Header Ads

Bentrok Solo 3-4 Mei 2012 (Apa Yang Terjadi?)

Kronologi :

Bermula dari informasi dari mata-mata preman bahwa diduga Jumali sering ikut sweeping miras. Terjadi pada Sabtu tanggal 17 Maret 2012 sekitar jam 22 Kelompok Iwan (anak buahnya sekitar 6 orang) mendatangi rumah Jumali (Belakang Novotel, Solo) mengobrak abrik gerobak dan rumah Jumali.


18 maret, Kakak jumali mencari siapa yang merusak rumah tersebut. Akhirnya diketahui yang merusak adalah suruhan Iwan Walet (Desersi TNI). Karena Jumali adalah jama’ah dari masjid Muhajirin. Laskar dari Masjid Muhajirin mendatangi dan mencari preman tersebut di tempat gandekan tanggul atas (tempat tongkrongan preman), terjadilah saling melempar batu.

Akhir Maret, polisi mendamaikan kedua belah pihak dan mengganti kerusakan rumah dan gerobak Jumali.

Kamis 3 Mei 2012, 6 orang anggota laskar mengantar pemakaman jenazah tetangganya. Sampai perempatan atas tanggul Semanggi, ada gerombolan preman yang dikomando oleh Iwan Walet yang sering nongkrong di tanggul memancing pertengkaran dan mengejek ke 6 laskar tersebut. Namun karena masih mengantar jenazah, para anggota laskar tersebut tidak begitu menanggapinya. Namun, setelah dari pemakaman, 4 anggota laskar berhenti untuk menanggapinya tapi para preman gandekan (sekitar 30 orang) sudah siap menghadapi mereka. Terjadilah pertikaian fisik yang tidak seimbang. Keempat laskar yang luka-luka tersebut lari. Celakanya bersamaan itu pula ada seorang penjual onde-onde (Agus, sekitar 38 tahun) yang kebetulan berjenggot dan bercelana di atas lutut (mirip laskar, namun bukan laskar) yang kebetulan lewat malahan di bacok dan sepeda motornya dibakar oleh sekitar 8 preman yang dikomando oleh Iwan Walet.

Kamis 16.30 sekitar hampir 50 orang laskar muhajirin mendatangi TKP, terjadilah tawuran lempar batu. Pukul 16.30 – 17.30 diredakan oleh sekitar 2 SSK polisi.

Kamis malam jumat sampai Jumat pagi, ada undangan baik lewat surat dan sms untuk sholat jumat di masjid Muhajirin (Semanggi, dekat gandekan) dengan tujuan melawan para preman Gandekan. . Ada informasi bahwa Walikota Solo (Jokowi) sholat jumat di masjid Muhajirin, tapi dia tidak bisa meredakan. Sejak jumat pagi sudah ada himbauan dari polisi agar semua rumah, pasar dan toko sekitar gandekan ditutup. Setelah sholat jumat selesai, Sekitar limaratusan orang berkumpul di masjid Muhajirin , dan 300an orang berkumpul di tipes (sekitar 3 KM arah barat dari masjid Muhajirin Semanggi) terdiri dari berbagai elemen laskar seperti: Al-Islah, Tim Hisbah, Muhajirin, LUIS, MMI, JAT) berkumpul di masjid Muhajirin bergerak menuju Gandekan. Tujuannya untuk membalas kepada preman yang berwarga Gandekan terutama yang telah menganiaya dan membakar motor Agus. Karena para preman tidak ada yang berani keluar di jalan, akhirnya para laskar hanya menyusuri jalan, tidak sampai masuk gang karena sudah diblokir.

Jumat Malam Sabtu jam 21.00 Walikota (Jokowi) mengundang seluruh MUSPIKA dan MUSPIDA beserta jajarannya, laskar (FPIS, LUIS), MUI, MTA dan FKUB untuk pertemuan. Tapi kelompok muhajirin dan kelompok preman tidak ada yang hadir. Terjadilah sekitar 4 kesepakatan : Pertama, masukan untuk polisi. Kedua, pemkot agar membantu korban. Ketiga, Tersangka Iwan minta ditahan. Keempat, Jangan sampai terjadi SARA.

Sabtu Pagi, Jokowi menemui pengurus masjid Muhajirin (Semanggi) Supriyanto dan Agus agar meredam laskar dan mengkondisikan kota solo tetap aman, dilanjutkan menengok ke rumah sakit. Dia berjanji menanggung biaya rumah sakit, pemilik sepeda moto diberi santunan.

Nampaknya masalah ini akan selesai jika polisi menegakkan hukum secara tegas, artinya yang ditangkap tidak hanya Iwan saja, tapi juga 8 orang yang menganiaya dan membakar motornya Agus. Sampai tulisan ini dibuat, hanya 2 orang yang berhasil ditangkap, sedangkan 6 orang masih dalam pencarian polisi. Sedangkan Edi Lukito (Pimpinan Laskar LUIS) menyatakan bahwa solusinya sebenarnya sederhana, yaitu pertama, bubarkann kelompok Iwan Walet dkk. Kedua, terapkan hukuman setimpal terhadap Iwan cs, yaitu misalkan Iwan melukai kepala orang maka dia harus dibalas setimpal tanpa perlu di BAP (tanpa dipenjara, karena terbukti seringkali penjara tidak membuat jera). Ketiga, oknum pejabat yang membina Iwan cs harus bertanggung jawab. [Addin Al-Fatih, wawancara dengan nara sumber : Kurniawan & Edi Lukito]

Sumber : Ustadz Harits Abu Ulya
[al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.