Header Ads

Sesama Liberal Saling Kritik

Meski sama-sama mengusung tema liberalisme, tidak menjadi jaminan sesama aktivis liberal bebas mengkritik satu sama lain. Menanggapi, ketidak berhasilan gagasan Liberal berkembang di Indonesia, Dawam Rahardjo melontarkan pernyataan pedas kepada sesama rekannya.


“Disatu pihak gagasan pembaharuan (liberal,red) ini dihujat dimana-mana. Ide ini juga dihujat dimana dia aktif seperti kasus saya di Muhammadiyyah. Tapi kita juga harus lihat gejala ini dari diri kita. Kita ini banyak kajian, tapi miskin pemikiran,” ujar Dawam jujur di bedah buku 'Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia', Selasa (13/12) di Aula Student Centre UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam pandangan Dawam menguatnya gerakan-gerakan Islam di Indonesia adalah bukti kesuksesan dari meretasnya sebuah ide besar dalam konteks praksis.

“Sayyid Quthb, Taqiyuddin An Nabhani, dan Hasan Al Banna adalah orang yang memproduksi pemikiran yang luas, sistemik, dan komperhensif hingga golongan fundamentalis saat ini tinggal mengaplikasikannya saja,” beber Ketua ICMI Pusat periode 1995-2000 itu.

Hal ini berbanding terbalik dengan kelompok liberal. Kata Dawam golongan pembaharu telah gagal mengembangkan idenya karena hanya terjebak pada ritus mengkritik, tanpa membangun wacana secara konkret.

“Seperti Luthfie Asysaukani yang hanya menjadikan Islam sebagai objek kajian, tapi tidak mengembangkan pemikiran Islam,” tunjukknya kepada penggagas JIL itu.

Sebelumnya, Ioanes Rakhmat, juga berkata demikian. Kritikus Kristen ini melihat berkembangnya perda-perda Syariat adalah bukti metode pembaharuan Islam yang selama ini disuarakan aktivis Islam Liberal belum berjalan, “Karena yang ada baru metode penafsiran teks,” katanya seraya menyuarakan ide-ide sekularisasi. (Pz/eramuslim)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.