Header Ads

Perang Irak ‘Kampanye AS Demi Minyak’

Aktivis HAM Amerika telah menuduh pemerintah AS berusaha untuk menjamin kepentingan perusahaan-perusahaan minyak dengan mengadakan perang di Irak.

Emily Spence, penulis “Massachusetts-based” yang juga aktif dalam gerakan hak asasi manusia, lingkungan, dan pelayanan sosial, meyakini seperti halnya banyak orang, bahwa AS mengincar minyak Irak ketika menyerang negara itu pada tahun 2003.

“Militer AS … memiliki sekitar 1.000 pangkalan di seluruh dunia … yang biasanya terkait dengan kepentingan perusahaan minyak,” tulis Spence dalam sebuah artikel yang baru-baru ini dipublikasikan di situs Information Clearing House.

Spence menuduh George W. Bush dan Tony Blair mengetahui bahwa “inspektur PBB Irak tidak akan menemukan senjata pemusnah massal”, tapi tetap melancarkan kampanye militer yang berdasarkan pada rencana jangka panjang menyerang Irak.

“Masalahnya adalah menemukan dasar-dasar, legal atau tidak, untuk memperoleh dukungan dari masyarakat atas tidakan memalukan seperti tindak kekerasan, yang sampai saat ini telah mengakibatkan perpindahan jutaan rakyat Irak dan pembantaian lebih dari satu juta orang, termasuk lebih dari 4.300 pasukan AS, “katanya.

Spence menguraikan bahwa Amerika harus menyadari bahwa invasi bersenjata AS dan operasi-operasi rahasia “tak ada hubungannya dengan perlindungan Amerika dari teroris global.”

“[They have] more to do with the obtainment of fossil fuels on behalf of the Pentagon and favored companies, whose heads contribute to government officials’ campaign funds and offer other perks like high paying jobs upon the completion of terms in office,” she writes.

“Mereka lebih berkaitan dengan bahan bakar fosil atas nama Pentagon dan sesuai dengan keinginan perusahaan, yang berkontribusi besar terhadap ‘dana pejabat pemerintah dan menawarkan fasilitas lainnya seperti pekerjaan dengan gaji tinggi setelah selesainya masa jabatan,” tulisnya.

“Dengan demikian, akan lebih akurat bila Menteri dari Departemen Pertahanan untuk mengubah namanya menjadi Departemen Penyerangan,” katanya, sambil menambahkan bahwa “melakukan hal itu, tentu akan lebih mencerminkan sejarah Amerika Serikat”.

Dia kemudian menguraikan peran Amerika Serikat telah memainkan di seluruh dunia selama beberapa tahun terakhir, dengan mengutip bagian-bagian dari Bill Blum.

“Sejak 1945 sampai akhir abad, Amerika Serikat mencoba menggulingkan lebih dari 40 pemerintah asing, dan menghancurkan lebih dari 30 gerakan nasionalis yang berjuang melawan rezim diktator.

“Dalam prosesnya, Amerika Serikat menyebabkan kematian untuk beberapa juta orang, dan mengakibatkan banyak jutaan jiwa kesakitan dan putus asa,” kutipnya.

Spencer menunjukkan bahwa para pembayar pajak AS sedang menonton 73% dari setiap dolar pajak untuk pengeluaran militer (54%) dan pembayaran bunga (19 +%)? (Dengan hanya 27% yang tersisa untuk hal-hal lain).
“Ini memaksa seseorang untuk bertanya-tanya dari mana dana akan diturunkan untuk kesehatan publik, masa depan pembayaran Jaminan Sosial, kesehatan, bencana, pendidikan umum dan berbagai program lain, seperti penyediaan energi yang berkelanjutan,” tambahnya.

Spencer juga melancurkan serangan terhadap rencana bailout pemerintah AS, yang telah diarahkan pada perusahaan-perusahaan besar dan bukan untuk “keluarga yang tinggal di mobil dan di bawah tenda terpal di kota-kota”.

Dia kemudian menyarankan “menyediakan lapangan kerja dan pendapatan melalui program WPA dan program Civilian Conservation Corps seperti yang terjadi selama Depresi Besar.”

Spencer menulis bahwa pemerintah AS telah mengeluarkan $8.5 triliun untuk dana bailout (setara dengan 60% dari PDB) pada Desember 2008, dan mengalokasikan $1,449 miliar (setara dengan 54% dari anggaran federal) untuk pengeluaran militer pada tahun 2009.

Ini adalah sementara, menurut aktivis, pengeluaran pendidikan pada tahun 2008 menerima hanya 4,4% dari anggaran.

Spencer memperingatkan bahwa 60.000 orang Amerika telah kehilangan pekerjaan mereka setiap bulan dengan laju sekitar satu orang setiap 30 detik, dan dengan semakin banyaknya rumah jatuh ke penyitaan, negara “tidak memiliki tempat lain untuk pergi kecuali tenggelam ke dalam kesulitan, serta beberapa tingkat kemelaratan “. (mediaumat.com)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.