Header Ads

Standar ganda penanganan terorisme dengan extra ordinary crime lainnya

Direktur CIIA (The Community of Ideological Islamic Analyst) ustadz Harits Abu Ulya menilai pemerintah menerapakan standar ganda dalam menangani pelaku tertuduh teroris dengan penanganan pemberantasan narkoba. Dalam menangani narkoba pemerintah tidak segan-segan memberikan pengampunan, berbeda dengan mereka yang tertuduh teroris.


"Gembong narkoba panen grasi tapi tidak seorang pun orang yang  tervonis "teroris" mendapatkan grasi. Padahal sama-sama kategori kejahatan extra ordinary crime," katanya kepada arrahmah.com, Jakarta, Rabu (17/10).

Begitupula, menurut Ustadz Harits, dalam kasus pembalakan liar yang merupakan extra ordinary crime dan transnasional pemerintah juga tidak menanganinya setegas persoalan terorisme.

"Pembalakan liar juga kejahatan luar biasa, tapi tidak ada tindakan ekstra luar biasa," ujarnya.

Bahkan, meski beberapa aparat TNI dan polisi jadi korban penembakan oleh OPM di tanah Papua, tapi tidak pernah kemudian mereka OPM disikapi seperti kepada kaum Muslimin.

"Tidak pernah mereka (OPM, red) dilabeli teroris dan bahkan kemudian dengan cepat dilakukan operasi gabungan untuk memberangus," jelas Ustadz Harits.

Padahal, sambungnya, kelompok yang terorganisir dengan visi politik yang jelas dan melakukan banyak teror atas masyarakat dengan berbagai modus seperti OPM.

"Kenapa penguasa dengan instrumen aparatnya tidak pernah mengeluarkan label politik mereka teroris? Bukankah mereka menyerukan etnonasionalism dan separatism? Bahkan hingga saat ini mereka terus bergerak, seperti beberapa pekan kemarin ada rencana melakukan pengeboman serentak di beberapa markas aparat keamanan," tegas Ustadz Harits.

Lanjutnya, umat Islam harus menyadari bahwa terorisme itu adalah istilah dan label produk kebijakan politik. Dan sudah menjadi istilah dan label yang ditujukan kepada kelompok-kelompok Islam dan upaya untuk mendiskreditkan Islam secara umum.

"Saya melihat ada sikap phobi Islam yang akut di antara para pemegang kekuasaan, dan sikap hipokritnya sering tampak dalam kasus terorisme," katanya. [arrahmah/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.