Header Ads

Financial Times: Al Saud Perangi Kelompok Islam Demi Pertahankan Kekuasaan, Namun Mereka Menuai Sesuatu Yang Lain

Surat kabar Inggris “Financial Times” mempublikasikan sebuah artikel analitis berjudul “Arab Saudi: Kerajaan Yang Siap Siaga”. Penulis artikel tersebut, Roula Khalaf mengatakan bahwa “Kebangkitan Islam politik di kawasan Timur Tengah telah mengkhawatirkan kelangsungan kekuasaan Al Saud. Sehingga hal ini telah mendorong mereka untuk mengambil pendekatan terhadap peningkatan oposisi di dalam negeri. Mereka juga menjadi lebih agresif dalam berhubungannya dengan dunia luar”.



Khalaf menambahkan bahwa segera “otoritas Saudi mengumumkan keputusan untuk melarang Ikhwanul Muslimin di negeri itu. Dan di hari yang sama simbol musim semi hilang dari akun Twitter di negeri ini, karena tidak ada seorang pun di kerajaan tersebut yang siap untuk mengambil risiko, dan menghadapi dakwaan berkaitan dengan dukungan terhadap partai Islam. Mereka juga melarang dari menempatkan tanda-tanda kuning sebagai bentuk solidaritas terhadap para korban dari kelompok Ikhwanul Muslimin yang meninggal di tangan tentara.”

Dengan larangan tersebut, maka Arab Saudi yakin bahwa setiap bentuk dukungan terhadap kelompok Ikhwanul Muslimin adalah kejahatan yang harus dihukum berdasarkan undang-undang

Khalaf melihat bahwa ketegangan meningkat dengan jelas karena ada beberapa keraguan yang menginspirasi para pejabat Saudi, bahwa Amerika Serikat berusaha untuk mengonsolidasikan hubungannya dengan Iran, yang oleh Arab Saudi dianggap sebagai saingan regionalnya. Ia menjelaskan bahwa Presiden AS Barack Obama akan berusaha untuk meyakinkan Arab Saudi tentang masalah ini selama kunjungannya ke Riyadh yang dijadwalkan pekan ini.

Menurut seorang analis Saudi yang menolak disebutkan namanya bahwa “Arab Saudi telah berubah sekarang, tidak lagi seperti sebelumnya yang lebih berhati-hati dan lebih diplomatik dalam memperlakukan kelompok Islam. Namun sekarang Arab Saudi telah menjadi lebih tegas dan lebih paranoid.”

Penulis menjelaskan bahwa dengan meningkatnya tekanan terhadap Ikhwanul Muslimin, maka hubungan Saudi dengan Qatar menjadi lebih kaku, karena Qatar dikenal dukungannya terhadap kelompok Islam, juga mendukung pemerintahan Presiden Mesir terisolasi Muhammad Mursi, serta menolak untuk bergabung dengan kampanye regional yang anti-Ikhwanul Muslimin.

Khalaf menunjukkan bahwa “kebijakan Arab Saudi mungkin lahir dari keinginan untuk menciptakan stabilitas. Hanya saja, yang mereka panen justru sesuatu yang lain, yang benar-benar bertentangan.” [islamion/htipress/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.