Header Ads

Otoritas Abbas Berupaya Pinggirkan Peran Hamas dalam Pertukaran Tahanan

Gaza – Fraksi "Perubahan dan Reformasi", wakil Hamas di parlemen Palestina, menilai tidak diundangnya para anggota dewan dari gerakan Islam dan seluruh pemimpin gerakan Islam untuk menghadiri "International Conference" di Tepi Barat, mengenai masalah tahanan di penjara-penjara Israel, dan larangan terhadap mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini, bukanlah hal aneh bagi otoritas Ramallah yang biasa memperlakukan agenda Palestina sesuai dan demi kepentingan penjajah Israel. Menurut fraksi Hamas otoritas Abbas di Ramallah berupaya meminggirkan peran Hamas dalam pertukaran tahanan.

Juru bicara fraksi Hamas Dr. Salah Bardawil mengatakan, Rabu (25/11), menegaskan otoritas Abbas berusaha memonopoli persoalan tahanan dan berusaha menutupi upaya-upaya luar biasa yang dilakukan gerakan Hamas dalam rangka menyukseskan pertukaran tahanan secara terhormat. Dengan konspirasi formalisme yang kosong ini mereka berupaya mengecilkan upaya-upaya Hamas.

Bardawil menyatakan, "Kami tidak memerluka konferensi formalism yang bertujuan untuk mengukuhkan penderitaan para tahanan dan tidak bekerja untuk pembebasannya. Konferensi semacam itu tidak lain hanyalah memperdagangkan penderitaan para tahanan, bukan usaha untuk menyelesaikan personalan mereka." Dia negaskan bahwa semua usaha ini akan gagal dan jalan satu-satunya untuk membebaskan para tahanan adalah dengan apa yang dilakukan Hamas dengan ketekunan orang-orangnya dan pimpinannya untuk melakukan pertukaran secara terhormat.

Sementara itu Dr. Mohamed Shihab, penanggung jawab masalah tahanan di "Dewan Legislatif Palestina", sangat mengecam dikesampingkannya para angota dewan dari gerakan Islam oleh departemen tahanan di Tepi Barat dalam masalah ini. Dr. Shihab menilai konferensi ini merupakan tikaman telak pada konten persatuan nasional yang ditunjukkan oleh para tahanan dan gerakan tahanan. Alih-alih memperkuat dialog persaudaraan dan semangat rekonsiliasi, konferensi ini justru memperkuat perpecahan dengan mengabaikan sebagian besar pejuang yang menjadi tahanan Israel.
Sementara itu Dr. Younis Astal, anggota dewan yang lain, menilai apa yang terjadi di Tepi Barat sebagai kebencian yang direncanakan sejak pertama intifadhah, ketika Hamas mampu merangkul segmen besar dari generasi muda dengan aksi perlawanannya melawan penjajah Israel. Hal inilah yang mendorong PLO dengan faksi-faksinya menerima kesepakatan "Oslo" yang mewajibkan mereka menjanjikan keamanan bagi penjajah Israel dan menghabisi perlawanan yang mewakili gerakan Hamas sebagai tulang punggung kekuatannya. (seto/ifp)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.