Header Ads

Refleksi 561 Tahun Penaklukan Konstantinopel Oleh Muhammad Al-Fatih II


 Suara desir ombak terdengar jelas ketika perahu-perahu kecil menyusuri laut tenang nan elok di selat Bosphorus. Cahaya matahari menerpa riak air yang segera memantulkan sinar surya bak permata berkilauan tak terhitung. Di sana, ratusan burung camar terbang rendah di atas garis horizon, berlomba satu dengan lainnya mengiringi kapal-kapal yang berlayar tenang, seolah menjadi pemandu jalan mereka, berteriak sesekali menjadikan simfoni alam yang indah. Dari jauh, sambil menikmati aroma khas laut, seseorang akan terpana melihat langit awal musim semi yang penuh dengan warna seolah seperti lukisan sang maestro. Di bawahnya, menara dan kubah seolah bersaing menopang langit. Suara azan merdu berkumandang diiringi oleh burung-burung yang berotasi anggun di menaranya dan berselancar dengan angin istanbul.


560 Tahun yang lalu pada Mei 1453, salah satu isyarat dari Rasulullah SAW tentang akhir zaman adalah penaklukkan Konstantinopel telah terwujud di tangan seorang pemuda bernama Sultan Mehmed II di saat usia 23 tahun. Rasulullah Saw bersabda, “Apakah kalian pernah mendengar suatu kota yang terletak sebagiannya di darat dan sebagiannya di laut? 

Mereka (para sahabat) menjawab: Pernah wahai Rasulullah. Beliau Saw bersabda: Tidak terjadi hari kiamat, sehingga ia diserang oleh 70.000 orang dari Bani Ishaq. Ketika mereka telah sampai di sana, maka mereka pun memasukinya. Mereka tidaklah berperang dengan senjata dan tidak melepaskan satu panah pun. Mereka hanya berkata Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, maka jatuhlah salah satu bagian dari kota itu. Berkata Tsaur (perawi hadits): Saya tidak tahu kecuali hal ini ; hanya dikatakan oleh pasukan yang berada di laut. Kemudian mereka berkata yang kedua kalinya Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, maka jatuh pula sebagian yang lain (darat). Kemudian mereka berkata lagi Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, maka terbukalah semua bagian kota itu. Lalu mereka pun memasukinya. Ketika mereka sedang membagi-bagikan harta rampasan perang, tiba-tiba datanglah seseorang (setan) seraya berteriak : Sesungguhnya dajjal telah keluar. Kemudian mereka meninggalkan segala sesuatu dan kembali.” (HR. Muslim, Kitabul Fitan wa Asyratus Sa’ah)

Konstantinopel merupakan kota terpenting di dunia, kota yang sekaligus benteng ini dibangun pada tahun 330 M. oleh Kaisar Byzantium yaitu Constantine I. Konstaninopel memiliki posisi yang sangat penting di mata dunia. Sejak didirikannya, pemerintahan Byzantium telah menjadikannya sebagai ibukota pemerintahan Byzantium. Konstantinopel merupakan salah satu kota terbesar dan benteng terkuat di dunia saat itu, dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu selat Bosphorus, Laut Marmarah dan Tanduk Emas yang dijaga dengan rantai yang sangat besar, hingga tidak memungkinkan untuk masuknya kapal musuh ke dalamnya. Di samping itu, dari daratan juga dijaga dengan pagar-pagar sangat kokoh yang terbentang dari laut Marmarah sampai Tanduk Emas. Memiliki satu menara dengan ketinggian 60 kaki, benteng setinggi 60 kaki sedangkan pagar bagian luarnya memiliki ketinggian 25 kaki, selain tower-tower pemantau yang terpencar dan dipenuhi tentara pengawas. Dari segi kekuatan militer, kota ini dianggap sebagai kota yang paling aman dan terlindungi, karena di dalamnya ada pagar-pagar pengaman, benteng-benteng yang kuat dan perlindungan secara alami. dengan demikian, maka sangat sulit untuk bisa diserang atau ditaklukkan. Kedudukan Konstantinopel yang strategis diillustrasikan oleh Napoleon Bonaparte; ".....kalaulah dunia ini sebuah negara, maka Konstantinopel inilah yang paling layak menjadi ibukota negaranya!".

Keseriusan para Sahabat, para Khalifah serta para Sulthan dalam menaklukkan Konstantinopel. Ketika para sahabat mendengar langsung dari bibir mulia Rasulullah Muhammad SAW pada saat perang Khandaq tentang akan ditaklukkannya Kota Konstantinopel seperti tertera pada nukilan hadits diatas, para Sahabat mafhum, merasa sangat bersemangat dan kemudian berlomba-lomba dengan diiringi gemuruh kerinduan yang ada pada dada-dada mereka bersegera merealisasikan janji Allah dan RasulNya untuk mengambil bagian dalam upayanya menaklukkan Konstantinopel. Sebagai salah satu bukti adalah Syahidnya salah seorang Sahabat Rasulullah SAW yang bernama Abu Ayyub Al Anshori (ridho Allah senantiasa menyertainya) dipinggir kota Konstantinopel pada masa pemerintahan Khalifah Muawwiyah bin Abi Sofyan dalam rangka menaklukkan benteng sekaligus kota terkuat, yang konon sangat sulit untuk ditaklukkan oleh negara manapun di dunia saat itu.

Adalah Sahabat mulia Abu Ayyub Al Anshori R.A."peletak batu pertama" pada proyek agung penaklukkan kota Konstantinopel yang dikomandoi Khalifah Muawwiyah bin Abi Sofyan pada tahun 44.H meski serangan pertama ini belum berhasil tapi karena kecerdasan dan kecerdikan wasiat terakhir Abu Ayyub Al Anshori yang terluka parah saat itu kepada panglima Yazid bin Muawwiyah agar jasadnya dibawa dengan kudanya sejauh jarak yang dapat ditempuh ke arah musuh dan dikebumikan dijantung kota Konstantinopel, menjadikan peristiwa ini menjadi salah satu inspirasi juga semangat yang membakar pasukan terbaik dengan di bawah kepemimpinan pemimpin terbaik Sulthan Muhammad Al - Fatih dalam penaklukan terakhir Konstantinopel.

Oleh sebab itulah kekuatan Islam melalui futuhat akan selalu merambah ke sana, Serangan paling besar dilakukan di masa Bani Umayyah, yaitu masa kekhilafahan Sulaiman bin Abdul Malik tahun 98 H sampai sampai besarnya jumlah pasukan Islam yang mengepung benteng Konstantinopel berlangsung berbulan bulan dan pasukan dalam kondisi kelaparan yang mengenaskan karena keinginan kuat sang khalifah dalam menaklukkan Konstantinopel. Usaha-usaha untuk menaklukkan Konstantinopel terus berlanjut, di masa khilafah Abbasiyah berlangsung Jihad yang demikian intensif untuk melawan pemerintahan Byzantium, namun demikian usaha ini belum sampai ke Konstantinopel walaupun serangan itu telah menimbulkan gejolak di dalam negeri Byzantium, khususnya serangan yang dilakukan oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid pada tahun 190 H. Setelah itu upaya penaklukan Konstantinopel dilanjutkan oleh Kesultanan Islam Saljuk di Asia Kecil; seperti Sulthan Alib Arsalan yang telah berhasil hanya dengan pasukan Islam sejumlah 15.000 mengalahkan tentara Romawi dengan Kaisar Rumanos dan pasukannya yang berjumlah kurang lebih 200.000 personil dalam Perang Manzikart pada tahun 464 H/1070 M. dengan peperangan dahsyat sepanjang sejarah. Kemenangan Spektakuler ini merupakan titik perubahan penting dalam sejarah Islam. Sebab peristiwa ini telah melemahkan pengaruh Romawi di Asia Kecil yang tak lain adalah wilayah-wilayah strategis kekaisaran Byzantium. 

Ketika kekhilafahan Abbasiyah yang beribukota di Baghdad dihancurkan oleh serbuan pasukan Mongolia dibawah pimpinan Hulaku Khan, lahirlah Utsman peletak dasar Khilafah Utsmaniyah. Dengan kekuasaan yang baru lahir dia telah menembus laut Marmarah, dengan bala tentaranya dia telah berhasil mengancam dua kota utama Byzantium kala itu yakni Azniq dan Burshah. Setelah wafatnya Utsman, anaknya yang bernama Orkhan segera memangku kekuasaan, Tahun 727 H/1327M Nicomedia sebuah kota yang berada di barat laut Asia kecil dekat kota Konstantinopel jatuh ditangannya. Sulthan Orkhan sangat peduli untuk merealisasikan apa yang pernah dikabarkan oleh Rasulullah SAW tentang akan dibukanya Konstantinopel. Dia telah melakukan langkah-langkah strategis untuk melakukan pengepungan terhadap ibukota Byzantium dari sebelah barat dan timur pada saat yang bersamaan, agar bisa merealisasikannya, dia mengirim anaknya yg bernama Sulaiman untuk melintasi selat Dardanil dan memerintahkannya agar menguasai beberapa wilayah di sebelah barat. Tahun 758 H Sulaiman berhasil menyeberangi selat Dardanil pada malam hari bersama empat puluh orang tentara penunggang kuda, tatkala sampai di tepi barat, mereka mengambil alih beberapa kapal milik tentara Romawi yang sedang berada ditempat itu,lalu mereka kembali membawa kapal–kapal ke tepi timur, mengingat tentara Utsmani belum memiliki armada laut sebab kekuasaan mereka baru saja berdiri. Di tepi timur inilah, Sulaiman memerintahkan pasukannya untuk menaiki kapal-kapal itu yang membawa mereka ke pantai Eropa sampai mereka mampu menaklukkan benteng Tarnab, Ghalmabuli yang di dalamnya ada benteng Jana dan Apsala serta Rodestu, semuanya berada di selat Dardanil yang berada diutara dan selatan. Dengan begitu Sulthan Orkhan telah melakukan sebuah langkah penting dan membuka jalan bagi pemimpin yang datang setelahnya untuk menaklukkan Konstantinopel. Di Eropa, tentara Utsmani melakukan futuhat di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Byzantium, Pada tahun 762 H./1360 M., Sulthan Murad I mengusai Adrianople(Edirne), sebuah kota yang sangat strategis di Balkan dan dianggap sebagai kota kedua setelah Konstantinopel oleh Byzantium. Dia menjadikan kota ini sebagai ibukota pemerintahannya sejak tahun 768H./1366M. Pada masa kepemimpinan Sulthan Bayazid I terjadi pengepungan Konstantinopel dgn pasukan yang dipimpinnya sendiri hingga membuat Konstantinopel hampir menemui keruntuhannya. Karena munculnya sebuah bahaya baru (Timur Lenk) yang mengancam pemerintahan Utsmani akhirnya Sulthan Bayazid menarik mundur pengepungan tersebut.

Penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al – Fatih Tatkala kekuasaan Utsmani kembali stabil, semangat Jihad kembali berkobar, pada masa pemerintahan Sulthan Murad II beberapakali usaha penaklukkan Kota Konstantinopel dilakukan. Bahkan di masanya pasukan Islam beberapakali mengepung kota ini.

Adalah Sulthan Muhammad Khan (Al-Fatih) putera Sulthan Murad II yang melanjutkan estafet penaklukkan Konstantinopel baik dari ayahnya maupun pendahulunya, Dia berusaha dengan berbagai cara dan strategi diantaranya, memperkuat kekuatan militer Utsmani dari segi kwantitas hingga mencapai 250.000 mujahid. Selain membekali pasukan dengan berbagai seni tempur dan ketangkasan menggunakan senjata, Dia juga menanamkan semangat Jihad, Sulthan juga mengingatkan mereka akan pujian Rasulullah pada pasukan yang mampu membuka Kota Konstantinopel. Dia selalu berharap, tentara yang dimaksud Rasulullah adalah tentaranya. Hal ini memberikan dorongan moral serta ruhiyyah yang sangat kuat dan tiada tara di seluruh benak pasukannya. Dia juga memperkuat infrastruktur angkatan perang yang mutakhir dan strategi canggih, dengan membangun benteng Romali Hisyar di wilayah selatan Eropa di selat Bosphorus pada sebuah titik yang paling strategis yang berhadapan dengan benteng yang pernah dibangun pendahulunya yaitu Sulthan Bayazid di daratan Asia. Meski sempat dihalangi oleh Kaisar Romawi dengan ganti uang yang akan dibayarkan pada sulthan, Sulthan tetap menolak dengan tegas. Hingga akhirnya selesailah satu benteng yang demikian tinggi dan sangat aman. Tingginya sekitar 82 meter. Sulthan juga membebaskan tawanan insinyur ahli pembuat meriam yang bernama Orban dari penjara Konstantinopel, jadilah Meriam yang sangat besar (meriam Sulthan Muahammad) memiliki bobot ratusan ton dan membutuhkan ratusan lembu untuk menariknya.

Selain itu, dalam mempersiapkan penaklukan kota Konstantinopel, sulthan memperkuat armada laut Utsmani mengingat Konstantinopel adalah sebuah kota laut, yang tidak mungkin bisa dikepung kecuali dengan menggunakan armada laut. Disebutkan bahwa kapal yang dipersiapkan berjumlah 400 kapal.Meriam meriam besar digerakkan dari Adrianople menuju Konstantinopel dalam jangka waktu dua bulan. Akhirnya pasukan yang dipimpin langsung Muhammad al-Fatih sampai didekat Konstantinople pada hari Kamis tanggal 26 Rabiul Awwal 857 H.(6 April 1453 M). Sulthan Muhammad berpidato di hadapan pasukan dengan berapi-api dan penuh semangat yang memicu pasukan untuk berjihad dan meminta kemenangan pada Allah SWT atau mati syahid. Dalam khutbahnya, Sulthan menjelaskan arti pengorbanan dan keikhlasan dalam berjihad tatkala berhadapan dengan musuh. Dia membacakan ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi seruan Jihad, sebagaimana ia juga menyebutkan hadits-hadits Rasulullah yang mengabarkan tentang penaklukkan Konstantinopel dan keutamaan prajurit yang membukanya serta keutamaan pimpinan pasukannya. Dia menyebutkan, bahwa dengan dibukanya Konstantinopel berarti akan memuliakan nama Islam dan kaum Muslim. Pasukan Islam saat itu melakukan gempuran dengan membaca Laa Ilaaha Illallah dan Allahu Akbar sebelumnya Muhammad Al-Fatih memimpin do’a dengan khusyu’ kepada Allah SWT untuk kemenangan dia dan pasukannya dalam menaklukkan Konstantinopel.

Saat armada laut Utsmani mengalami kekalahan, yang sebelumnya kaisar Byzantium hampir menyerah dengan negosiasi mengajukan tawaran-tawaran yang ditolak tegas oleh Sulthan, bertambah sulitlah pengepungan yang terjadi menjadi kendur sementara musuh menyusun kekuatan lagi dengan bantuan yang berdatangan dari negara negara eropa yang dikomando oleh paus yang katholik. 

Atas ide cemerlang dari sulthan Muhammad Al-Fatih, maka dalam satu malam 70 lebih kapal Utsmani dapat dilabuhkan ke Tanduk Emas melalui jalur darat dengan bebukitan yang tinggi dengan cara yang tidak lazim. Pekerjaan demikian tentu sebuah pekerjaan yang berat dan besar bahkan dianggap sebagai “mukjizat” yang tampak dari sebuah kecepatan berfikir dan kecepatan aksi yang menunjukkan kecerdasan Muhammad Al-Fatih dan ketaatan serta keinginan kuat pasukannya saat itu. Orang-orang Byzantiumpun kaget, tak seorangpun yang percaya atas apa yang telah terjadi. Namun realita yang ada di hadapan mereka membuat mereka shock dan harus mengakui strategi yang sangat jitu tadi. Pada subuh pagi tanggal 22 April, penduduk kota yang lelap itu terbangun dengan suara takbir tentara Islam Utsmani dan genderang serta nasyid-nasyid jihad yang menggema di Tanduk Emas. Salah seorang ahli sejarah tentang Byzantium menyatakan

“kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar sebelumnya, sesuatu yang sangat luar biasa seperti ini. Muhammad Al-Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan dan dia menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang lautan. Sungguh kehebatannya dia jauh melebihi apa yang dilakukan oleh Iskandar yang Agung,”

Sulthan Muhammad Al-Fatih mengejutkan musuhnya dari waktu ke waktu dengan seni serangan yang selalu berbeda dari segi perang dan pengepungan, seni perang yang dia lakukan merupakan inovasi baru yang belum pernah dikenal sebelumnya. Sedangkan para Ulama’ yang ikut berjihad memberi semangat pada para mujahidin “Tatkala Rasulullah hijrah ke Madinah, Rasul singgah di rumah Abu Ayyub Al-Anshari, sedangkan Abu Ayyub Al-Anshari sengaja mendatangi tanah ini dan dia singgah disini”. Ucapan ini membakar semangat pasukan Islam dan menimbulkan gelora jihad yang tinggi. Sampailah Muhammad Al-Fatih sebelum penyerangan umum memberikan pidato kepada pembesar pembesar tentara :

“Jika penaklukan kota Konstantinopel sukses, maka sabda Rasulullah SAW telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti, maka kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadits ini, yang berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah pada para pasukan satu persatu, bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini, akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan, menjadikan syariat selallu didepan matanya dan jangan sampai ada diantara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran”

Adanya seni strategi perang dan peristiwa-peristiwa yang menakjubkan pada pasukan Islam yang dipimpin langsung oleh Muhammd Al-Fatih akhirnya melemahkan semangat tempur pasukan Byzantium, yang mengakibatkan kekalahan dan takluknya Konstantinopel. Tepat pada hari Selasa tanggal 20 Jumadil Ula 857 H bertepatan tanggal 29 Mei 1453 M, Konstantinopel jatuh dan berhasil ditaklukkkan oleh Sulthan Muhammad Al-Fatih, kemudian dia turun dari kudanya sesudah memberi penghargaan degan ucapannya pada pasukan “MasyaAllah,” “kalian telah menjadi orang-orang yang mampu menaklukkan konstantinopel yang telah Rasulullah kabarkan” baru kemudian dia Sujud kepada Allah di atas tanah, sebagai ungkapan syukur dan pujian serta bentuk kerendahan diri dihadapan-Nya.

Khatimah
Namun sangat disayangkan, kebanyakan kaum ashabiyah fanatik memandang pengepungan dan pembebasan Konstantinopel pada 1453 sebagai permasalahan yang terjadi antara Turki yang diwakili oleh Khilafah Utsmaniyyah dan Kekaisaran Byzantium yang diwakili oleh Konstantinopel. Ini adalah reduksionisme salah kaprah. "Turki" sendiri adalah sebuah istilah yang baru dikenal setelah muncul republik Turki pasca runtuhnya Kekhilafahan Utsmaniyyah tahun 1924, sebelum itu kaum Turki tidak pernah menyebut diri mereka dengan nama "Turki". Mereka menyebut diri mereka hanya Muslim. Maka sesungguhnya Utsmani sendiri adalah perwakilan dari kaum Muslim dan Byzantium adalah perwakilan dari dunia non-Muslim.

Tahun 1453 tidak hanya momen yang merekam konflik antara Byzantium dan Utsmani, tetapi sesungguhnya adalah momen yang menjadi wadah pembuktian kaum Muslim akan agama yang benar dan pembuktian janji Allah dan Rasul-Nya. Tahun 1453 sesungguhnya adalah puncak benturan yang terjadi di antara Barat dan Timur, Kristen dan Islam yang telah mengakar semenjak masa Rasulullah SAW. Tahun 1453 adalah sebuah masa depan yang telah berlalu, sebuah kemenangan yang telah terjadi semasa Rasulullah SAW masih berada ditengah-tengah para sahabatnya. Tahun 1453 bukanlah kemenangan Turki sehingga bukan hanya Turki yang patut berbagga dengan pembebasan Konstantinopel. Tahun 1453 adalah sebuah momen yang harus menjadi inspirasi bagi setiap Muslim akan jati diri mereka. Sebuah janji Allah yang menjadi kenyataan. 

Maka, tidaklah patut jika kita saat ini menyerah untuk terus berdakwah, teruslah berjuang. Tak peduli bagaimanapun orang lain berkata "tidak bisa", "tidak mungkin", dsb. Tapi, ketika Rasulullah SAW telah bersabda, itu cukup. Pasti akan terjadi . . .

Saat ini, kita menanti saat-saat seperti itu akan terulang lagi. Kita menunggu (bahkan ingin menjadi) sosok seperti Muhammad Al-Fatih, kita merindukan sebuah hari dimana kita bisa merasakan kebahagiaaan, kendati sejenak sebelum meninggal dunia, dengan melihat tegaknya Islam di muka bumi dan melihat benderanya berkibar di timur dan barat; juga dengan memandang naungannya yang rimbun dan menyebarkan keadilan, kebenaran, sinar dan petunjuk ke dunia. Kita menunggu hari itu, yaitu saat Khalifah Kaum Muslim memandang awan lalu berkata kepadanya, "Wahai awan, pergilah kamu ke timur atau ke barat, niscaya pajaknya akan sampai juga ke tanganku."

Khalifah berkata benar dan dulu wilayah Islam memang membentang ke timur dan ke barat hingga mencapai wilayah paling barat dan timur. Kekuasaan Khalifah mencakup semua wilayah, lalu wailayah-wilayah tersebut mendapatkan kebaikan, hidayah dan cahaya.

Sesungguhnya kita menunggu hari-hari seperti di atas dari Anda, wahai teman-teman. Apakah Anda siap merespon harapan ini? Apakah Anda menjawab seruan ini? Seorang penyair bertutur:

Dukaku dan duka setiap orang merdeka
alah pertanyaan zaman,
"Dimana gerangan kaum Muslim berada?"
Akankah masa lalu itu kembali lagi?
Sungguh, aku merindukan masa lalu itu
Bebaskan aku dari angan-angan kosong
Kulihat angan-angan itu tak lebih dari ilusi semata
Berikan iman sebagai cahaya bagiku
Kuatkan keyakinan pada diriku
Kusodorkan tanganku dan mencabut gunung
membangun kejayaan, dengan harmonis dan kokoh

ALLAHU AKBAR !

Oleh : Heraldo Yanindra Pradana (Aktivis Hizbut Tahrir Kampus Jatinangor)
[liputan6islam.blogspot.com/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.