Pemerintah China Tidak Toleransi: Melarang Kaum Muslim Beribadah di Bulan Ramadhan
Syabab.Com - Pemerintah China baru-baru ini telah melarangan pelaksanaa sholat tarawih secara berjamaah bagi warga Muslim XInjiang China. Sebuah larangan yang tak berlasan mecerminkan sikap tidak toleransi China terhadap penganut Muslim di negeri tersebut. Alasan yang mengada-ada, Pemerintah China melarang muslim Uighur melaksanakan ibadah Shalat Tarawih secara berjamaah, karena khawatir akan menimbulkan ketegangan dan merusak keharmonisan hubungan sosial.
Larangan itu disampaikan Pemerintah China sejak Jum’at (5/9) lalu. Dalam pernyataannya seperti dikutip situs pemerintah China, Pemerintahan China beralasan pelarangan itu untuk mencegah para pemeluk agama tertentu mengadakan perkumpulan dalam skala besar yang berpotensi memanaskan keadaan, kata pemerintah China seperti dilansir oleh AFP baru-baru ini.
Di beberapa daerah di Xinjiang, Pemerintah lokal juga melarang wanita muslimah memakai cadar dan para laki-laki muslim menggenakan kain sorban.
Memasang iklan atau pengumuman-pengumuman mengenai bulan suci Ramadhan di tempat-tempat publik juga ikut dilarang di beberapa daerah di Xinjiang, termasuk mengedarkan rekaman video, menyiarkan rekaman Al Quran dengan loudspeker dan penggunaan beduk atau drum khusus dalam festival menyambut Ramadhan juga ikut dilarang.
Menanggapi perlakukan pemerintah China tersebut, Jubir Konggres Uighur Internasional Dilxat Raxit, mengatakan bahwa larangan-larangan yang diterapkan pemerintah China terhadap muslim Uighur hanya akan meningkatkan tensi ketegangan pada kaum muslim di Xinjiang.
"Ini pelanggaran serius yang menodai hak asasi manusia untuk memiliki suatu keyakinan tertentu," kata Raxit di pengasingannya di Jerman. Di sisi lain, menurutt Raxit, pelarangann itu hanya akan berbuah semakin memperuncing konflik di Xinjiang.
Muslim Uighur adalah kelompok minoritas muslim di wilayah Xinjiang China bagian Barat Daya. Jumlah mereka sekitar 8 juta jiwa. Sejak tahun 1955, Xinjiang memiliki otonomiii sendiri, namun kawasan ini terus menerus menjadi target pengawasan aparat keamanan China.
Bagi pemerintah China, kawasan ini memiliki posisi yang sangat strategis karena lokasinya yang terletak dekat dengan Asia Tengah, kawasan yang menjadi sumber cadangan gas dan minyak.
Kesadaran masyarakat Xinjiang kian hari semakin tinggi terhadap Islam. Beberapa gerakan Islam juga aktif di kawasan tersebut. Beberapa waktu lalu beberapa gerakan Islam dilarang di negeri tersebut. Bahkan pihak pemerintah China pun melakukan propaganda melalui spanduk-spanduk mereka.
Pelarangan yang dilakukan oleh pemerintah China hanya semakin menunjukkan bagaiaman ketidaktoleransian pemerintah tersebut terhadap penganut Muslim. Ini juga menunjukkan ketakutan mendalam pemerintah China terhadap pengaruh Islam yang semakin tinggi di kawasan tersebut.
Kebiasaan upaya pelarangan terhadap aktivitas kaum Muslim ini sebenarnya menunjukkan kekalahan intelektual negeri China menghadapi para pengemban dakwah di negeri tersebut. Seperti biasa, bila dengan debat sudah tidak sanggup dihadapi, maka pelarangan paksa mereka coba lakukan untuk menghentikan pertumbuhan Islam di kawasan tersebut. [m/si/syabab.com]
Larangan itu disampaikan Pemerintah China sejak Jum’at (5/9) lalu. Dalam pernyataannya seperti dikutip situs pemerintah China, Pemerintahan China beralasan pelarangan itu untuk mencegah para pemeluk agama tertentu mengadakan perkumpulan dalam skala besar yang berpotensi memanaskan keadaan, kata pemerintah China seperti dilansir oleh AFP baru-baru ini.
Di beberapa daerah di Xinjiang, Pemerintah lokal juga melarang wanita muslimah memakai cadar dan para laki-laki muslim menggenakan kain sorban.
Memasang iklan atau pengumuman-pengumuman mengenai bulan suci Ramadhan di tempat-tempat publik juga ikut dilarang di beberapa daerah di Xinjiang, termasuk mengedarkan rekaman video, menyiarkan rekaman Al Quran dengan loudspeker dan penggunaan beduk atau drum khusus dalam festival menyambut Ramadhan juga ikut dilarang.
Menanggapi perlakukan pemerintah China tersebut, Jubir Konggres Uighur Internasional Dilxat Raxit, mengatakan bahwa larangan-larangan yang diterapkan pemerintah China terhadap muslim Uighur hanya akan meningkatkan tensi ketegangan pada kaum muslim di Xinjiang.
"Ini pelanggaran serius yang menodai hak asasi manusia untuk memiliki suatu keyakinan tertentu," kata Raxit di pengasingannya di Jerman. Di sisi lain, menurutt Raxit, pelarangann itu hanya akan berbuah semakin memperuncing konflik di Xinjiang.
Muslim Uighur adalah kelompok minoritas muslim di wilayah Xinjiang China bagian Barat Daya. Jumlah mereka sekitar 8 juta jiwa. Sejak tahun 1955, Xinjiang memiliki otonomiii sendiri, namun kawasan ini terus menerus menjadi target pengawasan aparat keamanan China.
Bagi pemerintah China, kawasan ini memiliki posisi yang sangat strategis karena lokasinya yang terletak dekat dengan Asia Tengah, kawasan yang menjadi sumber cadangan gas dan minyak.
Kesadaran masyarakat Xinjiang kian hari semakin tinggi terhadap Islam. Beberapa gerakan Islam juga aktif di kawasan tersebut. Beberapa waktu lalu beberapa gerakan Islam dilarang di negeri tersebut. Bahkan pihak pemerintah China pun melakukan propaganda melalui spanduk-spanduk mereka.
Pelarangan yang dilakukan oleh pemerintah China hanya semakin menunjukkan bagaiaman ketidaktoleransian pemerintah tersebut terhadap penganut Muslim. Ini juga menunjukkan ketakutan mendalam pemerintah China terhadap pengaruh Islam yang semakin tinggi di kawasan tersebut.
Kebiasaan upaya pelarangan terhadap aktivitas kaum Muslim ini sebenarnya menunjukkan kekalahan intelektual negeri China menghadapi para pengemban dakwah di negeri tersebut. Seperti biasa, bila dengan debat sudah tidak sanggup dihadapi, maka pelarangan paksa mereka coba lakukan untuk menghentikan pertumbuhan Islam di kawasan tersebut. [m/si/syabab.com]
Tidak ada komentar