Komentar Syaikh Taqiyuddin Bagi Orang Yang Selalu Sholat Subuh Kesiangan
Asy-Syaikh Taqiyuddin An Nabhani pernah ditanya mengenai orang yang selalu bangun kesiangan atau masih tidur pada saat sholat subuh kemudian mengerjakan pengganti sholat subuh itu di luar waktunya (matahari telah terbit). Beliau menjawab:
“Rasulullah ‘alaihis salam bersabda
“diangkat pena dari tiga (golongan), dari seorang yang tidur sampai ia
bangun, dari anak kecil sampai baligh dan dari orang gila sampai dia
sehat”. Dengan demikian, barang siapa dia tidur di waktu sholat maka dia
tidak berdosa selama dia belum sempat tersadar. Kemudian dia wajib
mengganti sholat itu pada waktu lain. Akan tetapi, memiliki kebiasaan
tidur pada waktu sholat subuh dan meninggalkan sholat itu secara terus
menerus merupakan suatu hal yang tidak layak bagi seorang muslim.
Meskipun -menurut keumuman dalil- syara’ tidak menjatuhkan dosa bagi
orang yang tidur, akan tetapi secara khusus Rasulullah ‘alaihis salam
benar-benar telah memberi dorongan kuat dalam mengerjakan sholat subuh
dan sholat ‘isya’. Dengan demikian, ia harus memaksakan dirinya agar
tidak tidur hingga melewatkan sholat, apalagi jika ia sudah sempat
tersadar dari tidur. Ini adalah kondisi asalnya.” (20 Shafar, 1390).
Komentar:
Jadi, kondisi asal seorang muslim adalah tidak tidur sampai melewatkan
waktu sholat, terutama sholat subuh, dengan demikian dia biasa
mengerjakan sholat itu tepat pada waktunya. Tertidur pulas sampai
menghabiskan waktu sholat hanyalah kondisi insidental yang terjadi
secara tidak sengaja. Itu perkara di luar adat kebiasaan seorang muslim
yang baik. Ini mungkin terjadi saat kondisi badan sangat lelah.
Bagi siapa saja di antara kita yang masih punya kebiasaan (habit)
tidur sepanjang waktu sholat subuh lalu mengerjakan qodho’ (pengganti)
pada saat matahari sudah terbit, maka bersegeralah untuk mengganti
kebiasaan itu dengan kebiasaan yang layak (standar) bagi seorang muslim.
Niatkanlah untuk menjadi muslim yang baik. Sebelum tidur, mari kita
bertekat untuk menjadi orang yang bangun sebelum waktu sholat tiba.
Tanamkan dalam diri kita kecintaan untuk berkumpul bersama
saudara-saudara yang lain di sekitar kita guna mengerjakan sholat secara
berjama’ah di masjid.
Saya berharap semoga kejengkelan Rasulullah saw ini bukan tertuju kepada kita. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya shalat yang paling berat
bagi orang-orang munafik adalah shalat isya’ dan shalat shubuh.
Sekiranya mereka tahu keutamaan yang ada dalam kedua shalat tersebut,
niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Sungguh,
aku bermaksud akan memerintahkan shalat agar dilaksanakan. Kemudian aku
menyuruh seseorang untuk mengimami shalat bersama manusia, Kemudian aku
pergi dengan beberapa orang membawa seikat kayu bakar kepada suatu kaum
yang tidak menghadiri shalat, lalu aku bakar rumah mereka dengan api.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Amirul Mukminin, Umar bin Al Khoththob –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan:
“Sesungguhnya di antara perkara terpenting bagi kalian adalah shalat. Barangsiapa menjaga shalat, berarti dia telah menjaga agamanya. Barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi. Tidak ada tempat dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.“
Yaa Tuhan kami, jadikanlah kami dan anak-anak kami sebagai orang-orang yang menegakkan sholat, Allaahumma aamiin. [titokpriastomo/www.al-khilafah.org]
Tidak ada komentar