Header Ads

Masyarakat dan Wartawan Perlu Kritis dalam Pemberitaan Terorisme

Masyarakat dan wartawan perlu kritis dalam memberitakan masalah-masalah terorisme. Isu-isu terorisme yang terus berkembang hingga hari ini tak lepas rekayasa yang dibuat oleh operasi Intelijen. Menurut pengamat intelijen Mustofa Narawardhaya, gerakan-gerakan terorisme dengan isu-isu negara Islam saat ini justru banyak ditunggangi oleh “orang-orang buatan”.

“Ide mendirikan negara Islam itu baik, tapi mendirikan negara Islam dengan kekerasan, membunuh yang tidak bersalah, merampok, menipu ini jelas sesuatu yang dikendalikan intelijen untuk menjerumuskan umat Islam,” jelas Mustofa Narawardhaya kepada hidayatullah.com, Kamis, (01/10/2012).

Saat ini kelemahan masyarakat indonesia dan para wartawannya adalah mereka gampang percaya dengan pers rilis dari pihak aparat, khususnya dari Densus 88, BNPT hingga kepolisian. Padahal seharusnya setiap informasi itu diinvestigasi dulu kebenaran dan fakta lapangannya.

Selain itu, Musthofa juga menjelaskan adanya perpecahan di tubuh Densus.

“Saya menganalisa saat ini diinternal Densus dan kepolisian terjadi konflik kepentingan antara aparat Muslim dan aparat non Muslim, banyak juga pihak kepolisian beragama Islam yang tahu sandiwara intelijen namun mereka justru dikebiri bahkan dijadikan korban,” jelas Narawardaya.

"Saya melihat polisi-polisi di Solo yang ini catatan recordnya mereka orang-orang yang sholat dan ibadahnya rajin, ini juga keganjilan yang harus diinvestigas,i” tambahnya.

Karena Itu Mustofa menilai, gerakan-gerakan yang ingin menegakkan negara Islam saat ini justru dikhawatirkan lebih banyak telah disusupi orang-orang buatan (baca:intelijen). Orang-orang buatan ini menggagas perlawanan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan memanfaatkan emosi umat atas kerinduan pada Syariat Islam.

Namun, ketika umat sudah bergerak dan terjebak pada cara kekerasan, orang-orang buatan ini justru menghilang dan selalu dalam kondisi aman tidak ditangkap. Padahal di lapangan mereka sangat frontal dan radikal dalam memprovokasi dengan isu-isu jihad dan anti NKRI.

Terlebih, doktrin-doktrin takfir (mengkafirkan sesama muslim) yang dikembangkan membuat umat Islam mudah terpecah belah. “Hati-hati kita umat Islam jangan mau dipecah belah oleh operasi intelijen ini” tambahnya lagi. [hidayatullah/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.