas, kita fokus pada kerja kita dulu sebagai pejabat publik ketimbang bicara gaya hidup orang per orang," kata Anis saat ditanya seputar pernyataan Ketua KPK Busyro Muqoddas yang menyentil pejabat negara dan anggota DPR yang hidup bermewah-mewah ini.



Hal ini disampaikan Anis di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (14/11/2011).

Menurut dia, gaya hidup orang per orang menjadi pilihan pribadi dan tidak perlu diintervensi oleh negara

Wajar tidak anggota DPR yang awalnya hidup sederhana kini menjadi mewah? "Bukan itu. Sekali lagi saya sampaikan, kita fokus sama kerjaan kita saja daripada mengurusi gaya hidup," elak Anis.

Politisi PKS ini menegaskan tema gaya hidup mewah pejabat negara maupun anggota DPR sebaiknya menjadi ranah moral yang merupakan ranah pribadi, dan bukan yang harus diintervensi negara.

Anis lagi-lagi hanya melempar senyuman saat ditanya jumlah mobil mewah yang dimilikinya. (detiknews)

Komentar:
Gaya hidup penguasa kaum Muslim saat ini yang menampilkan kemewahan, dari mulai gaji yang tinggi hingga mobil dinas yang mahal, tidak bisa dilepaskan dari cara pandang mereka terhadap jabatan. Bagi mereka, jabatan identik dengan prestise, martabat, kehormatan, bahkan ladang penghasilan yang subur. Wajar jika mereka berebut untuk mendapatkan jabatan/kekuasaan.

Sikap mereka ini berbeda dengan para khalifah (kepala negara Khilafah) dulu. Bagi para khalifah, jabatan adalah amanah. Khalifah Umar ra.biasa tidur nyenyak di atas hamparan pasir, dengan berbantalkan pelepah kurma di sebuah kebun kurma, tanpa seorang pun pengawal. Namun, di balik kebersahajaan itu, Khalifah Umar dan para khalifah kaum Muslim itu mempunyai prestasi yang luar biasa. Mereka berhasil memakmurkan rakyatnya sekaligus menjadikan Islam dan Khilafah Islam memimpin dunia selama berabad-abad dengan segala kemuliaan dan keagungannya. Bandingkanlah dengan para penguasa kaum Muslim saat ini, termasuk di negeri ini. Mereka hidup mewah, tetapi miskin prestasi, bahkan menjadi musibah bagi rakyatnya.

‘Ala kulli hal, umat belum terlambat untuk menyadari bahwa sistem sekular-kapitalis-liberal inilah yang menjadi penyebab hilangnya karakter para pemimpin yang sederhana dan zuhud, sekaligus yang menjadi penyebab suburnya para pemimpin yang tamak akan ‘sekerat tulang’ dunia.

Karena itu, umat belum terlambat untuk segera menerapkan sistem (syariah) Islam sebagai wujud ketakwaan mereka kepada Allah SWT. Hanya dengan ketakwaanlah Allah SWT menjamin keberkahan hidup bagi mereka, sebagaimana firman-Nya:

"Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi" (QS al-A’raf [7]: 96).

Sebaliknya, jika umat ini tetap berpaling dari peringatan Allah SWT, enggan menerapkan syariah-Nya secara total dalam seluruh aspek kehidupan dalam institusi Khilafah, maka kesempitan akan selalu menjadi ‘hiasan hidup’ mereka, sebagaimana firman-Nya:

"Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam Keadaan buta" (QS Thaha [20]: 124).


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.