Seorang anak meninggal tak lama setelah mendapat luka tembak, saat konfrontasi pembantaian oleh ektrimis Kristen di Republik Afrika Tengah, Jumat (24/1). Sedikitnya 50 Muslim telah terbunuh.
Dr Joseph Kalite, seorang mantan menteri kesehatan Afrika Tengah dibunuh pada Jum’at (24/1), kata El-Hadj Wananga Kabara, seorang petugas di Masjid Pusat di Bangui.
Saksi mata mengatakan Kalite meninggal akibat luka parang setelah sebelumnya mobil yang dia tumpangi diserang oleh para ektrimis Kristen.
Dia baru melangkah keluar dari mobil ketika dia diserang, seorang anggota keluarganya yang sekarang berusaha menyelamatkan diri di tempat yang tidak diketahui mengatakan kepada Reuters melalui telepon.
“Anti-balaka mulai menyerangnya dengan parang dan tongkat pemukul dan mereka membunuhnya,” kata anggota keluarganya yang meminta namanya dirahasiakan. Dia menambahkan bahwa seorang saudara ipar yang pergi bersama Kalite pada saat serangan itu terjadi telah berhasil menyelamatkan diri.
Jasad Muslim itu kemudian ditemukan dan dibawa ke Masjid Ali Babolo di mana wartawan Reuters melaporkan telah melihat jenazahnya dalam kondisi termutilasi.
Sementara itu, sedikitnya sembilan orang lainnya juga dilaporkan tewas ketika segerombolan ekstrimis, yang diketahui sebagai kelompok pertahanan Kristen, menyerang dan menjarah toko-toko Muslim di kawasan Miskine Bangui, kata saksi mata.
Kekerasan anti-Muslim dilaporkan meningkat sehari setelah Presiden interim Catherine Samba-Panza menjabat. Ratusan orang lebih juga telah dibunuh dalam beberapa pekan terakhir oleh kelompok ektrimis yang membawa parang dan senjata lainnya.
Wilayah bekas jajahan Perancis ini berada di tengah kekacauan sejak Maret lalu ketika koalisi Muslim Seleka dituduh melakukan pemberontakan yang memicu serangan oleh milisi Kristen yang dikenal sebagai “anti-balaka”.
Kekerasan itu telah menewaskan lebih dari 2.000 orang sejak Desember lalu, dan memaksa sekitar satu juta orang – hampir seperempat dari populasi – untuk menyelamatkan diri di tengah pengerahan sekitar 1.600 tentara Perancis dan 5.000 pasukan yang diklaim sebagai pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika.
Sementara itu, Amnesty International melaporkan bahwa lebih dari 50 Muslim telah terbunuh dalam dua serangan awal bulan ini di desa-desa barat laut Bangui.
Berita kematian Kalite semakin meneror komunitas Muslim Bangui. Sejumlah otoritas keagamaan pun mengecam pasukan perdamaian internasional yang tidak melindungi umat Islam.
“Dia bahkan tidak memegang jabatan apapun di Seleka, dia dikeluarkan oleh Seleka, tetapi karena dia adalah seorang pejabat Muslim, maka mereka dengan pengecut membunuhnya, hanya karena itu,” Mamoud Hissene, wakil presiden organisasi pemuda Muslim, mengatakan kepada TV Reuters.
“Para imam mengumumkan bahwa, mulai hari ini, mereka akan mengizinkan pengikut mereka memutuskan sendiri reaksi mana yang mereka anggap paling tepat untuk [menghadapi] provokasi baru ini,” kata Ahmadou Tidjani Moussa Naibi, imam di Masjid Pusat, seperti dilansir CBC pada Jum’at (24/1). (banan/arrahmah.com) [www.al-khilafah.org]
Tidak ada komentar