Header Ads

Klenik dan Syirik Jelang Pilpres

Ritual-ritual nenek moyang menghiasi pesta demokrasi. Kesengajaan atau kebodohan?

Satu hari menjelang deklarasi pasangan calon presiden-calon wakil presiden Megawati Soekarno-putri dan Prabowo Subianto, panitia deklarasi menyeleng-garakan ritual Sedekah Bumi. Tiga ekor kerbau bule seharga lebih dari Rp 9 juta disembelih di lokasi acara di TPA Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (23/5).

Kepala kerbau ini kemudian ditanam di dekat panggung deklarasi di samping zona 3-C. Panitia juga menyembelih bebe-rapa ekor kambing.



Ketua penyelenggara dek-larasi Mega-Pro Mochtar Mohamad mengatakan ritual ini dilakukan dengan harapan Indonesia dijauhkan dari ben-cana, dan Mega- Prabowo diberi jalan lapang memimpin negara. Walikota Bekasi ini juga berharap dengan ritual tersebut, acara deklarasi bisa sukses.

Tak mau ketinggalan de-ngan pasangan capres Mega-Prabowo, pendukung Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono di Kediri, Jawa Timur, pun mengadakan acara yang hampir sama. Mereka mengadakan ritual 'larung sesaji' (mempersem-bahkan sesaji) di Sungai Brantas.

Sesaji yang dilarung ke sungai itu berupa sebuah tum-peng, bunga tujuh macam, telur ayam kampung, kemenyan, serta dua ekor bebek, yang diletakkan di tepi Sungai Brantas, tepatnya di Kelurahan Semampir, Kota Kediri. Setelah dibacakan man-tra-mantra, sesaji itu kemudian dilarung di bawah jembatan baru Kota Kediri.

Juru bicara larung, Heri Tanadi, mengemukakan, kegia-tan itu sebagai wujud mem-buang sial dengan harapan dapat memperoleh hasil terbaik dalam pemilu presiden mendatang. "Kegiatan ini sebagai wujud untuk buang sial dan kejelekan, dengan harapan, Demokrat dapat memperoleh yang terbaik terutama di Kota Kediri," katanya.

Anehnya, kegiatan yang menjurus syirik itu pun tak ada yang mencegahnya. Apalagi dari para petinggi partai, mereka tak peduli. Jangan-jangan justru mereka yang memintanya secara sembunyi-sembunyi. Yang lebih kacau lagi, setelah acara itu diadakan doa dan dzikir bersama. Semua jadi campur aduk tak karuan.

Terkungkung Klenik

Menyimak jejak para calon presiden dan wakil presiden, memang tidak bisa dilepaskan dari dunia perklenikan/suprana-tural. Paranormal Permadi meng-ungkapkan, praktik supranatural dan klenik di pemerintahan sangat lazim dilakukan. ”Mulai dari lurah sampai presiden pakai paranormal! Namun ada juga yang malu-malu menyatakan-nya,” jelasnya kepada Media Umat.

Sudah menjadi rahasia umum, SBY sangat fanatik dengan angka 9. Angka tersebut di kalangan paranormal diang-gap angka tertinggi dan mem-bawa hoki. Begitu fanatiknya dengan angka 9, Partai Demokrat dideklarasikan tanggal 9 bulan 9 (September) 2001. Deklarasi ini memang disesuaikan dengan ulang tahun SBY, tanggal 9 bulan 9, 1949. Saat partai berdiri, tim perumus berjumlah 9 orang termasuk SBY. Partai ini pun kemudian dideklarasikan oleh 99 orang. Entah kebetulan, saat didaftarkan ke KPU, partai ini juga dapat nomor 9. Sampai-sampai, jadwal pemungutan suara pemilu legislatif mundur menjadi 9 April 2009, dari jadwal yang te-lah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebelumnya yakni tanggal 5 April 2009.

Sebelum menjadi presiden, SBY punya hubungan dengan 'orang pintar'. Sebelum Pilpres 2004, SBY cukup dekat dengan Kyai Nasihin, kyai muda (35 tahun saat itu) yang dianggap pintar dari Pati, Jawa Tengah. Bahkan Nasihin mengaku dialah yang menjodohkan SBY dengan Jusuf Kalla waktu Pilpres 2004. Saat SBY berkunjung ke pesantrennya, jidat SBY dibenturkan ke jidatnya sebanyak tiga kali. Guru spiritual lainnya adalah KH Achmad Mu-zakky Syah, pengasuh Pondok Pesantren Al-Qodiri, Patrang, Jember, Jawa Timur.

Menjelang kedatangan Ge-orge W Bush ke Istana Merdeka Jakarta dan Istana Bogor pada November 2006, Mbah Lawu menyebar 1000 jin di kedua istana itu untuk menjaga Presi-den Bush dan Presiden SBY. Se-minggu kemudian, pria berumur 70 tahun itu bersama sembilan rekannya melakukan ritual penarikan jin dengan memotong sepasang angsa yang darahnya ditaburkan diatas tungku, bunga setaman, apel jin, hajar aswat, kemenyan dan keris. Menurut pria asal Ponorogo itu, penjagaan terhadap SBY itu dilakukan atas inisiatif sendiri.

Agak berbeda dengan SBY, Mega pun sepertinya punya cara tersendiri dalam masalah gaib ini. Ketika menentukan akan bersan-ding dengan Prabowo Subianto, Mega mengajak pertemuan di Istana Batu Tulis, Bogor. Malah, menurut informasi, ia sebelum-nya sempat masuk ke kamar yang dulu biasa dipakai Soekarno.

Jauh sebelumnya, saat ada Rakernas II PDIP di PRJ Kemayo-ran Jakarta, ketika Mega ditanya apakah akan bersedia mencalon-kan diri sebagai presiden, ia menjawab: "Tunggu sajalah. Suatu saat akan menjawabnya. Saya mau tanya dulu ke pemim-pin besar saya, yakni Bung Karno," kata Mega saat menutup Raker-nas itu (detikcom, 9/9/2007). Ia menunggu wangsit.

Ketika masih menjabat presiden, Megawati pun pernah beribadah di sebuah pura di Bali. Ia melakukan ritual 'Agni Hotra' yakni pemujaan terhadap Dewa Api. Tujuannya, untuk memohon keselamatan umat manusia dan segala isinya yang ada di dunia. Tak heran bila Megawati meng-gunakan salam ”Om Santi Santi Om” ketika membuka dan menutup pidatonya di Rengas-dengklok beberapa waktu lalu.

Yang tidak begitu terdengar soal klenik ini adalah capres Jusuf Kalla. Tapi tidak demikian dengan pasangannya Wiranto. Menje-lang Pilpres 2004 mantan Pang-lima TNI ini dikabarkan pernah melakukan ritual kungkum di sebuah tempat di Solo, Jawa Tengah. Pada 1997, kabarnya ia diminta oleh 33 paranormal Soe-harto untuk mencari kyai yang bertahi lalat di pipi. Domisilinya di "tapal kuda", sekitar Jember dan Banyuwangi. Ia mengirim utusan ke daerah ini. Ketemulah dengan Kyai Muzakki. Yang diminta menemui Muzakki saat itu adalah SBY. Maka keduanya saling berkenalan dan berhubungan sampai sekarang.[]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.