Header Ads

Wajar Bila Muslim Ingin Wujudkan Negara Islam

Sangat wajar bahkan seharusnya bila setiap Muslim ingin mewujudkan masyarakat Islam dan negara Islam. Makanya, pernyataan Ketua Umum NU Said Aqil Siraj tidak ada lagi tempat bagi organisasi yang memperjuangkan negara Islam dinilai absurd (ngawur) oleh Muhammad Ismail Yusanto.

“Itu pernyataan yang absurd!” ujar Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia tersebut, Sabtu (2/6) di Bogor.


“Kalau boleh ada pakaian Islam, rumah tangga Islam, sekolah Islam, ekonomi Islam, mengapa tidak boleh ada negara Islam. Kalau sosialisme, komunisme, kapitalisme, demokrasi, punya negara, mengapa Islam tidak boleh punya negara?” kritiknya.

Menurutnya, kalau setiap Muslim itu ingin membentuk keluarga Islam, ingin mewujudkan ekonomi Islam, ingin menyekolahkan anaknya di sekolah Islam, maka wajar juga bahkan memang seharusnya setiap Muslim ingin mewujudkan masyarakat Islam dan negara Islam.

Makanya, Ismail pun merasa heran, mengapa Said Aqil malah mengkriminalisasi ormas Islam yang memperjuangkan tegaknya negara Islam.  “Apa masalahnya kok mengkiminalisasi negara Islam?” ujarnya.

Ismail menegaskan, harus dibedakan antara landasan negara Islam yang bermakna khilafah dengan kelompok NII.

“Bolehlah kalau kelompok NII itu dikatakan kriminal karena banyak fakta dan bukti di lapangan bahwa mereka memang melakukan tindak kriminal, seperti penggelapan dana dan sebagainya. Tetapi kalau negara Islam dalam arti khilafah Islam, kriminalnya di mana?” tanyanya.

Tuduhan kalangan Islamophobia yang menyebut HTI anti pancasila pun tidak berdasar. “Dari mana mereka bisa mengatakan begitu? Wong pancasila itu set of values,” ungkapnya.

Sila Ketuhanan Yang Mahaesa, misalnya, bagaimana mungkin Hizbut Tahrir itu anti Ketuhanan Yang Mahaesa?  Kemudian Kemanusiaan Adil dan Beradab. “Nah, hanya dengan syariah saja kemanusiaan yang adil dan beradab itu dapat diwujudkan!” ujarnya.

Begitu juga dengan sila Persatuan Indonesia. “Hizbut Tahrir itu dari awal menentang penjajahan karena penjajahan ini akan membuat Indonesia tercerai-berai bahkan sedari awal Hizbut Tahrir menentang referendum Timor Timur,” tegasnya.[] Joko Prasetyo [mediaumat/al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.