Header Ads

Inilah Sikap HTI Terkait Hasil Pilgub DKI

Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan tidak turut bersedih atas kekalahan salah satu pasangan calon gubernur maupun tidak ikut senang atas kemenangan pasangan cagub lainnya dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta.



Hal itu dinyatakan Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Heru Binawan saat memberikan sambutan dalam acara Silaturahim Akbar Keluarga Besar Hizbut Tahrir Indonesia bersama Ulama, Selasa (25/9) malam di Lapang Selatan Monumen Nasional (Monas), Jakarta.

Heru menyebutkan Jakarta baru saja mengadakan pemilihan gubernur dan setelah hasil pemilihan diketahui, sebagian merasa sedih karena kalah dan sebagian merasa senang karena menang. “Sikap Hizbut Tahrir dan para pendukungnya adalah tidak akan ikut bersedih dan tidak akan memberi selamat kepada pemenangnya,” tegas Heru dihadapan sekitar 7000 kyai, ustadz, habib, santri dan aktifis Islam dari Jabodetabek dan sekitarnya.

Karena, lanjutnya, jalan yang ditempuh Hizbut Tahrir adalah membina umat dengan Islam agar masyarakat mengenal dan rindu pada Islam serta mau turut memperjuangkan tegaknya syariah dan khilafah. Perjuangan menegakkan syariah dan khilafah adalah perjuangan yang mulia, pelakunya akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah SWT. “Oleh karena itu para ulama harus fokus dalam membina umat,” ajaknya.

Heru pun menjelaskan bahwa demokrasi lahir dari akidah yang bertentangan dengan akidah Islam. Akidah demokrasi adalah memisahkan agama dari kehidupan manusia, yang selanjutnya melahirkan pemisahan agama dari negara sehingga tidak akan pernah bertemu Islam dan demokrasi.


“Tidak akan pernah bertemu perjuangan ideologis menegakkan syariah Islam dalam bingkai khilafah yang bersifat internasional di seluruh negeri-negeri Islam dengan perjuangan demokrasi sekuler lokal,” ungkapnya.

Acara Liqa Syawwal (halal bi halal) tersebut dihadiri pula oleh KH Shoffar Mawardi (Pengasuh Ma’had Daarul Muwahhid Jakarta Barat), Habib Khalilullah bin Abu Bakar Al Habsyi (Pimpinan Majelis Taklim Imdadul Hadadi Jakarta Timur), KH Mansyur Muhyiddin (Pendiri Yayasan KH Wasyid 1888 Geger Cilegon, Banten), KH Asyari Jamal (Pimpinan Yayasan Al Ikhwan Jakarta Utara), KH Jauhari (Pimpinan Ponpes Subul El Salam Jayanti, Bogor) dan Abah Hideung (Pimpinan Ponpes An Nizhamiyah Sukabumi) dan ulama dari Jawa Timur KH Abdullah (Pimpinan Ponpes Nurul Ulum, Jember).


Dalam kesempatan itu pula, para ulama pun menuntut hukuman mati bagi penghina nabi dan menolak sertifikasi ulama. Meski tidak ada pengamanan yang berarti dari pihak kepolisian, acara berlangsung tertib dari pukul 20.30-00.00 WIB. [voa-islam/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.