Header Ads

Rakyat Mesir Kecewa Vonis Mubarak dan Revolusi

Husni Mubarak, kedua putranya, serta sejumlah bekas bawahannya telah selesai diproses hukum oleh pengadilan Mesir, Sabtu kemarin. Namun, ternyata pengadilan yang bersejarah itu justru mengecewakan banyak rakyat Mesir yang berharap negerinya menjadi lebih baik setelah revolusi.


“Kapan kami akan menemukan keadilan di negeri ini? Kapan kami akan merasakan ini adalah negeri kami?” tanya Khalid Mursy, seorang sopir taksi, sebagaimana dikutip Egypt Independent (2/6/2012).

Mursy mengaku menangis sejak mendengar vonis yang dijatuhkan hakim atas Husni Mubarak, dua putranya, serta sejumlah mantan bawahannya.

Sebagaimana diketahui, untuk kasus pembunuhan ratusan demonstran, Husni Mubarak dan mantan menteri dalam negeri yang membawahi pasukan keamanan Mesir, Habib Al Adly, hanya dikenai hukuman penjara seumur hidup. Sementara 6 pejabat lain yang membantunya dibebaskan dari tuduhan. Sedangkan untuk kasus kejahatan finansial, hakim berpendapat kasus korupsi yang melibatkan keluarga Mubarak sudah kadaluarsa, terjadi lebih dari 10 tahun lalu, sehingga Mubarak dan kedua putranya Jamal dan Ala pantas untuk dibebaskan.


“Kami melihat ketidakadilan di mana-mana di sekeliling kami. Dan tidak ada yang peduli dengan kami. Apakah ketidakadilan benar-benar lebih kuat daripada kita?” keluh Mursy dengan nada tanya.


Mursy tidak mau lagi ikut berdemonstrasi di Lapangan Tahrir, setelah melihat bahwa aksi unjuk rasa sama sekali tidak membawa hasil dalam beberapa bulan terakhir ini.


Sementara Sherine Ibrahim, seorang wanita yang bekerja sebagai akuntan, justru semakin semangat untuk kembali turun ke Lapangan Tahrir sepulang dari kerja.
 

“Kita belum mewujudkan revolusi. Kita selama ini hidup dalam permainan, dan itu mengapa kita harus turun ke jalan lagi,” katanya.
 

“Itu adalah sampah,” kata Najdi Muhammad Al Dien, seorang warga Mesir, menanggapi keputusan pengadilan tersebut. “Dan itu membuat kita sadar. Revolusi Januari 2011? Kita harus melakukannya lagi, dan kita harus melakukannya sampai orang-orang yang bersama Mubarak lenyap,” imbuhnya, sebagaimana dilansir Aljazeera (2/6/2012).
 

Revolusi bikin susah
 

Berbeda dengan para demonstran yang merasa bahwa revolusi belum berhasil dan harus dilanjutkan agar Mesir menjadi lebih baik, seorang warga Kairo justru berpendapat bahwa revolusi justru membawa kesulitan bagi rakyat.
 

“Membawa kesulitan, kami tidak butuh revolusi,” tegas seorang wanita Mesir yang dimintai komentarnya oleh hidayatullah.com tentang dampak revolusi yang terjadi di Mesir sampai saat ini terutama dalam hal ekonomi.
 

“Membawa kesulitan, karena orang-orang tidak berubah. Kebanyakan dari mereka hanya mengikuti nafsu. Tidak ada yang mau mengaku bahwa dia bagian dari masalah. Dengan berubah Allah akan mengangkat situasi yang sulit,” katanya, seraya mengutip ayat al-Qur`an surat Ar Ra'd ayat 11 yang menyatakan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, jika kaum itu sendiri tidak mau mengubahnya.
 

Wanita yang meminta untuk tidak disebutkan namanya ini mengaku sengaja tidak ikut pemilihan umum, termasuk pemilihan presiden putaran pertama bulan lalu. Dan ia juga tidak akan ikut mencoblos pada putaran kedua bulan ini.
 

“Sebab tidak ada calon yang dengan jelas menyatakan bahwa ia akan berusaha menerapkan Islam dengan semestinya. Bahkan kandidat-kandidat yang berorientasi Islam mengatakan bahwa syura adalah demokrasi. Dan ada hal-hal lain yang membuat saya untuk tidak memilih,” kata wanita yang berprofesi sebagai penterjemah bahasa asing dan juru bahasa itu, menjawab pertanyaan hidayatullah.com lewat email (3/6/2012), di sela-sela tugasnya dalam suatu konferensi di Doha, Qatar.
 

“Saya berharap melihat Mesir bertindak sebagai negara Muslim yang sebenarnya, tanpa takut menunjukkannya atau malu-malu untuk mengatakannya kepada seluruh dunia. Maksud saya, tanpa ditutup-tutupi dengan pemanis,” tegas wanita Kairo yang selalu berhijab itu, tentang harapannya kepada presiden Mesir yang akan terpilih nanti.
 

Para politisi ikut turun ke Lapangan Tahrir Sabtu malam kemarin, menyusul vonis pengadilan atas Mubarak dan rekan-rekannya yang mengecewakan, termasuk kandidat presiden Hamdeen Shabahi –liberal pengikut faham Jamal Abdul Naser– dan Abdul Munim Abul Futuh –bekas petinggi Al Ikhwan.
 

Muhammad Mursy, kandidat presiden pemenang putaran pertama yang didukung Al Ikhwan Al Muslimun, juga turun ke Tahrir menemui rakyat yang berunjuk rasa.
 

“Tidak akan ada pemilihan umum yang adil, pengadilan yang adil, kecuali revolusi diteruskan,” kata Mursy.
 

Namun teriakan Mursy itu ditanggapi sinis oleh para demonstran yang melihat Al Ikhwan selama ini selalu menjaga jarak dengan para demonstran di Lapangan Tahrir.
 

“Al Ikhwan datang?” tanya seseorang sarkastis. “Kemana saja mereka selama ini?” imbuhnya, sebagaimana dikutip Aljazeera.
 

Mursy, dalam wawancaranya dengan Reuters beberapa hari lalu sebelum vonis pengadilan mengatakan, bahwa ia akan memenjarakan Husni Mubarak “selamanya.” [hidayatullah/al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.